Fanny Wiriaatmadja

Archive for October 2013

Gacy00005

Sore yang rupawan dengan langit menghadirkan kolaborasi warna-warna indah khas senja, dan aku masih termenung di bawah pohon, seolah tiada sadar akan keindahan surgawi di hadapanku. Tanganku bergerak tanpa sadar dengan ritme konsisten, mencabuti rerumputan yang menjadi bebantalan dudukku tanpa sedikit pun perhatian tercurah ke aktivitas itu.

Kapan semua orang mengerti? Aku bergumam. Putus asa menderaku sesaat, sebelum kupaksakan berganti dengan semangat. Gagal total.

Dan sekejap percakapanku dengan keluargaku berderet hadir dalam barisan di benakku, berputar bagai video memainkan sebuah film. Mestinya film bergenre drama keluarga.

“Ibu malu punya anak sepertimu, yang sedikit pun tidak menghargai jasa leluhurmu..” Ibu membanting piring di hadapanku siang itu, mengalirkan emosinya lewat instrumen pecah belah itu. Aku diam saja, tertunduk tanpa ekspresi. Sibuk memain-mainkan renda di kerahku.

“Jangan pernah kau ingkari takdir dan nasibmu!” Ayah menimpali sengit, walau separuh perhatiannya masih tersita surat kabar Kota Badut hari itu.

“Kalau kau pernah merasakan yang mereka lakukan pada kita – pada BANGSA KITA – kamu bahkan akan menyesal pernah mengenal kata MANUSIA!” hardik Ibu lagi. Mata besarnya yang bermaskara dan berhiaskan eye-shadow warna-warni khas bangsa kami seperti mau meloncat kabur keluar, membelot dari kodratnya.

“Ibu juga tidak pernah merasakan masa itu,” gumamku. Air mataku hampir mengalir di pipiku yang berbulatan merah permanen.

Ibu menoleh dengan bengis, tatapannya menusuk dalam. Bibir merahnya yang terlukis tebal seperti semakin menyala, apalagi dengan rambut gimbal warna-warninya. “Apa katamu?? Walau tak pernah merasakan, Ibu tahu dari Kakekmu! Nenekmu!! Dan apa kau tidak pernah belajar yang namanya sejarah?? Apa kau tidak pernah bersekolah??”

Akhirnya aku memilih diam daripada terlibat lagi dan lagi dalam percakapan tiada akhir itu. Dialog satu arah yang terus menyudutkanku dan menghadirkan atmosfer tuduhan bahwa aku gila. Bahwa keinginanku untuk mengenal makhluk bernama manusia adalah suatu kesintingan yang eksak dan pasti; bahwa kewarasanku patut dipertanyakan dan diteliti lebih lanjut terkait kerinduanku untuk mengenal mereka.

“Kamu tidak mengerti Nak,” suatu waktu Kakekku pernah berkata. Dengan nada lembut, tidak seperti Ayah dan Ibu yang super ekstrim. “Memang di suatu masa yang dahulu, kita pernah bersanding akrab dengan manusia. Menganggap satu sama lain bak sahabat. Menunaikan tugas mulia kita sebagai penghibur.”

Aku membulatkan mata dan telingaku, meraup informasi dari cerita Kakek dalam-dalam untuk memperkayaku.

“Tapi itu dulu.. Dulu sekali, saat kaum anak-anak mereka begitu mencintai kita; begitu gembira dan penuh gelak tawa terpecah akan kehadiran kita. Dulu, waktu eksistensi kita masih begitu dihargai untuk memperingati bertambahnya usia dan kedewasaan mereka para bocah. Dulu, waktu kita selalu menjadi bagian dari keceriaan dan kemeriahan pesta serta gemerlap warna-warni hidup mereka..”

Aku termangu-mangu, gambaran suasana pesta berkelebat di benakku, dan aliran adrenalin dalam tubuhku kurasakan mulai berpusar.

“Tapi tak ada pesta yang tak berakhir Nak.. Sama seperti yang pernah terjadi, manusia berevolusi juga.. Kali ini dalam sisi karakter. Mereka berubah. Orientasi mereka berganti. Memuaskan mereka semakin sulit. Akhirnya kita terasing oleh keberadaan berbagai mainan dan instrumen modern lain yang lebih mereka pilih untuk menandai perubahan kedewasaan mereka. Kita kemudian menjadi makhluk kuno nan kolot yang tidak lagi bisa mengikuti perkembangan manusia.. Kita dianggap pengganggu dan perusak pemandangan. Akhirnya kita dibuang karena tidak lagi dihargai. Terakhir kita nyaris dimusnahkan..”

“Beruntung para leluhur kita waktu itu berhasil mengumpulkan semua bangsa badut yang ada, dan kita melarikan diri dari negeri tak beradab itu; negeri yang tidak lagi menginginkan keberadaan kita dan melupakan semua jasa kita dalam dunia anak-anak mereka. Dan sekarang di negeri inilah kita berada..”

Aku hanya bisa diam dan diam mendengar semuanya. Ada sesak di hatiku. Sesak yang bukan karena perlakuan manusia, tapi karena sebuah tuduhan kecil di hati, Mengapa kamu tetap mengingini manusia dan ingin mengenal mereka setelah yang mereka buat untuk bangsamu?

Untung aku sudah belajar mengabaikan. Mengabaikan orang tuaku, kakekku, bahkan suara hatiku yang terus berceloteh ini.

**

Beberapa malam telah berlalu, dan tekad yang sama masih terus menyala, malah semakin tak terbendung hari demi hari. Tampaknya jiwa natural manusia masih melekat pada diri kami : semakin dilarang, semakin terpacu kami untuk membuktikan diri dan mengenyahkan kenyataan yang berusaha dijejalkan paksa ke kepala kami, berusaha membawa satu realita baru yang berharap bisa menampik paradigma lama.

Pagi ini kubulatkan tekad : Aku akan mengunjungi mereka. Aku akan turun ke dunia manusia dan melihat dengan mata kepalaku sendiri. Ini sebuah misi; sebuah perjuangan dan sebuah pembuktian.

Aku pernah melihat foto-foto mereka; foto anak-anak kecil dengan tawa ceria terpancar dari mata dan wajah mereka; suatu kebahagiaan yang tidak bisa dihalangi dan ditutupi. Juga secercah kebaikan dan penerimaan yang tersirat saat mereka memeluk kami, bercandatawa dengan kami dan tergelak-gelak kami buat dengan lelucon konyol kami.

Aku yakin, ada sebuah sisi baik yang terselubung, yang tidak bisa dilihat secara kasat mata, dalam diri mereka yang pernah mencintai kami.

Maka kubuka perlahan Gerbang Terlarang. Gerbang yang bahkan tak pernah disegel rapat karena tak seorang pun punya kegilaan atau ketertarikan untuk berani membukanya dan merasakan lagi kebengisan dan kekejaman manusia. Gerbang yang letaknya sedikit tersembunyi untuk melindunginya dari pada badut kecil. Aku mungkin badut pertama yang harus disejarahkan atas tindakanku ini. Aku tertawa getir dalam hati.

Gerbang terbuka. Suatu sinar silau menyambutku, mataku terpejam cepat tak sanggup menatapnya. Dan dalam sekejap aku hilang dalam buta. Mata maupun kesadaranku. Rasa terakhir yang kuingat adalah sensasi pusing dan mual yang berebut mengambil alih diriku. Kemudian gelap dan bisu.

**

Aku sudah katakan, mereka semua salah. Ayah, Ibu, bahkan Kakek, semua salah. Manusia sangat ramah. Mereka sangat bersahabat, dan yang pasti mereka semua bisa menerima kehadiranku. Aku bisa melihatnya dari sorot mata mereka yang penuh semangat dan keingintahuan.

Suatu saat aku akan kembali ke Kota Badut dan menceritakan semua yang kusaksikan dan kualami di sini. Saat penyingkapan akan tiba, dan mungkin berujung pada persatuan kembali? Kaum kami dan manusia, maksudku. Membayangkannya saja aku sudah diliputi oleh rasa gembira dan haru yang seakan mau meluap. Aku ingin melonjak dan mengacungkan tinjuku ke udara, meneriakkan kemenangan dan merasakan sensasi keheroikan dalam segala aksi tindakanku yang berani.

Tapi.. Sebuah tanda tanya besar menyentil sejenak kebahagiaanku walau seringkali berusaha kuabaikan. Sebuah pertanyaan yang menohok akan entah kapan aku bisa kembali.. Aku bahkan tak tahu bagaimana cara keluar dari kotak kaca besar dengan ketebalan super yang belum pernah kulihat ini. Kotak kaca besar dengan tulisan kecil di bawahnya, “properti milik museum seni”. Aku berusaha mengingat-ingat cerita Kakek sambil mengernyitkan kening. Apakah dulu Badut memang diperlakukan seperti ini?

Terlintas lagi kalimat yang pernah muncul di kepalaku hari itu, Aku mungkin badut pertama yang perlu disejarahkan atas tindakanku ini..

Total Kata : 1057

Dibuat untuk mengikuti tantangan PESTA NULIS: ULANG TAHUN KAMAR FIKSI MEL ke 1 dengan tema BADUT.

Tags:

untitledgjgjgfhgf

Preambule

Wahai Gitar..

Aku sangat, sangat bersyukur karena pernah punya secuil kegigihan untuk mempelajarimu saat SMU, mengukuhkan tekad dengan bulat untuk membiarkan buku-buku jariku kepalan dan kesakitan selama beberapa waktu demi mengenali setiap jengkal dan inci senar-senarmu yang eksotis itu.

Aku masih ingat, buku tua yang sudah lusuh itu, yang tiap hari kubuka dan kupandangi lekat dengan tatapan super serius, kupelajari mati-matian demi menghafal posisi jari di masing-masing kunci.

Oh intinya sekali lagi terima kasih diriku, atas ketekunan-tanpa-akhirmu yang kini berbuah manis.

___

Memetik maupun menggenjreng gitar adalah salah satu aktivitas nikmat tiada banding untukku. Sama seperti menulis, memainkan alat musik yang satu itu merupakan suatu candu dan kenikmatan; suatu pelampiasan dan suatu kendaraan untuk mendarat di dunia lain. Indahnya suara sang gitar saat berpadu membentuk gita adalah merdu yang tak terlukis, yang kadang bisa menghantar air mata keluar maupun menyorakkan kegembiraan muncul dari hati. Ajaib, sungguh ajaib, hanya itu kata yang tepat untuk melukiskannya mungkin.

Memejamkan mata saat memainkan dan mengolahkannya, sungguh bak surga pribadi yang tak ingin dihentikan atau dilepaskan. Sebuah moment dan waktu yang ingin dibekukan sesaat sebab indah nuansa dan atmosfernya. Aku pikir mereka yang bermusik dan menanamkan cintanya pada hal yang satu itu akan merasakan hal yang sama; suatu rasa yang sulit kaujabarkan karena sungguh harus dialami pribadi dulu baru mengerti.

Aku sungguh mencintaimu wahai musik, dan lagi sebuah terima kasih pasti layak didedikasikan pada gitar yang telah memfasilitasi dan menjadi medium sempurna bagiku, untuk tidak hanya menjadi penikmat musik, tapi menjadi pembawa musik walau hanya bagi diri seorang

Salah satu saat paling nikmat di dunia yang tidak ingin ditukar adalah saat bergelut dengan sang gitar dan mulut berdendang, menyenandungkan lagu itu bersama dengannya. Kita pun menjadi partner sempurna di panggung kita sendiri, menikmati applause dari dan bagi diri kita sendiri. Kita lupa waktu dan menghirup indahnya berdua bersama sampai puas.

Selamat bermusik..

Tags: ,

Di beranda, Abah menghisap puntung rokoknya dengan muka datar. Di sampingnya, istrinya menatapnya tajam dengan posisi duduk tegak, berusaha mengeluarkan pandangan semenusuk mungkin ke suaminya, yang tampaknya gagal kalau melihat kesantaian Abah yang seolah mati rasa.

“Kamu harus menyesal,” tandas istrinya dengan nada tinggi, “kamu harus lihat kondisi anakmu sekarang! Lihat mukanya yang lebam dengan bonyok di mana-mana! Lihat baret-baret di sekujur tubuhnya! Lihat sikapnya yang sekarang berubah dan cenderung menarik diri! Semuanya adalah ulahmu!! Apa tak bisa kaulihat sengsara dan derita di wajahnya??” Hampir menangis istrinya memekik.

Abah mencucuk rokoknya di asbak, kemudian bangkit meninggalkan istrinya dengan sepatah kalimat penutupan, “Anakmu sudah dewasa, dia bisa menjaga dirinya..”

Istrinya hampir menjerit dalam keputusasaan.

Setahun lalu Sumarni, anak Abah, dinikahkannya dengan Farid, juragan bandar judi ayam jago di kampung. Hancur hati Sumarni kala itu, menatap nasibnya ke depan, harus bersuamikan seorang preman kampung yang hobi gonta-ganti wanita, mabuk-mabukan dan terkenal ringan tangan. Ibunya mati-matian menghalangi niat suaminya, namun apa daya mas kawin dari Farid berupa burung nuri bernilai puluhan juta dalam sangkar indah yang katanya buatan jaman kuno, berhasil memikat Abah yang memang gemar mengoleksi binatang langka. Dijualnya putri semata wayangnya itu, ditukarnya dengan seekor makhluk eksotis.

“Nasib Marni akan lebih terjamin di tangan Farid.. Sandang pangan papan, semua pasti tersedia..” Abah bersabda waktu itu. Semua menatapnya dengan penuh kegetiran.

Semua yang sudah diramalkan oleh mereka yang mengetahui pernikahan paksa itu terwujud tanpa ragu, seolah sudah diguratkan takdir dengan paksa. Malam demi malam dilalui Sumarni dalam makian dan pukulan, hinaan serta tempelengan tanpa akhir. Air matanya terkuras habis tanpa sisa. Rasa di hatinya mati total. Hampir gila ia menghadapi hari-harinya, belum lagi luka hatinya yang kumat memedih setiap kali teringat perbuatan ayahnya.

Aku dijualnya, batinnya dalam siksa.. Hanya demi seekor burung..

Malam ini, tepat setahun di usia pernikahan Sumarni, berita itu datang bersamaan dari seorang warga : Abah dan Farid tewas diracun saat sedang bersantap di kedai kopi langganan mereka. Warga tersentak, istri Abah terhenyak, semua terkejut atas kematian yang bersamaan itu, walau tiada duka yang mendampingi semua rasa itu.

Sumarni mengunjungi rumah ibunya tak lama setelah berita itu.

Dengan perlahan dipeluknya ibunya yang terisak tanpa suara, dan dalam lirih dikisahkannya ceritanya.

“Maafkan aku Bu.. Aku berdosa.. Semalam nyaris aku menyudahi hidupku di tali gantungan yang kupasang di kamarku, saat mendadak sosok Sang Kematian menyapaku sesaat dan menawarkan sesuatu.. Sesuatu yang mungkin bisa mengobati luka hatiku..”

“Seumur hidup aku sudah melihat sendiri dan belajar dari Abah, dari apa yang telah dia perbuat. Kusambut tawaran Sang Kematian untuk menukar hidupku dengan hidup Abah dan suamiku.. Kuambil kembali hidupku yang nyaris kupersembahkan pada Sang Kematian, dan kuberikan dua gantinya.. Aku belajar dari Abah bagaimana cara bertukar dan menjual hidup orang, seperti yang dilakukannya pada hidupku..”

Istri Abah menatap Sumarni dengan ternganga, tak percaya akan yang didengarnya.

Sumarni tersenyum pedih, “Selain nyawa Abah dan Farid, aku berbaik hati memberi bonus juga pada Sang Kematian,” katanya sambil menunjuk burung mas kawin dari Farid suaminya, yang kini terkulai lemas di sangkarnya.

Jumlah Kata : 495

Dibuat untuk memenuhi tantangan BeraniCerita untuk membuat FlashFiction dengan menggunakan sangkar burung sebagai pemicu cerita.

Cerita ini memenangkan tantangan BeraniCerita #33

“Sudah aku lakukan..” Uni menghampiriku dengan raut muka tegang, “SI Mumu sudah kulepas, dan sangkarnya sudah kulempar ke sungai sana..”

Aku terbangun dari dudukku dengan ekspresi tegang yang sama, yang tak sanggup kutanggung dalam posisi duduk diam. Aku mulai melangkah bolak-balik dengan gelisah, berharap yang kami lakukan semuanya berbuah lancar. Semua demi kebaikan dan masa depan kami, batinku menenangkan diri.

Abah masih terbaring di dipan depan, tempat favoritnya untuk menyongsong ajal, katanya. Kata dokter, usianya hanya tinggal hitungan hari, hanya sejauh kekuatan helaan napasnya saja. Ini sudah hari keenam.

Bukannya kami tidak prihatin juga, tapi memang aku dan Uni, kedua anak kandung Abah, tidak dekat dengannya. Abah punya watak aneh dan cenderung eksentrik, nyaris gila, kata orang-orang termasuk tetangga dekat. Sahabat dekatnya sejak Emak meninggal hanyalah burung yang tak tahu jenisnya apa, yang dibawanya dari pelosok kota di ujung sana. Burung berwarna aneh dengan bentuk paruh tak terdefinisi dan suara yang melengking tinggi mengganggu telinga bernama Mumu, plus sangkar yang hitam kusam dengan jeruji berpermukaan seperti terlapis cat mengelupas.

Dan kini di akhir hidupnya, selentingan tetangga bahwa Abah akan mewariskan seluruh hartanya pada burung kesayangannya itu – Si Mumu – merisaukan kami. Kami cukup kenal Abah untuk tahu kegilaannya, dan semua gosip yang santer tedengar itu buat kami sangat masuk akal.

Maka setelah berhari-hari, aku dan Uni memutuskan untuk melepas burung itu, jauh dari hidup kami, dengan sedikit harapan bahwa Abah akan berubah pikiran terkait warisannya. Biarpun warisan yang jatuh ke binatang sangat tidak masuk akal, paling tidak kami ingin semua tetek bengek warisan ini serba mulus dan tanpa halangan. Kami berharap ketiadaan si Mumu akan membuat mata Abah terbuka, bahwa dalam hidupnya masih ada kami kedua anaknya, yang pastinya lebih membutuhkan warisan dan harta Abah – yang biarpun tidak banyak, pasti akan sangat menolong hidup kami yang pas-pasan. Rumah tempat tinggal kami hanya kontrakan, tapi pasti Abah punya harta lain untuk ditinggalkan.

2 hari kemudian, Abah wafat. Kami tidak yakin, apakah dia tahu si Mumu ‘kabur’atau tidak, di akhir kesadarannya yang setengah ada, setengah tidak ada.

Pak Lurah, yang berprofesi sebagai pengacara dalam hal kematian penduduk seperti ini, sore itu mengundangku dan Uni duduk, menyampaikan surat warisan dari Abah. Hal yang sudah kami nanti-nanti.

“Sepertinya kalian akan senang,” kata Pak Lurah. Aku dan Uni tertegun dag-dig-dug.

“Maksudnya.. Apakah.. Warisannya tidak jatuh ke tangan si Mumu?” Uni lirih berkata, nyaris kehilangan kekuatan dalam suaranya.

Pak Lurah menggeleng.

“Tidak, tidak.. Justru Abah mewariskan si Mumu untuk kalian. Burung itu dibeli Abah di kota Songkota sana, di pedagang gelap yang menjual binatang langka. Harganya mahal sekali, dan Abah kalian membelinya untuk melampiaskan kerinduannya pada Emak kalian. Kata Abah, warna bulu burung itu mengingatkannya pada kebaya yang dipakai Emak kalian saat mereka menikah.. Sangkarnya sendiri ada lapisan emasnya, tapi memang sengaja ditutupi supaya tidak menarik perhatian. Abah kalian sangat sayang pada kalian, seluruh hartanya habis dibelikan burung dan sangkar itu.. Kini diwariskannya Mumu dan sangkarnya pada kalian..”

Total Kata : 483

Cerita ini dibuat untuk memenuhi tantangan BeraniCerita untuk membuat FlashFiction dengan menggunakan sangkar burung sebagai pemicu cerita

imagesfdfd

Saat kamu tersakiti dan akhirnya belajar berdamai dengan hati dan hidupmu, dunia menjadi tempat yang lebih indah dan segala sesuatu ditawarkannya dalam bentuk yang sebelumnya tak terasa seperti itu karena selumbar di mata dan hatimu.

Saat melihat seorang gadis kecil, kamu akan merasa bahwa dia begitu beruntung dalam masa kecilnya, dan kamu akan ikut tersenyum simpul melihat tawa renyah dan lepasnya yang belum terkontaminasi kejamnya dunia. Kamu ingin kembali ke masa kecilmu yang begitu bahagia dan damai, yang menawarkan perlindungan dalam diri orang tua dan keluargamu yang siap sedia berdiri untukmu.

Saat melihat pasangan yang mesra bergandengan tangan apalagi mereka yang sudah sepuh, hatimu akan meredup hangat dan linangan air mata akan melesat keluar dari pelupuk matamu. Kamu mengulurkan tanganmu dalam sekejap, hendak meminta, merasakan dan meraih sedikit saja dari kebahagiaan itu.. dan tetap, di akhir kamu akan tersenyum akan kebahagiaan mereka.. Doamu tercetus untuk mereka, dan untuk dirimu sendiri.

Saat kamu melihat mereka yang berkekurangan, yang berjuang dalam hidup dan mati untuk menafkahi hidupnya dan keluarganya, hatimu akan tertohok oleh sekaligus rasa pedih dan malu. Pedih untuk penderitaan mereka, malu untuk terus merasa dirimu sangat malang padahal berjuta orang di luar sana punya sesuatu yang lebih perlu diurus dan diperjuangkan ketimbang hanya mengasihani diri seperti yang kamu lakukan. Kamu akan tertunduk malu sejenak, kemudian bangkit menatap dengan lebih tegas, siap bergelut dan bergumul lagi dengan kehidupan. Dan kamu akan ada bagi orang-orang yang membutuhkan seperti mereka, dan kamu siap menjadi saluran berkat. Hidup bukan tentang kamu seorang, tapi tentang sesama.

Saat angin sepoi berhembus atau awan mendung itu bercokol di langit sana, kamu akan menatap dan merasakannya sambil memejamkan mata, dan merasa begitu gamblang bahwa Tuhan itu sangat baik. Kamu merasakan semua fenomena alam, yang sekecil apapun, sebagai bentuk sapaan dan panggilan hangatNya untukmu hari itu. Dan kamu tahu bahwa kamu akan kuat karena ada Pribadi yang setia itu.

Saat hatimu hancur dan semua terasa gelap gulita, bahkan kakimu enggan menjejak dunia nyata lagi, berdamailah dengan hati dan hidupmu, dan biarkan semua sensasi baru yang kadang kau lupakan dan abaikan, kau rasakan lagi dan membasuh bersih lukamu, siap menghantarmu ke masa yang baru. Bicara memang mudah, melakukannya sangat sulit, tapi yakinlah kamu bisa dan waktu akan disodorkanNya untuk menolongmu memulihkan diri.

Yang pernah tersakiti, sama seperti kamu..

Jakarta Oktober 2013

dbinferno

Inferno – yang artinya Neraka.. Akhirnya, buku terbaru Dan Brown setelah sekian tahun keluar juga.. Anyway buku Dan Brown adalah a-must-read buat saya, dan karya-karyanya adalah satu-satunya buku yang bisa membuat saya stay baca terus tanpa ngantuk sedikitpun, menandingi Harry Potter. Saya inget baca buku Harry Potter edisi terakhir non-stop 1,5 hari, hanya kepotong makan, mandi dan tidur, jaman kuliah dulu. Inferno karya Dan Brown ini ga seintens itu, karena kepotong jam kerja di kantor dan kadang pulang ud teler. So kira-kira saya selesein Inferno dalam 4x baca, dalam jangka waktu 1,5 minggu. Itu pun kepotong liburan ke Penang.

So, Inferno masih bertokoh utama Profesor Robert Langdon yang memesona itu, dan kali ini petualangannya adalah memecahkan kode yang tersembunyi dalam masterpiece Dante (Dante adalah seniman Italia yang tersohor, yang terkenal dengan karyanya Divine Comedy, menceritakan tentang perjalanannya turun ke seluruh lapisan neraka untuk kemudian mengalami penebusan dan masuk ke Surga) untuk mencegah penyebaran virus mematikan yang dibuat oleh seorang jenius yang fanatik akan Dante.

Tema cerita kali ini lebih berkisar ke health/biology, dimana diceritakan bahwa si penjahat memperkirakan dengan pertumbuhan populasi umat manusia yang tak terbendung dan tak terkontrol, dalam hitungan puluhan tahun, dunia akan kiamat terkait dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Itu sebabnya si penjahat merancang satu virus yang bertujuan ‘mematikan’ umat manusia, untuk mencegah pertumbuhan populasi berlebihan.

Si Penjahat juga me-refer ke Wabah Hitam yang pernah terjadi di daratan Eropa jaman abad pertengahan, dimana sepertiga populasi dunia (katanya) mati karena suatu wabah/virus mematikan, dan katanya setelah peristiwa itu, justru dunia menjadi lebih ‘makmur’ karena populasi menjadi lebih balance dan hal ini justru berakibat positif mendorong terciptanya jaman renaissance. So intinya mari mematikan/mengorbankan sebagian untuk mencapai kebahagiaan bagi kepentingan orang banyak.

Sebenernya ceritanya jauh lebih rumit daripada yang saya tulis di atas, tapi daripada spoiler sana-sini, mendingan saya rangkum saja seperti tadi.

Kali ini Robert Langdon ditemani oleh (seperti biasa) seorang dokter wanita muda bernama Siena Brooks yang diceritakan super cantik dan jenius, dan lembaga yang biasanya selalu terkait dalam kisah Dan Brown kali ini adalah WHO (World Health Organization).

Nah, yang saya temukan dalam buku ini setelah selesai membacanya, kira-kira seperti ini :

  1. Terakhir saya baca tentang Dante adalah waktu melahap novel Hannibal, dan sekarang seneng banget ketemu pembahasan tentang Dante lagi, sampai saya google tentang orang ini. Pembahasan di Inferno tentang Dante tentu saja lebih dalam, karena memang keseluruhan cerita terinspirasi oleh karya Dante. Menarik banget mempelajari syair dan cerita perjalanan Dante, belum lagi begitu banyak lukisan dan karya seni lain yang terinspirasi dari perjalanan ke nerakanya Dante, belum lagi kisah cintanya, ditambah berbagai kode rahasia tersembunyi di mural-muralnya. Saya juga jadi tahu maksud kata ‘comedy’ di judul Divine Comedy-nya Dante, dimana kata comedy bukan merujuk pada suatu lelucon/joke, tapi lebih ke bahasa yang digunakan, dimana dulu comedy merujuk pada hasil karya yang menggunakan bahasa sederhana/rakyat jelata.
  2. Selain karya Dante, tentu ada banyak hal (seperti khas karyanya Dan Brown) yang saya baru tahu/saya pelajari lewat buku ini. Pengetahuan seperti kata karantina yang artinya 40 hari dalam bahasa latin, yang merujuk pada 40 hari waktu kapal harus didiamkan dulu sebelum boleh memasuki pelabuhan Venesia di jaman Wabah Hitam, untuk mencegah penyakit masuk ke Venesia. Atau arsitektur masjid di Turki yang katanya merupakan ide untuk pembuatan kastil Disney. Atau arsitektur gondola di Venesia yang lambung/lantai bawahnya memang sengaja dibuat tidak rata/tidak balance untuk justru menyeimbangkan sisi kiri dan kanan dimana salah satu sisi beratnya akan berbeda karena akan ada si pendayung, dan masih banyak lagi. Baca karya Dan Brown selalu nambah wawasan kita akan hal-hal kecil yang ga pernah kita ketahui/sadari. Menarik banget!
  3. Masih terkait ‘pengetahuan’, seneng banget (lagi) karena ada setting di Turki, yang notabene pernah saya kunjungin. So di sini kita bakal diajak menyusuri sekilas tentang Blue Mosque, Topkapi Palace, dan lebih dalam lagi Haga Sofia. Ih saya baru tahu malahan bahwa Haga Sofia itu ternyata terletak di atas air. Hihihi jangan-jangan dulu pemandu wisata saya pernah kasitau, cuma sayanya aja yang ga dengerin karena sibuk foto-foto. Ih pokoknya jadi bikin pengen balik lagi untuk ngeliat ulang semua yang pernah disebut di buku Dan Brown ini,
  4. Secara penokohan, Brown juga konsisten banget menceritakan karakter Siena Brooks sebagai seorang yang cenderung licik. Dalam banyak scene, Brown menceritakan Siena sebagai pencetus berbagai ide untuk mengalihkan perhatian lawan; secara implisit menyiratkan karakter penipu dalam diri Siena.
  5. Kalau secara tema sendiri, menurut saya buku kali ini lebih ‘ringan’ dibanding buku-buku sebelumnya yang lebih ‘njlimet’ seperti Da Vinci Code atau Digital Fortress. Temanya yang membumi dan sangat universal bikin novel ini lebih gampang dicerna, termasuk dari sisi karya seni Dante-nya pun kode-kode tersembunyinya ga terlalu complicated seperti sebelumnya.
  6. Banyak hal-hal yang modern diselipkan di sini, seperti fitur-fitur dalam Iphone, karakter James Bond, dll. So Langdon memang ga membuat satu cerita yang ‘aman’ dari sisi jaman/era, tapi membiarkan relevansi era pembuatan buku itu dengan era jaman sekarang tersirat dengan jelas.
  7. Secara ending, saya kurang suka karena penyelesaiannya agak ngambang dan bertele-tele, dan lagi-lagi diulang-ulang terus penjelasan yang sebenarnya sudah sangat eksplisit diungkapkan di sepanjang buku ini, misal tentang motif si penjahat, tentang konsep overpopulasi, dll. Mungkin maksudnya memang pengen membuat pembaca jelas sejelas-jelasnya sih, tapi buat saya jadi sedikit over-explanation. Tapi ini bener-bener hanya minor finding menurut saya, karena tetep aja dari awal ceritanya cukup bagus. Khas karya Langdon, dimana seolah sebagian demi sebagian puzzle tersusun sedikit demi sedikit sampai kita akhirnya bisa melihat rangkaian peristiwa keseluruhannya.
  8. Secara twist, ada twist yang cukup mengejutkan mengenai satu karakter, sampai saya lumayan kaget dan surprise, dan sampai balik-balik lagi halaman bukunya ke part sebelumnya untuk ngecek. Wow beneran ga keduga. Tapi twist besarnya secara keseluruhan kalau menurut saya agak sedikit maksa sih, tapi tetep keren kok..

 

Waktu selesai membaca buku ini, seperti biasa rasanya something’s missing banget. Seperti kehilangan satu sahabat setia yang selama beberapa hari udah nemenin. Semoga next masterpiece dari Brown cepet keluar lagi..

Score : 8

“Kapan terakhir kali mengajak Nina si bungsu main ke taman? Kapan terakhir kali Mama memasak buat orang rumah? Kapan terakhir kali Mama pergi jalan-jalan bersama kami?”

Bu Layla diam saja mendengar Ryan mencerca semua yang sudah tidak pernah dilakukan lagi olehnya. Untuk mengalihkan perhatian, Bu Layla pura-pura berbicara dengan Sofi di depan televisi sambil tidur-tiduran.

Sofi, kucing kesayangan keluarga mereka, hanya mengeong-ngeong pelan, merespons pasif ocehan Bu Layla.

“Bahkan Sofi pun rindu Mama yang dulu!” tukas Ryan ketus.

“Maaf Nak, badan Mama lemas..” akhirnya Bu Layla berkata. Ryan diam saja penuh ketidakterimaan, mulutnya terkunci rapat dalam benci.

**

Esok harinya, Ryan bangun masih dengan perasaan kesal. Hatinya masih panas oleh tingkah laku ibunya dua bulan belakangan ini. Semuanya serba tidak jelas, batinnya marah. Untuk menyegarkan pikirannya, cepat diambilnya handuknya dari lemari dan beranjaklah ia ke kamar mandi.

Lirih Ryan mendengar suara aneh dari kamar mandi yang tertutup rapat pintunya, tanda sedang ada penghuni di dalamnya. Penasaran menderanya sehingga didekatkannya telinganya di pintu. Jelas terdengar suara orang muntah-muntah. Suara seorang wanita. Suara Bu Layla. Suara Mama.

Ryan terpaku.

Pintu kamar mandi terbuka mendadak setelah satuan detik yang serasa hitungan jam bagi Ryan. Bu Layla muncul dengan muka pias, dan semakin pucat saat melihat bayangan Ryan menantinya.

“Mama sakit?” suara Ryan bergetar. Ryan cukup dewasa untuk merasakan secercah takut dalam hatinya akan jawaban mamanya.

Bu Layla diam. Diam. Diam. Hening. Sunyi. Senyap.

“Mama hamil..” kata Bu Layla lirih.

Ryan terkesiap. Seketika ia menoleh, menatap foto almarhum Papa yang terpasang di dinding samping. Papa yang meninggal tujuh bulan lalu karena sakit.

Total Kata : 258

Dibuat untuk memenuhi Tantangan BeraniCerita untuk membuat flashfiction dengan premis :

“Kapan terakhir kali mengajak Nina si bungsu main ke taman? Kapan terakhir kali Mama memasak buat orang rumah? Kapan terakhir kali Mama pergi jalan-jalan bersama kami?”

Bu Layla diam saja mendengar Ryan mencerca semua yang sudah tidak pernah dilakukan lagi olehnya. Untuk mengalihkan perhatian, Bu Layla pura-pura berbicara dengan Sofi di depan televisi sambil tidur-tiduran.

The Butler

 untitledasasasasa

Another real-story movie nih.. Lagi banyak sepertinya film tentang kisah nyata, mulai dari Rush, Captain Phillips dan sekarang The Butler. Dan sebagai pecinta sejarah, tentu saja film ini adalah a-must-watch-movie, apalagi cast-nya semuanya jaminan mutu mulai dari Forest Whitaker, Oprah Winfrey, Robin Williams, Mariah Carey, Lenny Kravitz, John Cussack, Cuba Gooding Jr. dan masih banyak lagi.

Ceritanya, sesuai judulnya, adalah tentang kisah hidup seorang kepala pelayan di White House, Cecil Gaines, selama 8 masa pemerintahan Presiden Amrik yang berbeda. Wow..

Lahir dari keluarga kulit hitam, Cecil kecil harus ngeliat sendiri ayahnya ditembak mati di depan matanya, oleh sang pemilik perkebunan kapas tempat keluarganya bekerja yang notabene adalah seorang kulit putih. Ibunya pun jadi gila setelah peristiwa itu, dan sejak itu Cecil kecil diasuh oleh keluarga si kulit putih (sepertinya sebagai ‘permintaan maaf’ dan disebabkan oleh rasa kasihan) dan dididik sebagai pelayan. Cecil kecil pun belajar menjadi seorang pelayan yang profesional, mulai dari cara bicara, ideologi dimana seorang pelayan tidak boleh membocorkan rahasia/percakapan yang didengarnya, bagaimana mereka ga boleh merespons diskusi/pembicaraan apapun dan harus menjawab dengan netral, bagaimana mereka harus berpose dan berjalan sedemikian rupa sehingga seolah keberadaan mereka tidak terasa oleh majikan/tuannya, dan masih banyak lagi.

Setelah itu Cecil kecil yang tumbuh dewasa pun merantau dan secara kebetulan bekerja sebagai pelayan di sebuah hotel, sebelum kemudian pindah ke Excelsior Hotel yang supermewah di Washington DC atas promosi dari atasannya. Performancenya yang sangat baik di situ membuatnya ditarik oleh kepala rumah tangga di White House, dan dimulailah kehidupan barunya di lingkup dunia kepresidenan USA.

Film ini bukan sekedar menceritakan tentang karir kepelayanan Cecil, tapi lebih ke perjuangannya dan keluarganya dalam menghadapi perlakuan masyarakat terhadap kaum mereka yang minoritas, kaum kulit hitam. 8 masa pemerintahan Presiden USA menceritakan berbagai naik-turun upaya pembelaan terhadap kaum hitam. Perjuangan anak sulung Cecil yang menjadi partisipan dan pelopor berbagai gerakan pembelaan kaum hitam pun diceritakan dengan sangat gamblang; berkali-kali Louis, anaknya itu, dipenjara dan nyaris mati menghadapi kaum kulit putih yang mengincar mereka, sampai mengalami putus hubungan dengan Cecil yang punya prinsip berbeda dan lebih memilih cara damai daripada aksi kekerasan seperti yang dilakukan anaknya. Terakhir dikisahkan Louis meniti karir di dunia politik dan di ending film dikisahkan mereka berbaikan kembali.

Yang menarik dari film ini :

1. Kisah berbagai karakter dari Presiden Amrik, mulai dari Kennedy muda yang pertama kali membela kaum kulit hitam, dan membuat Cecil sangat kehilangan pasca penembakan Kennedy; Nixon yang menurut saya berusaha ‘membeli’ suara kulit hitam dengan berbagai janji manisnya; Reagan yang malah mengeluarkan kebijakan yang sangat rasis terkait apharteid di Afrika Selatan dan menyudutkan kaum kulit hitam (di masa pemerintahan Reagan lah Cecil akhirnya mengundurkan diri), dan masih banyak lagi. Semua kisahnya sangat menarik, dan berbagai karakter yang berbeda dari sang presiden diperlihatkan dengan cukup jeli di sini; ada presiden yang lembut saat bicara, ada yang berapi-api, ada istri presiden yang sangat dominan, dan masih banyak lagi. Semua seperti mempelajari ulang sejarah Amerika. Berbagai fakta tentang para presiden pun dijabarkan dengan cukup detail di sini, mulai dari koleksi sepatu Jackie Kennedy dan bagaimana beliau tidak mau mengganti gaunnya yang berlumuran darah setelah memangku Kennedy yang sekarat di detik-detik terakhir hidupnya untuk memperlihatkan pada publik, “apa yang telah kalian lakukan pada suamiku”, sosok presiden yang sedang pup, dan masih banyak lagi; semua fakta memperlihatkan betapa ‘dekat’ posisi Cecil sebagai seorang kepala pelayan dengan kehidupan pribadi Sang Presiden. Very interesting.. Anyway itu yang main tokoh Reagan si Snape di Harry Potter bukan? Hihihi..

2. Akting Oprah yang sangat natural. I just love how she acts as an ordinary mother. Saat kehilangan anaknya, saat mengalami krisis pernikahan dengan suaminya, dan masih banyak lagi. She’ll be a great actress!

3. Scene yang menarik juga tentang kehidupan pernikahan Cecil dan istrinya; bagaimana istrinya bisa menjunjung tinggi komitmen dan sumpah pernikahan mereka dengan menolak godaan seorang pria even di saat-saat dimana dia sangat kesepian saat ditinggal terus-menerus oleh Cecil yang harus stand by di White House; bagaimana sampai masa tua mereka masih saling menjaga dan mencintai, termasuk pada detik terakhir kematian istri Cecil.. This is a very romantic movie, that might inspire you regarding your marriage, for sure..

4. Perubahan Cecil dari awal masuk ke White House sampai ke akhir karirnya juga menurut saya cukup bagus dan smooth. Cecil muda dijabarkan sebagai seorang yang rendah hati, berusaha ramah ke semua orang serta polos, sementara di akhir kita bisa merasakan sedikit arogansi dari seorang Cecil, keberaniannya, sikap tegasnya terhadap atasannya dan bahkan sikap dinginnya terhadap Sang Presiden. Sangat alamiah!

5. Terkait dengan nilai historinya, jadi berasa banget gimana beratnya perjuangan mereka kaum kulit hitam di era Martin Luther King. Sepertinya semua yang Lincoln pernah lakukan jadi sia-sia. Terakhir saat film mengisahkan tentang pemilihan Obama dan mengisahkan tentang pidato kemenangannya, spirit demokrasi dan kesatuannya berasa banget, benar-benar puncak keberhasilan perjuangan dan sebuah kemenangan untuk mereka kaum kulit berwarna.. Semua kisah tentang perjuangan mereka juga jadi bikin kita sedikit mikir dan ngerasa bersyukur banget karena kita hidup di jaman yang berbeda, yang bisa dibilang rasismenya ga seekstrim jaman dulu.. be thankful always..

Overall filmnya sendiri menurut saya lumayan bagus, walaupun buat beberapa orang (terutama yang ga terlalu suka sejarah), filmnya pasti akan sedikit membosankan. Yah, kelas berat deh filmnya 😀

Score : 8

Escape Plan

imagesCAGE6UP2

Saya nonton film ini di Penang, so jujur ga gitu ngerti karena teksnya juga Melayu dan Mandarin, dan Inggris pas-pasan juga sehingga ga bisa denger dengan baik :p

Idenya sih jelas keren banget, tentang Stallone (nama tokohnya Ray Breslin tapi enakkan nyebutnya Stallone aja) yang ahli meloloskan diri dari penjara, dan memang berprofesi seperti itu. Selama hari-hari tugasnya di penjara, dia akan mengawasi tentang semua hal yang terkait dengan penjagaan dan sistem, untuk menemukan kelemahan penjara tersebut. Keren deh..

Terakhir Stallone di-hire untuk ‘jajalin’ satu penjara baru yang sifatnya very confidential, sampe team-nya aja ga boleh tahu lokasi penjara ini.

Sampe di penjara yang dimaksud, entah kenapa semua rencana yang sudah disepakati berubah total semua, dan sadarlah Stallone bahwa dia telah dijebak. Sekarang asli beneran dia harus berjuang untuk meloloskan diri dari penjara ini, dan menemukan siapa yang menjebaknya.

Dalam penjara, rekan sesama napi yakni Arnold mencoba mendekati dia, dan akhirnya mereka jadi sahabat sejoli, saling bertukar rahasia dan saling membantu untuk meloloskan diri. Mereka juga berusaha membentuk aliansi dengan beberapa napi lain, dan berkomplot untuk menghadapi sipir penjara yang bak robot dan si penjaga utama. Stallone pun mulai mempelajari tentang pola pergantian jaga para sipir, tingkah laku mereka, infratruktur penjara, dll. Hal pertama yang perlu diketahui adalah di mana sebenarnya mereka berada, dan alangkah terkejutnya mereka semua mengetahui lokasi penjara itu yang sangat di luar akal sehat.

Yah demikianlah film ini berkisah tentang upaya pelarian diri Stallone dan Arnold. Plotnya menurut saya agak sedikit boring dan ga tegang-tegang banget, dan tentu saja banyak ga masuk akal. Namanya juga pelem tentang jagoan.. Di akhir kita akan dibuat sedikit terkejut dengan twist yang disodorkan. Ga terlalu gimana sih, tapi pls better ignore my opinion tentang keseluruhan film ini karena saya ga gitu ngerti film ini :p

Stallone sendiri masih tampil seperti biasa; peran seorang jagoan yang cool, keren, dan ga banyak ngomong. Kapan ya main film lain dengan penokohan yang lebih unik? 😀

Score : 7

Lagi malessssss banget nulis review film, padahal film yang ditonton udah nowel-nowel manggil minta tampil di blog (*ngibul). Daripada puyeng dengerin paksaan riweh mereka ya sudahlah saya tulisin sebagai berikut :

Captain Phillips

captain-phillips-poster

Kisah nyata biasanya cukup jaminan mutu kalo’ nyangkut perbioskopan, demikian juga dengan film ini, yang menceritakan petualangan Sang Kapten bernama Richard Phillips (lupa deh pake huruf ‘s’ atau nggak) dalam menghadapi serangan perompak Somalia di kapalnya, Maersk Line Alabama dalam rute misi membawa pasokan makanan ke Afrika lewat laut. Ini pertama kali loh kapal kargo Amrik diserang selama 200 tahun, dan seperti biasa tentu saja keheroikan Amerika digeber abis di sini dalam rangka penyelamatan 1 orang yang sebenernya ga penting-penting banget ini. Maklum Amrik jaim, pasti ga mau kesebar berita bahwa ada warga negaranya yang is-dead diterkam perompak Somalia – negeri yang dianggap abal-abal dan dipandang sebelah mata doang.

Okay, dari sisi ide cerita sih saya demen banget, tapi jujur selama pertengahan cerita, agak lambat sih plotnya, jadi sedikit bikin boring, udah gitu lumayan pusing dengerin para perompak Somalia itu saling berebut teriak-teriak pake bahasa antah berantah yang ga ada eksotis-eksotisnya sama sekali, sungguhan. Pengen ambil remote terus pause aja gitu or fast forward, tapi karena udah bayar tiket mahal-mahal (padahal dibayarin sepupu), maka bela-belain deh nikmatin tiap detik.

Terus kadang bingung juga kok perompak Somalianya antara bego dan nekat ya. Bego karena mau aja dikibulin tentang tetua-tetuanya yang katanya lagi dibawa tentara Amrik pake pesawat. Nekat karena seantero tentara Amrik udah ngepung, tapi mereka masih kece-kecean mau nahan si Hanks. Dan si Amrik tentu saja seperti biasa jagoan banget, 3 snipper bisa tewasin 3 perompak Somalia di detik yang sama. Eh tapi ini kisah nyata coy, jadi ga boleh dihujat walaupun gatau sih dalam kenyataannya beneran kayak gitu/nggak.

Nah yang saya suka adalah tentu saja aktingnya Tom Hanks yang kaliber itu. Setelah kegagalan peran di Da Vinci Code dan saudara-saudaranya Hanks kembali menemukan peran yang cocok tenan untuk dia alias si Captain Phillips ini. Aktingnya Hanks bagus dan alami banget deh, apalagi pas terakhir, pas dia udah selamat (ga spoiler loh, kan ini kisah nyata) dan lagi dirawat. Ih terguncangnya ‘dapet’ banget deh, bikin kita jadi menahan nafas juga nontonnya.

So overall film ini bagus kok, saya kasih nilai 8.

You’re Next

untitledhmhdfsd

Ini film udah agak lama sih dan hanya main di Blitz. Jangan buang waktu untuk menontonnya. Walaupun saya suka film thriller, film yang satu ini ga bakalan dikit-dikit acan masuk hitungan film keren menurut saya. Cewek pemeran utamanya kayake yang main film nari-nari itu deh, lupa juga judulnya.

Jadi ceritanya ni cewek diajak sama pacarnya ke gubug peristirahatan keluarga mereka untuk ikut ngerayain anniversary pernikahan orang tuanya si cowok. Yang dateng bukan cuma mereka, tapi kakak-adik si cowok beserta pasangannya masing-masing.

Pesta yang seharusnya baik-baik aja langsung jadi nightmare pas tau-tau muncul 3 orang bersenjata yang menghabisi mereka satu per satu dengan cukup sadis. Udah ketebak dong bahwa pasti ada orang dalam yang terlibat? Yang bikin saya stay bertahan sampai akhir film hanya karena penasaran pelakunya siapa dan motifnya apa, dan at the end semuanya sangat mengecewakan. Pelaku yang sebenernya ga terlalu masuk akal dan motif yang cemen dan ga jelas banget. Di akhir ada sedikit twist, tapi lumayan kebaca kok, dan tentu saja di scene finalnya, film-film sampah semacam ini akan menyajikan ending yang ‘males’ banget dan bikin nyesel udah buang duit.

Gravity
imagesdfdfdfdfdfdfd

Film ini katanya keren banget kalo ditonton dengan 4D atau 3D, which is quite impossible for me karena biasanya saya bakalan pusing pake kacamata 3 atau 4 dimensinya itu. Ni film idenya keren sih, ceritain tentang gimana seorang awak pesawat ruang angkasa berjuang nyelamatin diri di tengah luar angkasa yang luas itu, untuk bisa kembali ke bumi.

Anyway, di awal saya agak bingung mengikuti semua dialognya karena tokoh-tokohnya ga terlihat, sehingga agak bingung ini siapa sih yang ngomong dan ditujukan ke siapa. Maklum di awal kita penonton dibawa terpesona dulu dengan layar memperlihatkan dunia luar angkasa. Yah intinya saya terbilang agak failed dalam mengenal para tokoh di awal.

Kemudian dari tengah sampai akhir, tense lumayan naik sih dengan cerita bahwa pesawat luar angkasa mereka berada dalam keadaan darurat karena ada satelit Soviet yang meledak dan pecahannya yang mematikan sedang otw ke arah mereka. Tapi entah kenapa di beberapa scene, alurnya lambat banget, sampe’ saya lumayan berasa bosen. Apalagi pas sesi perenungan Sandra Bullock (yang memang mestinya merupakan inti cerita dan mengandung message yang ‘indah’ sih) yang buat saya boring banget. Kayaknya saya yang problem karena kurang menjiwai film dan derita serta kehidupan seorang Sandra Bullock di film itu. Biarpun semua orang bilang akting Sandra Bullock mantep banget di film ini, tetep aja buat saya bosen ya bosen, titik.

Yang saya suka tentu saja Clooney yang santai dan cool, yang cocok banget dapetin peran astronot nice guy yang slengean macam di film ini. View luar angkasa juga tentu saja lumayan keren dan breathtaking. Terus anyway scene pesawatnya terjun bebas ke bumi mirip deh dengan adegannya Star Trek ataupun The Avengers.

Score : 7,5

Runner-Runner

imagesgnhghd

I hate Justin Timberlake, yang menurut saya ga ada keren-kerennya dan beneran merusak film ini. Maksud saya, mendingan Justin fokus bermusik aja deh, jangan main film. Ben Afflect masih sedikit mendingan sih, gaharnya masih kerasa biarpun juga ga maksimal, apalagi si cewek yang sok kecantikan itu, aaarggh…

Lagi-lagi satu film dengan ide keren, tapi dikemas dengan cerita yang membosankan dan ga (sok) keren sehingga akhirnya kok jadi agak picisan ya.. Ceritanya sih tentang si Justin yang main judi online, terus ngerasa ditipu sama si pemilik website, sampe bela-belain nyatronin Costa Rica, negara yang ga dikenalnya, untuk mengejar Ben Afflect, si pemilik website. Pokoknya Timberlake jago banget deh sehingga tau-tau bisa berhasil ketemu sama Ben Afflect dan menimbulkan first impression bagus sehingga malah di-hire sama si Ben Afflect. Dari situ mulailah dia terjerat dalam usaha ilegal Ben, belum lagi terlibat asmara sama pacarnya Ben, dan bikin Ben jadi ‘benci’ sehingga at the end malah pingin nyelakain si Justin.

Nah ya sudah ni film isinya tentang kejahatan si Ben dan upaya Justin melepaskan diri dari niat jahat Ben. Adu licik deh untuk ngalahin yang lain. Udah, gitu doang. Saya sih ga enjoy dan ga happy dengan film ini, don’t know kalo’ kalian gimana.

Score : 6

Prisoners

movies-prisoners-new-poster

Hiiih yang main keren-keren tapi filmnya asli boring dan jelek. Bayangin ada Hugh Jackman dan Jack Gylennhall (kayaknya nulisnya salah), tapi filmnya kok lelet dan ngegemesin banget, padahal ide ceritanya juga cukup OK dan menarik untuk sebuah film thriller.

Ceritanya adalah tentang 2 pasang orang tua yang anaknya hilang alias diculik dan gimana seorang polisi berusaha menemukan si penjahat. Cerita ini sih cukup typical/khas Amrik dimana seorang penjahat psycho terlibat di dalamnya. Si polisi pun berusaha memecahkan misteri ini, ditambah menghadapi permusuhan dari si bapak yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap polisi dan berusaha menyelesaikan semua ini dengan caranya.

At the end cukup ga keduga sih penjahatnya siapa, tapi saya suka motifnya yang ngegambarin dengan gamblang kegetiran, kesedihan dan kepedihan si pelaku sehingga sampe’ bisa melakukan semua aksi penculikan itu.

Score : 6,5

asasasasasasasas

I was suddenly wondering this morning, where the hell all my competitiveness went as I grew up ‘til today.

Teringat jaman SMP waktu saya join ekskul Palang Merah Remaja (dan kemudian nyesel mati-matian karena aksi perploncoannya ga asyik banget – ini pertama kalinya saya sampe dibikin terkentut-kentut saking ketakutannya dibentak-bentak Senior, seriously), dan hampir nangis di suatu sesi gara-gara ga ngerti bikin simpul-simpul pake tali-temali itu. Saya kan paling blo’on ya urusan teknis kayak begitu. Beneran bikin desperate dan kemudian seminggu berikutnya karena ga rela, saya mati-matian belajar simpul-menyimpul tiap hari di rumah sampe beli bukunya segala, dan minggu depannya pas sesi kedua, saya orang pertama yang selalu selesai bikin simpul, sampe’ bisa dengan songongnya mengedarkan pandangan puas ke sekeliling, sambil menanti teman-teman lain setengah mati nyelesain simpul mereka.

Hal yang sama terjadi waktu saya nyaris nangis karena ga ngerti make mikroskop di Lab Biologi. Selesai pelajaran, saya duduk bengong gitu dengan tampang stress karena sepertinya ga pernah ngerasa segitu down-nya. Untung ada seorang temen cowok yang cukup baik, yang ngeluangin waktu istirahatnya untuk ngajarin saya, padahal sumpah saya benci banget sama ni cowok karena menurut saya tatapannya mesum dan suka liatin cewek dari atas ke bawah. Apa boleh buat karena butuh, terpaksa saya juga manis-manis ke dia. Minggu depannya, saya udah bisa pake mikroskop dengan lancar dan sibuk bantuin temen-temen lain yang masih kebingungan.

Waktu SD, agak lebih parah, guru saya itu suka banget main cerdas cermat di kelas, dan pertanyaannya cukup ‘berat’ untuk ukuran anak SD, seperti siapa anak perdana menteri Australia, apa negara terluas di Asia, dll. Saking bencinya saya karena selalu ga bisa jawab, besokannya saya baca semua koran dan saya list satu per satu nama seluruh pemimpin negara di seluruh dunia, kemudian saya hafalin. Kebayang kan betapa sumringahnya saya ngeliat tampang guru saya yang shock waktu saya bisa nyebutin nama Paul Keating, Norodom Sihanouk dan berbelas-belas nama lain, belum lagi tampang anak-anak sekelas yang nganggap saya canggih banget? Fufufufu…

Sifat kompetitif ini juga kebawa dalam hal ecek-ecek kayak main Pancasila Lima Dasar. Misalnya pas permainannya adalah menyebutkan nama mobil, supaya bisa cepet jawab saya sampe ngafalin semua nama mobil dan huruf depannya, supaya misalnya pas sampe giliran huruf ‘G’, saya bisa langsung cepet nyebutin nama ‘Gallant’ atau ‘Genio’ dan memenangkan pertandingan. Ga penting banget ga sih..

Jaman SMU dan kuliah juga saya inget pernah bikin Liga Catur atau Liga Main Jempol dan beneran dibikin kompetisi. Papan catur dilukis sendiri pake pena di selembar kertas yang agak tebal, dan gambar pion catur dilukis pake pensil. Kalo’ mau gerakkin pion catur, tinggal hapus aja gambar pionnya dari kotak asal dan gambar ulang di kotak tujuan, begitu seterusnya. Memprihatinkan banget ga sih? Dan seinget saya, saya satu-satunya cewek yang menang liga itu deh (*if I’m not wrong haha).

Kayake emang pengen menang cukup intens jadi sifat dasar saya – tapi saya rasa semua orang begitu kali ya? Sayangnya entah kenapa, belakangan ini aja saya ngerasa sifat kompetitif ini agak berkurang. Kadang suka males aja bela-belain bikin extramiles effort apalagi untuk sesuatu yang sebenernya ga penting. Pagi ini pas lagi mikir-mikir entah kenapa saya kangen banget sama perasaan itu; suatu rasa di hati yang memprovokasi diri untuk ga pernah kalah dan doing something more untuk lebih menang dari orang lain, dalam segala hal. I just missed that feeling so much.. Kadang sebenarnya punya rasa seperti ini melelahkan, tapi di satu sisi ngangenin juga.

Jakarta, October 2013 – saat kangen dengan kekompetitifan.


Fanny Wiriaatmadja

Follow Fanny Wiriaatmadja on WordPress.com

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 1,713 other subscribers

Memories in Picture - IG @fannywa8

No Instagram images were found.

Blog Stats

  • 594,767 hits

FeedJit

Archives

Categories

Protected by Copyscape DMCA Takedown Notice Infringement Search Tool

October 2013
M T W T F S S
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
Jia Effendie

Editor, Translator, Author

Dream Bender

mari kendalikan mimpi

catatan acturindra

sekelumit cerita penolak lupa

JvTino

semua yang ada di alam ini bersuara, hanya cara mendengarnya saja yang berbeda-beda

Rini bee

Ini adalah kisah perjalanan saya. Kisah yang mungkin juga tentang kamu, dia ataupun mereka. Kisah yang terekam di hati saya. Sebuah karya sederhana untuk cinta yang luar biasa. Sebuah perjalanan hati.. :)

hati dalam tinta

halo, dengarkah kamu saat hatimu bicara?

Agus Noor_files

Dunia Para Penyihir Bahasa

kata dan rasa

hanya kata-kata biasa dari segala rasa yang tak biasa

Iit Sibarani | Akar Pikiran

Akar Pikiran Besar Mengawali dan Mengawal Evolusi Besar

cerita daeng harry

cerita fiksi, film, destinasi dan lainnya

Dunia Serba Entah

Tempatku meracau tak jelas

Astrid Tumewu

i am simply Grateful

Mandewi

a home

FIKSI LOTUS

Kumpulan Sastra Klasik Dunia

Meliya Indri's Notes

ruang untuk hobi menulisnya

anhardanaputra

kepala adalah kelana dan hati titik henti

catatanherma

Apa yang kurasa, kupikirkan...tertuang di sini...

Rido Arbain's Personal Blog

Introducing the Monster Inside My Mind

Sindy is My Name

Introducing the Monster Inside My Mind

MIZARI'S MIND PALACE

..silent words of a silent learner..

Nins' Travelog

Notes & Photographs from my travels

Gadis Naga Kecil

Aku tidak pandai meramu kata. Tapi aku pemintal rindu yang handal.

lalatdunia's Blog

sailing..exploring..learning..

GADO GADO KATA

Catatan Harian Tak Penting

Maisya

My Thought in Words and Images

Luapan Imajinasi Seorang Mayya

Mari mulai bercerita...

hedia rizki

Pemintal rindu yang handal pemendam rasa yang payah

Catatannya Sulung

Tiap Kita Punya Rahasia

chocoStorm

The Dark Side of Me

copysual

iwan - Indah - Ikyu

nurun ala

menari dalam sunyi

Rindrianie's Blog

Just being me

Nona Senja

hanya sebuah catatan tentang aku, kamu, dan rasa yang tak tersampaikan

https://silly-us.tumblr.com/

Introducing the Monster Inside My Mind

Doodles & Scribles

Introducing the Monster Inside My Mind

All things Europe

Introducing the Monster Inside My Mind

The Laughing Phoenix

Life through broken 3D glasses. Mostly harmless.

miund.com

Introducing the Monster Inside My Mind

Dee Idea

Introducing the Monster Inside My Mind

DATABASE FILM

Introducing the Monster Inside My Mind

www.vabyo.com

Introducing the Monster Inside My Mind

amrazing007 tumblr post

Introducing the Monster Inside My Mind

The Naked Traveler

Journey Redefined

~13~

Introducing the Monster Inside My Mind