Archive for the ‘Travelling’ Category
West Europe Trip Sept 2016 (6)
Posted September 27, 2016
on:HARI 6
Nikmati Canal Cruises dengan menelusuri kanal-kanal didalam kota menggunakan perahu kaca.Dilanjutkan dengan city tour melewati objek wisata terkenal seperti Windmolen, Dam Square, Royal Palace yang dulu merupakan tempat tinggal Ratu Beatrix dan Rijksmuseum yang memiliki koleksi terbesar di Netherlands. Setelahnya Anda akan mengunjungi Volendam, sebuah desa Nelayan. Anda mempunyai kesempatan untuk berbelanja aneka cinderamata dan berfoto dengan memakai pakaian tradisional khas nelayan Belanda (Optional). Anda akan diajak menuju Zaanse Schans, desa tradisional yang banyak kincir angin.
Sambungan postingan di sini dan tenang, ini postingan terakhir bwahaha..
Bangun, mandi, dan breakfast. Tempat breakfastnya di lantai 17 dengan kaca di kiri kanan sehingga kami bisa menikmati pemandangan kota Amsterdam.
Hari ini kami bakalan explore Belanda hampir satu harian full sebelum balik ke airport Schipol untuk kembali ke Jakarta.
Rute pertama adalah ke Desa Zaanse Schans, desa kincir angin, sekitar 1 jam perjalanan dari kota Amsterdam. Desanya lumayan cantik sih, asri dan hijau, hawanya juga segar dan masih terasa atmosfer tradisionalnya. Sesuai namanya, banyak kincir angin yang memang masih digunakan di sini.
Acara pertama di sini adalah ngeliat cara pembuatan sepatu clog, sepatu khas Belanda, yang bentuknya cantik tapi lumayan buat nyambit jambret. Kami masuk ke sebuah rumah, terus duduk di deretan bangku yang disediakan, dengan deretan mesin-mesin untuk membuat sepatu tersebut. Keren juga sih cara bikinnya, diperagakan oleh seorang bule.
Setelah itu kami keliling-keliling (masih di dalam rumah itu) liat souvenir yang lucu-lucu banget. Ada kelinci yang muncul berulang-ulang dalam bentuk berbagai souvenir. Lupa nama kelincinya, tapi sepertinya dia lumayan tenar di sini karena di airport pun gw sering liat si kelinci ini. Keliling demi keliling, gw hebat loh, masih bisa menahan diri belanja, hanya membeli magnet saja.
Next activity adalah berpindah ke rumah lain, untuk melihat pembuatan keju. Ini juga lumayan menarik, diperagakan oleh seorang ibu-ibu yang keibuan banget dengan baju tradisional Belanda. Setelahnya, sama seperti di rumah sepatu clog tadi, kami keliling-keliling rumah tersebut untuk beli keju. Cici gw yang ke Belanda tahun sebelumnya udah titip keju terkenal asal Belanda tersebut, yang rasanya memang enak sih, even untuk someone yang ga terlalu ‘into’ cheese seperti gw.
Selain itu, cici gw pernah bilang ada juga rumah tempat pembuatan minyak, tapi mungkin karena keterbatasan waktu, kami ga ke sana. Bagus deh, siapa juga yang tertarik liat cara buat minyak?
Setelah puas beli souvenir dan keju, kami keliling area desa Zaanse Schans. Ada danau gede yang cantik, rumah-rumah tradisional, kincir angin everywhere, dan masih banyak lagi. Areanya lumayan gede, hampir nyasar untuk balik ke bus. Lumayan menyenangkan sih di desa ini.
Nextnya, perjalanan dilanjutkan ke Desa Volendam alias desa Nelayan, sekitar 45 menit dari Zaanse Schans. Di sini angin lebih kenceng, hawa lebih dingin, karena sesuai namanya, desa ini letaknya di pinggir pantai. Begitu sampe’ pun dan kita harus menyusuri jalan menuju desanya, di sebelah kiri sudah ada hamparan pantai yang… cantik. Enggak deng, biasa aja sih.
Nyampe desanya kami dibawa ke satu toko souvenir gede, tepatnya ke satu ruangan kecil yang temaram, untuk nonton film tentang histori negeri Belanda. Menarik sih, jadi tau bahwa dulu karena Belanda letaknya beberapa meter di bawah permukaan laut, maka kenalah mereka banjir hebat di tahun 1950-an sampe’ bisa dikatakan mereka itu tenggelam. Dari situ negeri ini langsung berbenah dan bangun dam untuk menahan air laut. Ga maen-maen loh, bukan sekedar bendungan untuk nahan danau atau semacam itu, tapi air laut. And it works, after sekian banyak effort, waktu dan komitmen. Makanya kalo’ ga salah Ahok kemarin-kemarin itu ada ke Belanda kan untuk belajar soal ini, karena Jakarta pun diramal bakalan tenggelam parah kayak Belanda kalo’ ga berbenah diri, dengan segala pengikisan garis pantai, pemanasan global dan apalah semua itu. Semoga apa yang dibuat oleh Belanda bisa diadaptasi di Indonesia soon ya.
Setelah nonton film, kami langsung belanja souvenir di toko itu. Tokonya lumayan gede dan barangnya OK-OK juga. Gw belanja gantungan kunci buat temen-temen kantor di sini.
Habis itu kami keluar toko dan jalan-jalan di sekeliling, kiri-kanan toko dengan background pantai, enak juga suasananya. Karena ini desa nelayan makan untuk lunch gw dan Mama mutusin makan Fish n’ Chips di salah satu restoran sederhana di sana. Rasanya OK banget, tapi sepertinya beda-beda tipis sama FIsh & Co Jakarta. Harganya kalo’ ga salah 9 EUR-an.
Habis makan, kami keluar masuk toko-toko lagi. Gw sempet beli selai dan kaus lagi di sini. Di Volendam ini kita juga bisa foto pake’ baju khas Belanda gitu, tapi gw dan Mama mutusin untuk ga moto. Abis komersil dan kayaknya standard banget ya. Ga worth it pula menurut gw. So kami skipped foto-memoto ini.
Setelah selesai, kami balik ke bus untuk jalan ke kota Amsterdam.
Sampe’ Amsterdam, next agenda adalah ke tempat pengasahan berlian. Ada 2 perusahaan gede yang paling terkenal di sini, salah satunya Coster Diamond yang kami datangi ini. Seneng sih liat-liat berlian (cewek!!), tapi ya ga seneng sih liat harganya. Selain seneng liat berlian, seneng juga dengerin penjelasan tentang gimana menilai berlian yang bagus. Menarik banget. Abis itu semua peserta liat-liat berlian termasuk gw, sayangnya ga ada yang beli, bwahaha.. orang tokonya mupeng. Langsung deh kami keluar.
Ngoomong-ngomong soal berlian, katanya kualitas yang paling bagus adalah berlian dari Afrika Selatan. Catat ya.
Balik ke trip kami, area Coster Diamond ini deket sama Rijkmuseum, museum terkenal di kota Amsterdam yang kalo ga salah populer dengan huruf-huruf gede I AM STERDAM merah putihnya itu. Sayangnya karena keterbatasan waktu (soalnya ga main-main, kami berurusan dengan flight pulang kami nanti) kami ga sempet ke situ, dan ga sempet foto-foto pula. Sedih dan kecewa juga sih, soalnya itu kan salah satu trademarknya Amsterdam gitu.
Jadi dari tempat pengasahan berlian tadi kami langsung jalan untuk naik kapal lagi menysusuri kanal-kanal Amsterdam selama 1 jam. Inipun udah ngebut banget karena waktunya super mepet. Untungnya masih keburu sih jadwal kapalnya jam 3.15 siang.
Ya sudah naiklah kami ke kapal kayu tersebut, dengan kaca-kaca di kiri kanan dan atas. Beda dengan kapal di Paris yang terbuka, kapal Amsterdam ini tertutup, tapi ya dengan lapisan kaca. Bangkunya juga beda. Kalau bangku kapal di Paris berderet rapi baris demi baris tanpa meja, bangku-bangku di kapal Amsterdam ini ada mejanya. Jadi kayak di restoran gitu, 1 meja dengan bangku panjang berhadapan. Ada earphone yang bisa kita pakai untuk mendengarkan recorded guide explanation dengan pilihan belasan bahasa, tapi boro-boro dengerin, gw malah ngobrol sama TL-nya saking membosankannya penjelasannya dan pemandangannya. Asli 1 jam rasanya lamaaa banget. Overall menurut gw sih kurang OK ya view-nya. Gatau juga, apa ini gara-gara gw asyik ngobrol sama TL dan Mama.
Di seberang ferry port-nya ada pabrik Heineken tampaknya, dengan antrian panjang calon pengunjung.
Selesai naik kapal kami langsung ngebut ke airport karena pesawat kami jam 7.30 malam. Jalanan macet pula, bikin semua dag dig dug. Untung supir kami agak nekat juga, manuver kiri-kanan dan akhirnya bisa lolos dari kemacetan.
Sampe’ airport, peserta berpisah; sebagian melakukan tax refund, sebagian langsung check-in. Karena ga beli barang branded apa-apa, gw dan Mama langsung check-in. Ada sih tax refund yang kami terima, tapi cuma 10 EUR. Itu pun juga sudah mepet banget waktunya, jadi ga usah tax refund lah. TL juga udah wanti-wanti bahwa Schipol Airport ini merupakan salah satu bandara terbaik di dunia dan pemeriksaannya super ketat. Eh bener loh, gw ud nyobain beberapa airport di Eropa, and this one is insane. Kita masuk ke bilik kaca gede berbentuk oval gitu untuk di-scan badannya selama beberapa detik. Petugasnya pun rigid dan tegas banget. Ah bener-bener deh. Ga ada tuh pemeriksaan ngasal-ngasal atau birokrasi doang. Semuanya bener-bener detail dan menyeluruh. Agak nakutin sih.
Setelah pemeriksaan dll. akhirnya kami berhasil nyampe gate tempat nunggu dan 10 menitan kemudian langsung boarding. Bener-bener mepet waktunya.
Peserta yang tax refund pun akhirnya batal semua karena ga keburu. Daripada ketinggalan pesawat mendingan ga usah tax refund kan. Ada peserta yang tax refund nya nyampe 10 jutaan loh, lumayan banget. Nyesek deh.. keluar deh statement dari beberapa peserta, “Mendingan tadi ga usah naik kapal di kanal Amsterdam.. waktunya buat ke airport aja untuk tax refund..” heheh no comment deh ya. Sejelek-jeleknya kapal tadi, rasanya sayang juga kalo’ nggak naik.
Flight kami berangkat agak telat tapi somehow we manage to make it on time loh pas nyampe Jakarta. Perjalanan lancar, transit Istanbul dulu seperti perginya.
Nyampe’ Istanbul gw buka hardlense dan berganti dengan kacamata, nunggu setengah jaman terus lanjut terbang lagi ke Jakarta sekian belas jam. Susah tidur banget, jadinya nonton terus, dan somehow karena duduk terus tulang ekor gw sampe’ sakit banget sehingga gw harus berganti posisi duduk terus-menerus. Duduknya jadi gelisah, padahal biasanya fine-fine aja.
Nyampe Jakarta jam 5.50 sore dan langsung dijemput suami dan Aimee. Aaaaaaakkkkh akhirnya ketemu my baby 🙂
Intermezzo :
* Jadi-jadi, gw itu agak-gila-banget belanja pernak-pernik dan souvenir gitu. Tiap travelling pasti duit abis buat belanjain gituan. Nambahin koleksi terus. Udah satu lemari tuh di rumah. Nah, di trip kali ini karena pas lagi banyak pengeluaran juga, gw bertekad ga mau belanja aneh-aneh. Surprisingly gw berhasil loh, entah kenapa.. Sepertinya time has somehow changed me into someone different. Gw ga lagi tertarik dan kalap liat pernak-pernik lucu-lucu dan bisa nahan diri dengan mudah. Contoh kalo’ dulu misal ke Eropa Timur, satu negara gw bisa beli magnet sampe 4-5 biji, sekarang gw bisa loh cuma beli 1 magnet 1 negara, or maksimum 2 magnet lah gitu untuk 1 negara. Atau kalo’ dulu gw bisa beli oleh-oleh berlimpah buat semua orang, sekarang gw bener-bener batesin seadanya aja. Kesannya jadi pelit sih, tapi emang beneran sih gw belajar untuk pergi itu buat diri sendiri, bukan buat ‘nyenengin’ orang dengan bawain ini-itu apalagi melimpah-ruah. Yah at the end buat gw pribadi ini pencapaian banget loh karena bisa menghemat pengeluaran, apalagi tau sendiri harga di sini juga ga murah, apalagi di Swiss yang kejamnya maksimal. In summary, dari duit yang gw bawa selama trip ini, gw cuma pake 45 % aja, dan itu pun sebenernya banyak abis buat makan, secara gw kan ga dapet lunch and dinner di tour ini. Jadi beneran, I’m so proud of myself. Kayaknya gw bisa gitu put priority on the expense, mana yang penting and ga penting. Aaaaakhh senang!!
* Kalo’ keabisan Aqua, supir kami jualan Aqua botol kecil dengan harga 1 EUR.
* TL pernah cerita bahwa katanya Prudential pernah bikin incentive trip sekitar 3000-4000 orang ke Eropa. Mereka ‘membatikkan’ Euro Disney (karena ke sana dengan baju batik semua) dan bikin heboh Colloseum dengan maen angklung di sana. Sekian ribu orang. OMG keren banget!
* Selama di pesawat berhasil nonton:
– Money Monster (George Clooney and Julia Roberts) – Bagus tapi ga make sense.
– Me Before You – drama tentang cewek yang jadi ‘nanny’ buat cowok kaya ganteng yang jadi cacat karena kecelakaan, terus falling in love. Picisan banget sih menurut gw (tapi tetep aja ditonton).
– X + Y – cerita tentang anak jenius matematika dengan perjuangannya ikut olimpiade matematika dan permasalahan keluarga. Standard, tapi selalu menyenangkan nonton film tentang orang jenius.
– Water Diviner (Russel Crowe) – inspired by true story, tentang perjuangan seorang Bapak yang nyari 3 anaknya yang hilang during perang Turki gitu. Mengharukan dan bikin bercucuran air mata sambil makan di pesawat.
– Hunger Games Mockingjay yang terakhir, yang waktu itu ga sempet nonton di bioskop. Baru beberapa menit, udah ngerasa boring abis. Akhirnya shut it down.
– Film tentang pecatur (kayaknya kisah nyata tentang Bobby Fischer) dengan background Perang Dunia kayaknya – tapi nontonnya sambil tidur-tidur, akhirnya ga ngerti sama sekali.
* Untuk copet, gw pribadi lumayan worried kali ini karena gw bawa tas yang bener-bener terbuka, no zipper. Cuma satu kancing tempel gitu. Modelnya bawa di bahu gitu. Kenapa ‘maksa’ pake tas ini? Soalnya tasnya gede and lebar, jadi bawa apapun semua masuk, mulai dari payung, jaket. Aqua, dll. Perfect deh. Resikonya yah gw kudu extra hati-hati, karena dikepit di ketek aja tasnya masih tetap terbuka gitu, saking lebarnya. Mancing banget deh. Di sisi dalam tas, ada risleting gitu. Nah di dalamnya gw simpen dompet passport dll. yang penting-penting. Harapan gw sih semoga copetnya ga bisa buka risleting di dalam tas itu, tapi namanya copet kan banyak akal ya. Akhirnya solusi desperate gw adalah naruh dompet kosong di dalam tas. Jadi kalopun si copet ngeliat atau ngincer tas gw yang notabene terbuka lebar itu, yang pertama dia liat bakalan dompet kosong itu. My expectation sih dia bakalan nyopet dompet kosong itu aja gitu, dan lantas berpuas diri. Jadi ga kepikir untuk explore lebih lanjut buka-buka risleting keramat yang isinya ajigile pentingnya itu. Itu aja sih trik gw. Untungnya sampe’ akhir semua baik-baik aja, dan even si dompet pancingan itu juga aman-aman aja. Anyway dompet kosong itu gw pinjam sama ponakannya suami gw, dan ponakannya itu ga tau bahwa dompet itu digunakan sebagai umpan aja bwahaha..
* Untuk peserta tour semuanya enak-enak aja sih :
1. Sepasang tante yang suaminya adik kakak, yang selalu ceria, ramai, dan modis. Total 4 orang.
2. Sekeluarga oom-tante dengan dua anak cowok cewek yang ganteng dan cantik tapi berempat ini selalu agak ‘menyendiri’ dan ga terlalu socialized sama peserta lain.
3. Olive sama Alvin yang lagi honeymoon dan bikin mupeng (bwahaha)
4. Pak Fauzan yang pergi sendirian tanpa istri-anak dan setiap detik selalu selfie dengan tongsisnya. I almost never find him without posing in front of his tongsis haha..
5. Pak Lukman yang super kocak dengan istrinya yang super baik dan sabar bak angel banget dan 4 anaknya, 2 perempuan dan 2 lelaki.
6. Tante dan oom dengan dua anak cowok-ceweknya yang kompak banget
7. Dion dengan GoPro-nya sama Ryan adiknya, bocah kecil kelas 4 SD yang jadi hopeng gw selama tour ini dan bisa ngobrolin Pokemon berjam-jam selama cruise di Paris (mereka sama papa mamanya – si tante baru keluar RS)
Udah deh.
Okeh sekian deh tentang trip West Europe ini. Berkesan ga? Errrr sejujurnya kurang. Mungkin karena sebelumnya gw udah ke Eropa Timur yang notabene menurut gw lebih bagus, tournya lebih full dan lengkap, durasinya lebih lama. Jadi begitu ke West Europe ini, rasanya kok jadi ‘kebanting’ banget ya. Tapi anyway yang namanya travelling mah gw hepi-hepi aja. Selalu ada plus minusnya kan during the trip. Yang pasti pas trip gw enjoy, pulang trip juga bahagia karena bisa ketemu Aimee. Everything’s perfect-perfect aja jadinya 🙂
Untuk Dwidaya Tour nanti gw ceritain terpisah ya, pengalaman gw pake’ mereka. Itupun kalo’ lagi rajin ngetik.
West Europe Trip Sept 2016 (5)
Posted September 27, 2016
on:HARI 5
Meninggalkan Perancis dan menuju Belanda yang dikenal dengan sebutan Negara Kincir Angin, tepatnya kota Amsterdam dengan melalui kota Brussel, Belgia. Di Brussels Anda akan diajak melihat Manekin Piss Statue dan Grand Palace, tidak lupa melihat Everard Serclaes momument. Di Amsterdam Anda akan diajak mengunjungi salah satu tempat pengasahan berlian yang terkenal.
Sambungan dari postingan ini.
Hari ini kami bakal jalan ke Belanda dengan mampir di Brussel (Belgia) terlebih dahulu.
Di tengah jalan kami mampir dulu di rest area, ada kompleks lumayan gede dimana terdapat supermarket dan restoran di dalamnya, tempat kami sekalian lunch. Setelah beli Aqua di supermarket, gw dan Mama pilih lunch di Paul, dengan beli sandwich raksasanya. Model sandwichnya kayak di Kempi Deli gitu deh. Rotinya kerasnya setengah mati, kombinasi isi daging dan sayurannya juga agak aneh sih rasanya, dan ada semacam rasa wine gitu. Roti mama isinya ikan dan mayonaise, dan rasanya agak amis, tapi gw doyan aja dua-duanya.
Setelah itu kami lanjut perjalanan ke Belgia. Di tengah jalan ada papan penunjuk jalan bergambar Asterix gitu. Iiiih cute..
Nyampe’ Brussel kami dibawa ke satu toko yang gw bingung sih, ngapain di bawa ke sini. Isinya cuma tas Kipling dan berbagai merk lain. Ga menarik banget, tapi tetep aja banyak peserta yang beli. Tapi waktu itu kami diminta jangan beli dulu. Jadi ke situ sebenernya cuma numpang ke toilet aja, nanti pas jalan balik / pulangnya, baru kami bakal balik lagi ke situ, karena setelah ini masih ngejar waktu untuk ke next destinationnya di kota Brussel ini. Anyway tas Kipling ini juga asalnya dari Belgia loh.
Selanjutnya, jalan kaki agak jauh dari toko itu, kami ke pusat kota / Old Town-nya, yang notabene supeeeer cantik. Namanya Grand Place / Grote Markt kalo ga salah. Jadi ada satu lapangan atau alun-alun gede yang kiri kanannya semua bangunan cantik (yang gw gatau semua namanya karena kami ga dijelasin, cuma dilepas aja) dengan gaya arsitektur klasik khas Eropa : banyak ukiran dan motif. Di belakang lapangan itu baru berjejer gang-gang dengan toko-toko di kiri-kanannya.
Sebelum dilepas, kami dibawa ke satu toko cokelat yang sepertinya ‘partner’ gitu sama travel agency kami. Intinya sih mereka jualan terus kasih kami discount. Menurut TL memang Belgia ini adalah salah satu surga cokelat dengan harga murah. Herannya pas beli, gw kok tetep ngerasa cokelat ini mahal ya? Anyway busway, gw pernah baca bahwa Haagen Dazs pun menggunakan cokelat dari Belgia loh.. Haagen Dazs sendiri gw kira asalnya dari Eropa (merujuk ke namanya), ternyata ni es krim dari New York.
Setelah ‘lepas’ dari toko cokelat tadi, kami muter-muter ke toko lain. Gw tentu saja mampir ke toko souvenir, beli magnet, tidak lupa beli wafel seharga 3 EUR karena Belgia merupakan negara asal wafel. Rasanya? Menurut gw biasa aja, sama aja kayak wafel di Indonesia, tapi mungkin itu karena gw milihnya cuma menu wafel nutela yang standard, tanpa es krim dan buah.
Habis itu kami juga jalan kaki dikit ke Mannekin Piss, patung anak kecil pipis yang merupakan lambang kota Brussel. Sejarah di balik patung ini ada beberapa versi sih, salah satunya yang paling sohor adalah patung ini didirikan untuk mengenang satu anak kecil yang menyelamatkan kotanya dengan cara pipisin bom yang mau meledak di situ during Perang Dunia. Patungnya bener-bener biasa sih, kecil pula. Biasanya patungnya bugil, tapi di event-event tertentu patungnya bakal dikasih kostum seperti hari itu waktu gw pergi. Sayang karena tidak ada guide, gw gatau kostum putih yang dikenakan si patung bocah itu dalam rangka apa.
Toko-toko di sekitar sini juga banyak yang menggunakan patung anak kecil sebagai icon toko mereka.
Setelah keliling-keliling toko, kami balik lagi ke alun-alun gede yang sekelilingnya penuh bangunan cantik tadi untuk foto-foto. Sampe’ bingung milih angle-nya karena semua sudut terlalu instagrammable.
Puas moto-moto, sambil nunggu peserta tour lain, gw mampir di toko cokelat Godiva. Kayaknya ni brand juga asal Belgia deh. Aaaakh paling suka sama chocolate milkshakenya Godiva di Plaza Indo. Sayang di sini jualannya cuma cokelat doang. Akhirnya gw beli permen cokelat di sini. Not a big fans of chocolate, tapi ini Godiva gitu loh..
Abis dari Godiva, peserta belum ngumpul juga. Eeeh gw lihat toko Tintin, menjual pernak-pernik yang berbau Tintin. TL bilang bahwa Tintin kan emang asalnya dari Belgia (gw sendiri lupa-lupa inget). Sayang di toko ini harga barangnya mahal-mahal, dan untunglah hati gw masih (mario) teguh, jadi gw bisa bertahan ga beli apa-apa walaupun barangnya lucu-lucu banget. Eh baru inget juga bahwa Hercule Poirot, detektif ciptaan Agatha Christie, juga berasal dari Belgia. Wah ternyata Belgia walaupun ga setenar Perancis atau negara lain, menyimpan banyak ‘history’ background ya, seperti merupakan tempat asal wafel, Kipling, Godiva, Tintin, Hercule Poirot dan masih banyak lagi.
Setelah kelar, kami balik ke bus, tapi mampir lagi di toko tas Kipling tadi, karena beberapa peserta (termasuk Mama) juga mau beli beberapa barang di situ. Duh, apa bagusnya sih tas monyet aneh itu?
Habis itu baru beneran balik bus dan perjalanan dilanjutkan ke Amsterdam, Belanda.
Di itinerary disebutkan kami bakal ngeliat patung Everard Serclaes tadi di Brussel, tapi sampe’ akhir gw ga aware sama sekali yang mana patung itu, karena ga dikasihtau. Di bus sempet ada peserta yang nanya, TL-nya kasitau sih, tapi tetep aja gw ga aware. Kenapa ga dikasitau di sana sih? (* sepertinya sih patung ini adalah patung prajurit berkuda yang mangkal di atas salah satu bangunan di Grote Markt tadi -> see below)
Di itinerary juga disebutkan bahwa nyampe Amsteredam kami bakal mengunjungi tempat pengasahan berlian, tapi sepertinya ga keburu karena nyampe Belanda udah malam. Di tengah perjalanan kami mampir di rest area dan gw beli semacam roti sandwichnya. I thought rotinya bakalan keras kayak roti-roti pada umumnya di Eropa, di luar dugaan ternyata rotinya lembut banget. Rotinya gw makan di bus, buat dinner.
Tadinya malam hari mau di-arrange dinner bareng di restoran Indonesia, karena kayaknya semua peserta udah eneg makan roti, sandwich, burger dll. Tapi setelah dirinci-rinci lagi biayanya yakni 22 EUR/orang, gw langsung nolak deh. Mending cari makan sendiri, McD cuma sekitar 5 EUR aja. Akhirnya peserta lain cancel juga, dan batallah makan di restoran Indonesia. Emang sih penasaran juga pengen tau rasa makanan Indo di sini kayak apa sih? Tapi mestinya ga sampe beda banget kali ya secara yang masak banyakan orang Indonesia sendiri juga. Paling bahannya aja yang agak beda.
Nyampe hotel kami langsung mandi dan istirahat. Hotelnya sendiri bagus dan kamarnya modern style, tapi agak remang. Namanya Ramada Apollo Amsterdam Centre.
Sampe’ hotel Pak Lukman katanya kehilangan 1 koper. Waduh, semua panik. Apakah ada pencuriankah? Setelah ditelusuri dan telepon sana sini, untunglah ternyata kopernya ketinggalan di hotel di Paris dan akan dititip ke rombongan Dwidaya Tour berikutnya yang akan ke Paris juga minggu depan.
Bersambung ke postingan berikutnya.
West Europe Trip Sept 2016 (4)
Posted September 27, 2016
on:HARI 4
Bonjour Paris ! Acara hari ini diisi dengan berkeliling kota Paris dengan melewati Notre Dame, sebuah gereja dimana Napoleon dinobatkan menjadi kaisar, kemudian melewati Arc De Triomphe, yang adalah sebuah gerbang (monument) yang dibangun untuk memperingati kejayaan Angkatan Bersenjata pada masa Napoleon pertama. Anda juga akan melewati Place De I’Etoile, titik pertemuan dari 12 jalan lurus disekitarnya, Louvre Museum, Des Invalides, hotel yang dibangun oleh Raja Louise XIV, Place de la Concorde serta Champs-Elysees, jalanan sepanjang 2 km yang sangat terkenal di Paris.Tidak lupa mengabadikan moment special anda dengan berfoto dengan latar belakang EIFFEL TOWER. Setelah city tour Anda akan diajak berbelanja di Benlux Duty Free dan Galeries Lafayette
Sambungan dari postingan ini.
Bangun, mandi, breakfast.
Karena Residhome Apparthotel merupakan hotel apartemen kali ya, jadinya breakfastnya dikit dan simple banget. Tapi sosisnya enak aji gile sih, jadi ya udah makanin itu aja.
Hari ini kami bakalan ke kota Paris untuk city tour di sana. Eh tepatnya bukan city tour sih. Nanti liat sendiri deh ngapain aja kami di Paris.
Perjalanan ke kota Paris makan waktu 1 jaman, apalagi macet pula. Kenapa makan waktu 1 jam? Karena hotel kami ada di pinggiran kota, di Montevrain, deket Euro Disney. Jadi memang bukan di pusat kota. Kenapa ga di pusat kota? Karena katanya bus ga selalu bisa lewat kalo’ di kota Paris. Ah apapun itu gw mah cincay-cincay aja, yang penting hotel tempat kami bermalam juga bagus-bagus aja kok.
Memasuki kota Paris, sampah is everywhere loh. Banyak grafiti pula di tembok-tembok di jalanan. Berasa di Jakarta aja.
Pas ud masuk di Parisnya, di pusat kotanya, baru keliatan cantiknya. Suka banget sama arsitektur bangunan-bangunannya yang cantik dan klasik banget. Place De La Concorde nya (semacam lapangan gede gitu) juga impressive banget dengan patung-patung berdetail rumit. Ah pokoknya Paris is cantik menurut gw. So far di trip ini, kalo’ semua peserta lain rata-rata lebih demen Swiss, gw confirm paling suka Paris.
Ini maap foto-fotonya mantul semua karena difoto dari balik jendela bus.
Jadi pertama-tama kami diturunin di Menara Eiffel (dari jauh, bo..), cuma buat foto-foto doang. Jangan pikir kami bisa masuk, naik, liat view Paris dll. HOAHAHAHHAHA -> ketawa gede-gede dengan atmosfer pahit.
Karena ini Eiffel gitu loh, maka kami foto-fotonya lama buanget. Ada kali hampir setengah jam di sini. Pas di rumah liat foto-foto, rasanya foto Eiffel kok banyak banget, padahal sebenernya angle-nya sama-sama aja gitu.
Atas : TL kami + Pak Lukman yang bikin tour rame
Pas naik bus lagi, ada banyak penjual-penjual nyamperin kami. Kebanyakan (maaf) kulit hitam. Sepertinya memang banyak imigran dari Afrika. Mereka jual scarf-scarf Paris gitu dengan harga ga terlalu mahal. Langsung deh kami beli, termasuk gw dan Mama. Lumayan buat oleh-oleh sih, tapi gw kurang suka motif-motifnya yang menurut gw keramean dan sangat ‘tourisy’ modelnya.
Abis itu kami naik bus, terus diturunin lagi di Arc De Triomphe. Itu loh, gerbang kemenangan alias gerbang bin monumen berbentuk kotak terkenal gitu yang merupakan pertemuan dari 12 jalan lurus di sekitarnya. Kalo’ liat dari udara, ini pattern-nya keren banget loh. Kalo’ ga salah ada sedikit misteri kan soal pattern kota Paris ini. Seinget gw ada landmark-landmark tertentu yang kalo’ ditarik garis, ternyata semuanya membentuk gris lurus. Gw lupa baca di mana, kalo ga salah di bukunya Dan Brown. Ah keren deh kota ini.
Setelah foto-foto di Arc De Triomphe (dari jauh), kami naik bus lagi, terus jalan. Nah pas jalan, si bus ngelewatin gerbang Arc De Triomphe ini dari deket, jadi gw beneran bisa liat tuh bangunan quite close, dan OMG cantik banget ukiran-ukirannya! Rasanya hati sampe’ pedes-pedes nyesel berdarah karena ga bisa foto deket/ langsung di bawah gerbang ini. Itu di langit-langit di bawah atapnya ada banyak tulisan (lupa itu tulisan apaan, kayaknya nama pahlawan atau semacam itu), belum lagi konturnya keren banget. Ya ampun asli cantik banget. Rasanya Eiffel mah ga ada apa-apanya dengan ‘kekayaan’ arsitektur Arc De Triomphe ini. Bener-bener mengagumkan banget.
Nah setelah foto-foto di dua tempat itu, gw pikir kami bakalan dituruin di Champs Elysees. Itu loh, jalanan panjang kayak di Pasar Baru, tapi kiri-kanan butik branded semua. Yang ada toko LV gede banget itu loh. Eeeh boro-boro, ternyata kaga, Saudara-Saudara! Sedih banget deh, sampe’ bergumam, “ini tour apaan sih, ngapain kita cuma dibawa ke tempat moto doang..”
Jadi abis itu kami diturunin di Benlux Duty Free, tempat kami bisa belanja, huhuhu.. Ini semacam bangunan indoor kecil kayak mall gitu, terdiri dari beberapa lantai. Tapi asli keciiiil banget, kayak cuma kantoran gitu, dan orang Indonesia cuma ‘boleh’ main di lantai paling atas. Itu cuma ada gerai parfum, gerai kecil Longchamp, MK, koper-koper, dll. Bener-bener ga menarik. Tragis banget deh. Tapi ya peserta lain (termasuk Mama) idup juga sih. Belanja parfum, tas, koper, dll. Di sini enaknya tax nya langsung dipotong, jadi ga kayak di tempat lain dimana duitnya kudu di-claim di airport or via kartu kredit nanti.
Di sini akhirnya gw beli kaus Paris aja saking ga ada kerjaan. Dari Benlux kami dilepas untuk makan siang di area situ. Setelah Mama puas belanja beli parfum, kami nyari makan siang. Karena dikasitau TL nya di seberang ada mall gitu, akhirnya kami ke seberang Benlux, terus turun ke bawah. Beneran ada mall, dan kami makan McD lagi. Kali ini cobain fish wrap nya gitu yang ga ada di Jakarta. Ih enak.. dan di sini Fillet O Fish nya bisa double bo. Hoahahaa.. Heaven banget. McD sini lebih mahal daripada McD waktu di Milan. Kalo’ di Milan 5 EUR udah dapet paket burger-kentang-Coke, di Paris ini mah harga segitu 1 burger aja belum dapet. Gw lupa akhirnya abis berapa di McD ini karena Mama yang gantian bayar.
Abis makan McD kami balik lagi ke deket titik ngumpul, terus belanja di sekitar situ, di tepi jalan. Gw dapet satu kaus untuk Aimee sama magnet di toko yang dimiliki sama satu cewek yang juteknya memprihatinkan.
Habis dari situ, nyampe’ bus gw denger Pak Lukman ada bilang, “eh pada foto ga di piramida putih itu?” dan ngobrol-ngobrol mengenai itu. Gw tadinya ga ngeh, piramida putih apaan sih, dan ga terlalu pay attention. Belakangan pas mikir tau-tau gw baru ngeh bahwa itu maksudnya Louvre Museum!! OMG!! Langsung gw panik-panik tanya Pak Lukman, “Pak maksudnya Louvre ya??” Beliau mengiyakan. Ya ampuuuun, ternyata Louvre itu lumayan deket dari Benlux!! Tau gitu daripada makan ke mall itu mendingan gw ke Louvre aja! Oh no, ke Paris tanpa ke Louvre (biarpun cuma numpang moto doang karena ga mungkin masuk kan tanpa tiket), itu udah kayak beli burger tapi ga ada dagingnya! Aduuuuh sampe’ berasa nyesel dan sedih banget. Terus biasa deh bawaannya mau ngambingitemin orang. Alias TL. Kenapa sih dia ga ngasitau bahwa deket situ ada Louvre Museum? Eh apa jangan-jangan kasitau tapi gw pas ga denger ya? Ah tapi mestinya dikasitaunya ke semua orang dong, ini kan informasi yang SANGAT-SANGAT penting (ini nulisnya vibra dikit karena emosi). LOUVRE bo. There’s Monalisa down there!! Ah ya udahlah, faktanya pokoknya gw missed ke Louvre. Udah. Eat it. Sedih.. Miris.. Pahit.. Geram..
Abis ke Benlux, kami diturunin lagi ke Galeries Lafayette. Itu tuh, mall gede super cantik dengan kubah penuh motif. Mirip dikit sama Galleries Vittorio Emanuelle di Milan kira-kira. Sekali lagi, ini mall GUEDE banget. Kami dikasih waktu 3 jaman di situ! Beberapa peserta udah mulai mengeluh karena acaranya kok belanja mulu. Gw juga udah males banget, gatau mau ngapain lagi 3 jam di situ. I meant, mendingan gw jalan-jalan ke Champs Elysees. Emang sih itu kiri-kanan butik branded juga, tapi kan beda gitu loh, bisa sambil jalan-jalan di area terbuka. Atau.. mendingan gw ke Louvre.
Ya udah karena udah nasib pergi ke situ, kami keliling-keliling ga jelas aja. Mama masih semangat liat-liat baju. Oh iya gw juga sekalian sih nyariin tas titipan sepupu gw di Fendi, tapi ternyata itu udah late season dan ga dijual lagi. Selain liat-liat baju, kami juga ke satu lantai yang merupakan surga buat gw, yakni pernak-pernik. Ih asli barangnya lucu-lucu dan berkualitas banget. Demen banget deh. Untung gw bisa menahan godaan dan hanya membeli 1 magnet.
Dari situ gw lihat di peta bahwa ada view ke dome Lafayette di lantai dua. Langsung deh cari-cari dan nemu. Ih cakep sih kubahnya. Mewah gitu dengan motif cantik.
Dari Dome View, kami naik lagi ke lantai paling atas, yaitu terrace. Cuma buat liat view kota Paris aja sih di sore hari. Teriknya ga ketulungan dan ternyata cuma gitu-gitu aja view-nya. Itu para bule juga asyik berjemur di bangku-bangku deket situ. Kami sih cepet-cepet kabur masuk lagi. Ga tahan panasnya.
Ga lama kemudian kami mulai kecapekan dan kebosenan, terus akhirnya duduk di semacam food courtnya gitu terus makan es krim lagi. Oh no.. lama-lama gw bisa ice-cream-phobia. Jadi acaranya makan es krim sambil ngobrol-ngobrol. Tau-tau udah tinggal setengah jam lagi aja. Cepet-cepet kami turun ke titik pertemuan. Pas turun, gw ngeliat ada satu lantai isinya.. Disney World gitu!! OMG langsung ngelonjak terus offically kalap dan cepet-cepet liat-liat dan cari baju buat Aimee. Akhirnya dapat 1 dress doang. Ngantrinya panjang banget pula. Duh kalo’ udah gini langsung nyesel-nyesel, kenapa tadi kelilingnya ga lebih intense. Coba ada waktu lebih, bwahaha.. Di awal ngoceh-ngoceh ngapain lama-lama di mall ini, eh belakangan malah nyesel pingin lamaan.
Abis ngantri dan bayar, ngumpullah kami semua. Oh, menyenangkan sekali ngeliat para peserta biarpun bersungut-sungut tetep aja balik bawa LV, Fendi, sama Chanel. Bwahaha..
Dari Lafayette, lanjut lagi, kali ini untuk optional tour menyusuri Sungai Seine naik kapal. Optional tour ini dikenakan biaya EUR 20 (ga dikasitau lagi, di-charge belakangan seperti optional tour Titisee-Jerman). Ya udah naiklah kami ke satu kapal gede terbuka bareng semua turis lain. Berderet kursi-kursi, dan duduklah kami sambil liat-liat pemandangan kiri-kanan. Nama kapalnya Bateux Mouches dan maap aduh maap bukannya underestimate ya, tapi beneran biasa banget. Rasanya waktu gw naik kapal di Budapest, viewnya jauh lebih cantik deh. Dapet wine pula, hihi..
Ya udah 1 jam kami muter-muter. Akhirnya gw sama Ryan si bocah kelas 4 SD malah memulai diskusi berbobot kami tentang Pokemon. Tepatnya saling memamerkan Pokemon yang kami punya. Gw jadi tersulut karena Ryan ngaku udah punya semua Pokemon, termasuk beberapa yang gw sendiri ga pernah berhasil dapet. Sayang Ryan ga bisa membuktikan karena ga bawa HP nya. Hmmmmh… jiwa kompetitif gw tertowel. No pic, hoax, Ryan!
Di penghujung berakhirnya kapal, tau-tau keliatan Eiffel. Dan karena ini udah jam 8-an malam, langit mulai gelap. Jadi Eiffelnya pun mulai nyala lampunya. Cakep-cakep aja sih. Langsung heboh deh semua orang foto-fotoin Eiffel. Gw juga. Sampe’ rumah, kebingungan lagi, ini ngapain fotoin Eiffel nyala kuning begini banyak? Angle-nya lagi-lagi sama. Ga menarik banget, haha..
Setelah acara naik kapal kelar, kami balik deh ke hotel kami di pinggiran kota Paris itu. Nyampe udah malem, belum makan karena tadi ga sempet makan di Lafayette. Pop Mie udah abis. Jadi Mama ngeluarin senjata andalannya yang lain yakni Regal. Langsung deh kami seduh Regal banyak-banyak. Untung gw bawa Tupperware jadi bisa digunakan sebagai wadah.
Good Nite Paris, City of Light yang cantik..
West Europe Trip Sept 2016 (3)
Posted September 27, 2016
on:HARI 3
Hari ini perjalanan dilanjutkan menuju pusat mode dunia yaitu Paris.
Sambungan dari postingan di sini :
Bangun, mandi, sarapan dan beres-beres koper karena hari ini bakalan check-out dari hotel. We’re going to Paris today. Perjalanan bakalan 6-7 jam, oh no..
Tau ga kalo’ ke Paris sontak ingetnya apa? No, no, not Eiffel atau sejenisnya. Yang langsung muncul dalam benak somehow adalah Rattatouille 🙂
Anyway kami ditawarin optional tour ke Jerman, tepatnya ke Titisee, sebuah kawasan tempat asal kue black forest dengan danau cantik. Karena semua peserta tour OK-OK aja, maka berangkatlah kami ke sana.
I thought ini sekalian ngelewatin, sambil jalan ke Paris, ternyata perjalanannya agak melenceng. Jadi kalo’ Jerman ke kanan, kalo’ Paris ke kiri. Jadi nanti perjalanan dari Jerman ke Paris bakalan tambah jauh. Tapi ga apa-apa lah, enjoyin aja. Selama perjalanan asyik juga kok dengerin cerita-ceritanya TL tentang sejarah (I love history!) plus diputerin lagu and film juga.
Anyway optional tour ini kena 50 EUR. Ga dikasitau pula di awal, tapi terakhir langsung di-charge gitu. Biasanya pengalaman gw sama tour-tour lain, kalo’ ada optional tour pasti dikasitau dulu sih biayanya berapa, karena itu kan consideration factor juga, apakah kami mau ke sana atau nggak. I meant kalo’ tau-tau di-charge 100 or 200 EUR, rasanya belum tentu semua mau ke sana.
Perjalanan ke Jerman makan waktu sekitar 2-2.5 jam-an. Sampe’ sana udah keliatan danau gedeeeee yang super cantik. Waktu itu gw pernah baca di internet, ada orang bilang bahwa Danau Toba lebih bagus daripada Danau Titisee ini. I have no comment sih. Cakep aja dua-duanya menurut gw 🙂
Di sana kami diturunin di ‘desanya’, dengan deretan toko-toko dan restoran sepanjang jalan, serta danau di sisi yang lain. Menyenangkan sih tempat ini. Pertama-tama, kami dibawa ke toko jam kukuk untuk dikasihtau cara pembuatannya. Yang jelasin adalah seorang nci-nci orang Indonesia asli yang udah lama tinggal di situ. Ah, seru deh denger ceritanya biarpun cuma singkat. Kita jadi tau sejarah awal jam kukuk itu kayak gimana, bikinnya gimana, model-modelnya, dll. Sekarang udah lupa semua sih ceritanya, bwahaha..
Abis itu udah deh kami liat-liat jam kukuk di toko itu. Cakep-cakep sih. I always love jam kukuk, tapi ga pernah beli secara mahal dan ga guna pula.
Dari situ kami dikasih waktu bebas untuk keliling dan makan siang. Ya udah gw dan Mama jalan-jalan. Awalnya ke tepi danau dulu, foto-foto. Cantik deh danaunya. Dari situ kami jalan liat-liat toko souvenir sambil cari restoran. Karena ini Jerman, TL recommend banget untuk cobain Pork Knuckle-nya dan karena ini Titisee, tentu saja kami kudu coba Black Forest-nya.
]
Setelah itu kami jalan terus, cukup jauh sampe’ ujung. Toko-toko souvenirnya menurut gw is the best during our trip kali ini, karena hampir semua jualannya beda. Kalopun sama yah beda tipis lah. Jadi tiap masuk toko pasti nemu barang baru gitu. Dan karena kami dari Swiss kemarin-kemarin, si negara mahal, begitu nyampe Jerman ini pernak-perniknya jadi berasa murah banget. Pokoknya seneng deh nyusurin toko-toko souvenir di sini. Jualan makanannya juga seru-seru. Aneka selai, wine, madu, dll. Beneran menggoda iman banget, Akhirnya gw berhasil bertahan dengan hanya beli magnet Titisee, kaus, dan minuman keras gitu buat mertua. Ngomong-ngomong soal kaus, sama seperti magnet, gw selalu beli satu kaus cowok dari tiap negara. Buat suami sih. Jadi nanti tinggal suruh dia pilih mau yang mana, sisanya buat kakak ipar.
Setelah bergulat ria dengan souvenir, karena waktu makin mepet, akhirnya kami cari makan siang. Tadinya gw sempet liat ada satu papan iklan menu restoran yang menarik gitu, dipajang di tepi jalan. ‘Menarik’ di sini adalah banyak menu pork-nya, bwahaha. Setelah tadi udah sampe’ ujung jalan dan sudah selesai hunting pernak-pernik, baliklah gw dan Mama ke tempat papan iklan tadi, demi ngejar restoran itu (gw sih, tepatnya).
Sampe’ papan iklan menu itu, masuk ke restorannya ternyata jauh lagi ke dalam. Naik-naik tangga lagi. Lumayan rame’ pula, tapi tempatnya enak sih. Sayang view ke danaunya agak jauh.
Setelah dapet seat, langsung kami minta menu, dan.. terhenyak.. Halah semua menunya dalam Bahasa Jerman. Padahal iklan di papan yang tadi kami liat itu pake’ Bahasa Inggris. Ga mungkin kan gw balik lagi ke papan tadi demi ngeliatin menu lagi? Jalannya lumayan jauh. Begonya gw, gw ga minta menu Bahasa Inggris ke mereka. Saking buru-buru kali ya. Akhirnya gw cuma mengira-ngira aja nama menunya berdasarakan urutan standard menu restoran dan harga. Awal kan palingan appetizer ya yang harganya pasti lebih murahan. Terus main course dengan harga lebih tinggi. Jadi gw nyari-nyari di tengah-tengah deh. Begitu gw liat menunya harganya udah mulai agak mahalan baru gw mulai yakin ini udah masuk menu Main Course.
Nah abis itu gw liat ada tulisan platter gitu, buat 2 orang. Waaah gw langsung tertarik. Gw pikir pesen ini aja deh biar gampang. Gw tanya ini ada babinya ga? Orangnya bilang ada. Ada ham, pork, dll. Ah ya udah confirm deh pesen ini. Semoga ga salah pesen. Sayangnya gw lagi bau hari itu, dan harapan gw melayang jauh karena ternyata makanannya bener-bener “so-ga-bisa-dimakan-banget” oleh gw dan Mama. Liat aja sendiri deh. Isinya ham, ham, ham, sayur, buah. Gw dan Mama cuma bisa memandang dengan hampa. Walaupun asli cantik banget tuh makanan, tapi kayaknya kaga bisa dimakan deh.
Akhirnya karena udah pesen, kami coba makan pelan-pelan. Apalagi harganya 24 EUR-an yang berarti 350 ribuan lebih. Hamnya asin banget pula, makannya sengsara banget. Lama-lama gw ga tahan, gw pesen aja satu steak lagi. Pokoknya namanya ada ‘steak’ nya gitu. Gatau steak apaan. Pilihnya yang termurah. Ga lama datanglah steak saya, jreng-jrengggg… Tampilannya yang penting napsuin. Langsung gw habek-habek tuh steak. Kurang enak sih menurut gw tapi yang penting bisa ngenyangin. Ya udah abis itu kami bayar, total 30-an EUR something. Pokoknya hampir 500 ribuan deh. Huhuhuhu..
Aaaand.. ga sempet nyobain Black Forest apapun juga *terjun dari jurang.
Setelah makan, kami ngumpul di tempat janjian. Karena udah parno mau ke Paris yang notabene superjauh, gw dan Mama cepet-cepet nyari WC. Nyesel kenapa tadi ga pipis di restoran. Akhirnya kami nemu toko es krim. Ya udah beli es krim dulu, terus numpang ke WC, padahal asli udah eneg banget makan es krim.
Abis itu perjalanan lanjut ke Paris, kalo’ ga salah berhenti 2 x deh di rest area. Di rest area pertama, gw cuma ke WC doang karena supermarketnya ga menarik. Ada restoran tapi juga mahal dan makanannya kurang OK. Di rest area kedua, gw beli wine gede buat mertua lagi sama Starbucks Frappuchino yang botol instan gitu. Ah enaknya.
Selama perjalanan, gw sengaja udah bawa buku Harry Potter lagi buat baca selama di bus. Lumayan banget ngisi waktu selain tidur. Untungnya Eropa kan malem masih terang, jadi masih bisa baca dengan enak.
Sampe’ Paris udah jam 9.45 malam. Hotel kami bentuknya kayak apartment gitu, jadi lumayan, ada kompor listrik, microwave, coffee maker, sendok garpu, dll. OK banget deh. Langsung malem-malem bikin Pop Mie. Maklum baru ngerasain air panas gratis di hari ketiga ini. Abis itu mandi terus tidur.
Bersambung ke postingan selanjutnya.
West Europe Trip Sept 2016 (2)
Posted September 22, 2016
on:- In: Travelling
- 2 Comments
HARI 2
Lanjutan dari postingan sebelumnya di sini
Pagi hari Anda akan berkesempatan mengunjungi Mt. Titlis, pegunungan yang memiliki ketinggian 10.000 kaki dengan melalui Engelberg, tempat stasiun Cable Car berada. Tiba di Puncak Mt. Titlis dengan Revolving Cable Car (kereta gantung berputar pertama didunia). Dipuncak Mt. Titlis, Anda dapat bermain salju, berfoto atau berbelanja aneka souvenir serta mengunjungi Ice Grotto (Goa Es). Kemudian kita akan menuju kota Lucerne untuk mengunjungi Lion Monument, yang di dedikasikan kepada tentara yang gugur di Perang Revolusi Perancis.
Bangun dengan terkantuk-kantuk karena ga bisa tidur, terus mandi dan breakfast. Breakfastnya standard aja tapi masih lumayan variasi deh. Ada scrambled egg, sosis, pancake dll.
Rute hari ini adalah menuju desa Engelberg untuk selanjutnya naik cable car ke Mt. Titlis, salah satu gunung salju terkenal di Swiss. Kalo’ ga salah ada beberapa gunung yang biasanya dijadikan objek wisata di Swiss ini. Mt. Titlis, Glacier 3000, Jungfrau, sama Matterhorn, gunung yang ada di bungkus cokelat Toblerone.
Pagi ini gw sengaja pake long john buat antisipasi aja karena katanya suhu di atas bisa 0 – 5 derajat. Plus ga lupa bawa 1 light jacket.
Perjalanan sekitar 45 menitan ke Engelberg. Pemandangannya lumayan cantik dalam perjalanan. Ada danau cantik yang warnanya intense banget.
Turun dari bus, pemandangan udah lumayan cakep sih, gunung batu yang shadowingnya bagus banget, di atas barisan rapat pohon-pohon hijau. Suhunya juga enak. Cable car udah mulai keliatan naik turun. Sambil foto-foto, kami nunggu 1 rombongan peserta yang baru nyusul hari ini karena ada tante yang baru keluar rumah sakit. Setelah cukup lama nunggu, akhirnya rombongan tsb. datang dan baru deh kami masuk bareng-bareng ke stasiun cable car-nya.
Kami akan naik 2 x cable car yang berbeda, dengan sekuens yang berbeda pula. Cable car pertama cukup kecil, untuk ukuran 4-6 orang saja. Naik ke atas dengan cable car pertama sekitar 15 menitan dengan pemandangan (lebih banyak) hehijauan, kami akan ngelewatin 1 stasiun (ga turun karena memang tujuannya ga ke situ) dan baru turun di stasiun kedua. Stasiun pertama itu lebih untuk resort tempat tinggal dan tempat main ski. Di perjalanan, selama di cable car pertama, kami bingung kok ada kayak bunyi kecapi or gamelan gitu di dalam cable car nya. Gw mendadak baru inget (pernah baca) bahwa itu adalah bunyi klenengan sapi.
Di stasiun kedua kami turun dan berganti naik revolving cable car/cable car yang bisa muter dan muat orang banyak banget, sampe’ puluhan orang. Ini ga ada kursinya, jadi semua harus berdiri. Dindingnya kaca semua jadi bisa bebas liat view ke pegunungan. Viewnya lumayan sih tapi ga impressive menurut gw. Di sini mulai saljunya kelihatan. Jadi putih lebih mendominasi.
Akhirnya kami tiba di pemberhentian akhir yang merupakan satu bangunan kayu (semacam rumah) yang terdiri dari beberapa tingkat. Tiap tingkat beda-beda, ada restoran, tempat foto dengan baju tradisional Swiss, toko oleh-oleh, gua es, dan puncaknya di tingkat paling atas adalah outdoor tempat main salju atau main ski.
Mumpung belum terlalu ramai, kami mutusin untuk makan dulu di restoran self service. Tempatnya cukup nice, dengan lantai kayu dan jendela super gede tempat kita bisa melihat pemandangaan salju di luar. Masih agak pagi, tapi restorannya udah mulai crowded dengan para turis.
Selain western food, ada makanan India juga loh di sini. Gw pernah baca bahwa ada orang India yang punya resort di Mt. Titlis ini, sehingga ‘masuk’ jugalah makanan India. Mama pesan spaghetti biasa, sementara gw pesen makanan India yang kebanyakan terdiri dari kuah-kuah kental khas India yang super sedap. Untuk makanan India, makanannya ditimbang dulu, baru dicharge sesuai beratnya. Sepiring makanan India gw itu harganya EUR 12.5. Hampir 200 ribuan deh. Makanan Mama kayaknya lebih mahal, tapi gw lupa berapa. Everything’s expensive here in Switzerland.
Setelah cari bangku kami duduk dan makan. Makanan India punya gw lumayan enak loh. Cepet banget abisnya, saking lapar, doyan dan enak. Spaghetti punya Mama bisa dibilang ga enak.
Ga lama setelah makan, gw dan Mama langsung naik ke lantai tertinggi untuk liat salju. Begitu buka pintu, kami disambut hawa dingin dan pemandangan serba putih. Ada deretan bangku-bangku dulu tempat orang bisa duduk. Kiri kanan sekelilingnya ada semacam pagar tinggi sebagai batas, dimana kita bisa liat open view dari situ. Jalan jauhan dikit, langsung terbentang salju putih. Ada jembatan pula yang katanya lumayan sereem (kata peserta lain). Apesnya, karena gw pake boat yang somehow alasnya licin, gw lumayan setengah mati jalan di atas salju. Hampir tiap langkah gw nyaris kepeleset, sementara gw perhatiin orang lain fine-fine aja. Kayaknya memang sol sepatu gw yang kurang cocok digunakan di atas salju. Berasa pengen nyeker aja jadinya.
Ya udah akhirnya gw ga berani jalan jauh. Cuma foto-foto dikit aja, abis itu balik dan liat-liat pemandangan. Hirup udara dalem-dalem, nikmatin segernya hawa pegunungan. Suhu ternyata ga gitu dingin juga. Adem aja gitu kayak di Bandung. Untung ga heboh pake winter coat segala (walaupun udah bawa di koper, hasil malak cici).
Sambil gw jalan-jalan di salju tadi, Mama duduk aja di kursi-kursi di deket sana dan malah di-pedekate-in sama beberapa orang rombongan turis dari Taiwan dan China. Gw dari jauh udah ngawasin aja sih. Agak-agak worried ya, takut si Mama diapa-apain, plus ngiri juga, gw yang kece gini aja ga ada yang pedekate-in, eeeh Mama yang udah tua-tua keladi malah laku pisan.
Akhirnya cepet-cepet gw samperin mereka dengan langkah gagah dan galak. Ternyata mereka lagi ngobrol-ngobrol heboh pake’ bahasa Mandarin (yang tidak gw mengerti) dan Mama lagi diramal tangannya (katanya Mama orangnya beruntung, nasib baik, anak-anak baik, dll. -> diterjemahkan dengan bangga oleh Mama). Halahh.. Gw masih agak curigaan sih, tapi dipikir-pikir sepertinya ga mungkin ada modus apa-apa sih secara mereka satu rombongan tour juga dari negeri lain, sama kayak kami-kami. Ya udah gw cuma liatin aja sambil terus lirik-lirik tangan-tangan mereka, siapa tau ada yang mendadak-copet. Soalnya aneh aja gitu, kok bisa semua ‘ngeroyok’ Mama yang tadinya lagi duduk manis-manis sambil nunggu anaknya yang juga manis.
Akhirnya ga lama-lama juga sih di situ karena ga ada aktivitas yang dilakukan juga secara sepatu gw licin dan ga bisa mainan salju. Kerjaan selanjutnya adalah explore lantai demi lantai di bangunan itu. Buntut-buntutnya kami pesan es krim Movenpick seharga 3.8 CHF.
Habis makan es krim (yang rasanya biasa banget, beda banget sama es Italy kemarin), Mama belanja dark chocolate di toko cokelat (iyalah ya, masa belanja cokelat di toko semen). Gw absen belanja cokelat di situ karena kata TL cokelat lebih murah dan banyak di Belgia nanti. Mamanya loyar, anaknya pelit.
Setelah itu, kami ke toko souvenir liat-liat, dan gw mampir ke goa es di lantai dasar. Lagi-lagi gw ga bisa jalan karena sepatu yang licin, dan baru beberapa langkah masuk goa es, gw nyerah dan jalan balik lagi.
Terakhir sebelum kami ngumpul untuk berangkat, gw ke lantai tertinggi lagi untuk once more captured the view di sana, sekalian farewell gitu. Gw mah orangnya romantis. Lahap deh tuh semua, salju everywhere yang seolah nyatu sama awan dengan langit biru yang juga seolah ga mau kalah, pingin ikutan exist; danau cantik warna biru turqoise yang kecil tapi berusaha banget eye-catching di kejauhan sana, pepohonan hijau menjulang gagah dan cable car jalan anggun bolak-balik under seutas tali yang meragukan banget. What a nice view, walaupun not the best one.
Habis itu gw ke WC untuk copotin long john karena setelah ini kami bakalan ‘turun gunung’ dan ngunjungin kota lain di Swiss, yaitu Lucerne or Luzern.
Baliknya kami naik cable car yang sama lagi, 2 kali. Pemandangannya masih lumayan bagus dan free kabut.
Naik bus, setelah itu kami lanjutin perjalanan sekitar 1 jam-an ke Lucerne. Sampai sana kami diturunin di satu area pertokoan, kayaknya si pusat kotanya Lucerne ya, semacam Old Town nya. Toko pertama yang kami masuki adalah Casa Grande, toko souvenir. Di sini gw cuma belanja magnet dan pisau Victorinox buat adik, plus numpang pipis. Banyak dijual jam kukuk di sini, tapi rasanya ga guna ya beli jam kukuk biarpun jamnya cantik-cantik banget.
Habis ke Casa Grande, kami masuk lebih dalam lagi ke lorong-lorong toko di situ. Karena hari itu hari Minggu, hampir sebagian besar toko di tutup. Di Eropa emang gitu. Jalan-jalan-jalan, Mama kepo mau liat-liat toko jam, Tissot and Tag Heuer. Nyaris gw mau beli juga, battling between heart and mind. Sayang akhirnya akal sehat yang menang. Walaupun hati gw yang ngebet ini mati-matian bilang, “Gw sudah lama banget ga beli jam bagus..”, akhirnya tetep loh my mind kekeuh bilang bahwa gw saat ini gak butuh jam. Biarpun itu jam bagus. Apalagi jam jelek. And I nodded dengan berat badan. Eh berat hati. Well, my mind is true. Biarpun gw tahu beli di sini lebih murah dan belum tentu keulang lagi bisa beli dengan harga cheaper, akhirnya toh tetep ga beli jam tangan itu. I won. Horrayyyy.. *padahal hati nyesek.
Abis itu kami nemu satu café dan numpang duduk plus makan di situ. Biasa aja sih makanannya; satu pizza, satu cake manis dan satu roti. Semua mahal, inget itu. Mama minum Aqua botol hasil bawa dari hotel, eh ketahuan dan langsung ditegur sama pelayannya. Ih mata elang betina banget wanita ini. Ya udah abis itu kita ga berani minum dan keluar dari café itu langsung habek-habek air Aquanya dengan buas.
Habis makan kami mampir ke satu toko gede Bucherer yang isinya jam tangan semua kebanyakan, untuk tukerin 1 kupon yang dikasih sama TL kami dengan sebuah sendok perak gitu. Sendoknya kecil aja sih, tapi namanya gratisan, apa daya, kami tak bisa tahan.
Habis ke Bucherer, karena masih ada waktu, gw ajak Mama nyebrang jalan dikit dan liat-liat danau di situ. Banyak orang lagi duduk-duduk ataupun jalan-jalan di sana. Viewnya biasa aja sih, cuma menyenangkan aja suasananya. Rileks, santai, sangat tourisy. Rasanya ga ada ya spot macam gini di Jakarta. Di situ gw dan Mama beli es krim lagi. Ini kedua kali beli es krim hari itu, dan rasanya udah mulai eneg makan es krim. Terus coba cari WIFi, eh hoki, nemu.. sambil coba main Pokemon deh, tapi karena Pokemon-nya butut semua, akhirnya gw mogok main lagi.
Ga lama kemudian kami balik ke tempat janjian, terus jalan kaki ke objek wisata berikutnya, yakni Lion Monument. Gw baca sendiri sih sejarahnya via internet. Patung singa berwajah sedih dengan tombak tertusuk di badannya ini adalah untuk mengenang jasa para tentara bayaran Swiss yang mati ngelindungin kerajaan Perancis. Jadi jaman dulu ternyata memang di Swiss ada yang namanya tentara bayaran yang di-hire oleh negara-negara lain. Tentara ini dilatih oleh keluarga bangsawan, sebagai sumber income gitu. Kenapa perjuangan para tentara bayaran ini patut dikenang sampe’ dibikinin monumen segala? Ya bayangin aja itu tentara Swiss kan bisa dibilang cuma ‘belain’ negara lain, bukan negaranya sendiri, tapi mereka mau loh bener-bener dedicated nyawanya sendiri buat negara lain. Itu yang namanya commitment and loyalty kali ya. Monumennya sih sederhana aja gitu, tapi sizenya gede. Kalo’ liat tampang singanya emang berasa sedih dan miris banget sih. I meant, muka singanya itu udah bicara banyak, more than words. Biarpun semua orang ngerasa ga guna ngunjungin ni patung, tetep aja gw seneng bisa jadi someone yang ikutan ngenang sejarah luar biasa ini. Berasa I was the part of the history, menurut gw.
Udah deh habis ke Lion Monument, kami balik ke hotel.
Balik hotel (masih hotel yang sama), handuk semua ga ada dan ga diganti baru. Langsung deh call ke housekeeping dan minta handuk baru. Orangnya bilang, “Did you order a new towel?” Well nggak sih, tapi ini handuk yang lama aja juga ga ada. Untung orangnya ga banyak cingcong, ga lama diambilin lah handuk baru.
Untuk dinner kali ini gw dan Mama bikin Pop Mie gitu. Inget kan kalo’ di hotel ini ga bisa bikin air panas? Akhirnya gw dan Mama turun ke bawah untuk beli air panas. Kata peserta lain yang kemarin udah beli sih kita akan dikasih sepoci air panas. Sampe’ restoran di bawah, kami malah ditolak dan disuruh ke bar. Jalanlah ke bar untuk minta air panas. Bartendernya bilang, kami harus bawa wadah. Waduh bingung juga ya, wadah apaan. Akhirnya gw naik lagi, prepare langsung Pop Mie nya dan bawa 2 Pop Mie itu turun ke bar. Maksudnya air panasnya mau langsung dituang aja ke Pop Mie-nya. Bartendernya kelihatan kurang seneng sih, tapi akhirnya dia tuangin air panas ke masing-masing Pop Mie itu. Pas gw mau bayar, dia sempet mikir sebentar, terus dia nolak. Iiiih jutek-jutek tapi baik juga. Cium juga lo..
Pas gw jalan balik ke kamar, rombongan peserta tour lain ada yang jalan ke bar, bawa Pop Mie juga, hihihhi.. Pasti minta air panas juga. Ga kebayang deh, pasti si bartender agak bete.
Di kamar, pas mau makan Pop Mie, kami baru ngeh bahwa ternyata tuh Pop Mie ga dikasih garpu plastiknya. Kayaknya emang ga ada deh di paketan Pop Mie itu. Waduh langsung deh muter otak gimana cara makan Pop Mienya. Kalo’ minjem sendok garpu ke restoran rasanya sih males banget ya, mengingat ni hotel kayaknya ga terlalu user friendly gitu. Mikir punya mikir, tau-tau si Mama keingetan bahwa tadi di Bucherer kita dapet souvenir sendok silver kecil. Hoaaaa.. berasa bego banget dan ‘kalah’ sama Mama untuk problem solving, bwahaha.. Siapa dulu dong anaknya..
Akhirnya cepet-cepet kami cuci tuh sendok, terus makan deh Pop Mie nya pake sendok itu. Tetep aja susah sih, tapi at least mendingan lah bisa makan.
Abis makan lagsung mandi terus tidur. Kayaknya ga gitu bisa tidur lagi deh malam itu.
Bersambung ke sini.
West Europe Trip Sept 2016 (1)
Posted September 22, 2016
on:- In: Travelling
- 2 Comments
Background :
Dari sejak hamil sampe’ lahiran gw ga pernah travelling jauh lagi, padahal biasanya setaun diusahain minimal sekali travelling jarak jauh. Emang susah ya kalo’ terlahir gila jalan. Awal taun ada sih Bangkok sama family, terus ke Singapore urusan kantor sama beberapa domestic travelling, tapi kayaknya belum nampol, nendang, dan afdol kalo’ belum terlalu jauh (blagu). Plus Aimee ‘baru’ 9 bulan, I meant kayaknya masih bisa ditinggal tanpa anaknya berasa ditinggal. Kalo’ udah gedean kan dia bisa nangis bombay nyariin emaknya karena udah tau ditinggal (*emaknya pede banget bakal dicariin sama anaknya).
Mengapa ke West Europe?
Karena tour yang dimau ga jalan dan hanya tour West Europe ini yang jalan di waktu yang dimau.
Mengapa hanya 8 hari?
* Karena ga bisa cuti lama-lama. Ini aja udah minus.
* Karena kalo’ lama-lama ya harganya pasti meroket juga.
* Kalo’ lama-lama takut ga pingin balik lagi.
* Yang terakhir dan most importantly, karena ada 1 makhluk mungil bin lucu nan cute di rumah, menanti emaknya pulang.
Kenapa pergi sama Mama?
* Pengennya sih sama suami, tapi Aimee kayaknya ga mungkin ditinggal bapak-emaknya sekaligus. Bisa patah arang dia.
* Pengen yang kedua adalah pengen pergi sendiri, tapi jujur belum berani and pasti ga dikasih suami, sementara kalo ikutan tour, pergi sendiri itu jauh lebih mahal. Bisa nambah 5-7 juta (why oh why!!!)
* Akhirnya ajak Mama pergi d karena Mama adalah yang paling available tiap diajak pergi.
Kenapa ikutan tour?
Karena ajak Mama. Kalo’ jalan sendiri rasanya susah ajak Mama. Belum nyasar-nyasarnya dll. Bisa-bisa Mama langsung ngambek naik gojek balik Jakarta.
Overall tahapan tour ini :
1. Terima email iklan tour Yunani dari Chan Brothers. Tanggalnya pas pula, pas ada libur hari merah tgl. 12 Sept (Senin) sehingga cutinya ga usah terlalu banyak.
2. Kalap dong, langsung daftar and ajak Mama, sambil paralel minta ijin suami. Melas-melas, bujuk-rayu (ga mempan), sampe’ akhirnya on my birthday karena udah hopeless, langsung nodong dia, minta kado berupa ijin untuk pergi, and… BERHASIL (biarpun suami cemberutnya sempurna)!! Yeeeeay pinter ya gw!! Jadi-jadi, para bini, kalo’ mau pergi tanpa suami, pergilah deket-deket waktu ulang tahun kalian, HOAHAHHA..
3. Coba apply cuti juga. Nunggu mood Boss bagus, kemudian dengan muka polos ceria langsung ijin mau cuti 4 ari. It worked!
4. Menerima kabar dukacita bahwa Yunani ga kekumpul peserta. Sedih dan putus asa; langsung banting stir cari tour lain di periode tanggal yang sama karena spirit travelling sudah membara dan on air banget. Sehari-hari merangkap jadi HR / tour hunter di kantor, sampe’ missed lunch berkali-kali karena sibuk browsing and neleponin tour agency. Semoga tagihan telepon kantor ga bengkak.
5. Nemu 1 tour India yang pasti jalan. Eeeh Mama nolak mentah-mentah, padahal jarang-jarang loh tour India jalan di low season gini.
6. Hunting lagi, nemu 1 tour West Europe yang juga pasti jalan. The one and the only one yang tanggalnya juga pas dan harga ga mahal-mahal banget. Dwidaya Tour lagi, yang notabene lumayan lah namanya. Ya udah cepet-cepet daftar deh daripada ga ada dan ga bisa travelling. Padahal sebenernya ga terlalu napsu ke West Europe.
7. Cepet-cepet siapin dokumen karena waktu pergi tinggal 2.5 minggu lagi. Bikin pas photo, minta bank reference, dll. Untung karena udah pernah ada visa Schengen sebelumnya, proses visa yang sekarang lebih cepet. Ga usah pake’ ke kedutaan lagi u/ fingerprint dll. 3 hari dari document submission, visa udah jadi. Cepet banget! Anyway baru ngeh kalo’ sekarang bikin visa Schengen-nya ternyata via third party / agen (namanya TLS).
8. Begitu granted visa, langsung mulai browsing-browsing destinasinya, hotel, dll. Sehari-hari merangkap jadi HR / West Europe browser di kantor. Baru mulai semangat untuk jalan ke West Europe.
Sekian prosesnya.
Persiapan sendiri standard aja sih. Prepare koper seminggu sebelumnya. Pinjem banyak ini itu sama cici, mulai dari botol-botol kosong, kaus kaki, receh Euro, coat, topi, sarung tangan, dan entah apalagi. Gw adalah orang yang sangat bermodal; doyan travelling tapi sometimes ga punya essential stuff buat travelling, dan… ga berasa malu atas hal tersebut. Yippiiii..
Hari H berangkat (Jum’at 13 Sept), gw ke kantor dulu dan ijin pulang pagian jam 3-an ke rumah Mama. Jadi jalan ke airportnya langsung dari rumah Mama, barengan sama Mama. Pagi-pagi, Aimee udah ikut nganter gw ke kantor sekalian ‘perpisahan’. Ih, berasa sedih banget loh ninggalin bocah satu ini. Pas udah mau turun di lobby kantor sampe’ bercucuran air mata gendong dia, sumprit. Drama banget sih, tapi asli berasa kehilangan banget dan ngerasa jahat banget karena tega ninggalin dia. Terus di WC kantor lanjut nangis lagi sesengukan sambil menyemangati diri bahwa it’ll be only 8 days (*heran, kalo’ ninggalin suami ga sedih sama sekali yah bwahaha..)
Sore jalan ke airport diantar sama koko. Telat hampir 1 jam karena bloody traffic via Kota. Nyampe’ langsung kenalan sama tour leader, check-in, imigrasi, dan nunggu sambil baca Harry Potter yang baru dibeli. Bela-belain bawa berat-berat tuh buku karena ga tahan mau cepet baca. Jam 8-an malem boarding dan 8.30 take off. Pesawat Turkish Airlines. Anyway sebel juga, tiap x pergi jauh gini pasti dapet pesawatnya Turkish. Padahal pengen d cobain Emirates or Qatar. Hmmmh ini pasti pertanda ilahi bahwa gw harus travelling lagi, supaya bisa cobain 2 pesawat itu BWAHAHA..
Perjalanan sekian belas jam sampe’ Istanbul (subuh), terus transit bentar di sana and lanjut lagi ke Milan sekitar 2.5 – 3 jaman. Transit di Istanbul Mama langsung beli kurma dan gw langsung cuci muka + pake’ hardlense. Ga lama kemudian, kami langsung boarding and take off lagi ke Milan. Kerjaan di pesawat standard aja sih : nonton. makan. tidur. ke wc. mikirin Aimee.
Sampe’ airport Milan, imigrasinya lancar dan sepi. Begitu koper keluar, Mama langsung heboh nyariin obat di koper. Sibuklah kami bongkar koper Mama demi nyariin obat. Lumayan bikin naik darah dan ga sabaran sih karena ga enak sama peserta tour lain yang nungguin. Why oh why, Mama ga bawa obatnya di tasnya ajahhh??
Setelah itu (obatnya tetep ga ketemu) kami naik ke bus dan berangkat ke kawasan Duomo di pusat kota Milan. Pertama-tama kami lihat Le Scala Theatre. Sesuai namanya, ini adalah tempat nonton teater. Cuma lihat dari depan aja sih.Bentuk bangunannya sendiri biasa aja, ga terlalu banyak detail ini itu.
Setelah itu kami jalan dikit dan masuk ke Gallerie Vittorio Emanuelle, kayak indoor mall branded gitu di Milan dengan design kubah cantik dan arsitektur keren.
Selain itu, di Kompleks Duomo ini ada juga Milan Cathedral, gereja yang ga kalah cantiknya. .
Ngomong-ngomong soal Milan Cathedral yang merupakan gereja terbesar ke-4 (sedunia kalo’ ga salah), gw pikir kita bakalan masuk ke dalam katedralnya, kayak tour-tour biasa, and ternyata.. nggak masuk sama sekali!! Miris banget rasanya. Yah intinya kami dilepas di kompleks itu untuk foto-foto, belanja, makan siang, dan keliling-keliling. Kalo’ mau masuk ke katedralnya ya boleh aja sih, tapi bayar sendiri, antri sendiri. It’s excluded from the tour. Gw sampe’ baca ulang lagi itinerarynya, apakah wordingnya kira-kira maknanya sejenis “… kita akan memasuki Milan Cathedral..” tapi memang wordingnya ‘licik’ sih :
Hari ini Anda tiba di Milan Anda akan diajak city tour menikmati keindahan kota Milan dengan mengunjungi/melewati sebuah gereja bergaya Gothic yang dibangun pada tahun 1813, Milan Cathedral, La Scala Theatre salah satu gedung opera yang terkenal di Eropa, Galleria Vittorio Emanuele II yang sering disebut “The Living Room of Milan” atau tempat tinggal orang Milan yang letaknya berdekatan dengan Milan Cathedral. Tak ketinggalan berjalan-jalan sambil berbelanja di kawasan Duomo, tempat yang terletak di pusat kota Milan ini terkenal dengan fashionnya. Menuju Zurich untuk bermalam
KUNYUKKKKK!!!
Jadi sedikit info soal tournya, tour yang gw ikutin ini adalah tour ‘flexible’ yang notabene lunch and dinner dicover sendiri oleh peserta alias ga dapet makan. Juga ga ada local guide sama sekali (cuma tour leader dari Jakarta). Jadi beneran cuma tour jalan-jalan aja sih sebenernya. Makanya harganya murah pisan.
Jadi aktivitas gw selama di Kompleks Duomo ini :
Pas di Gallerie Vittorio Emanuelle (mall kecil) :
* Melahap puas-puas view kubah serta dinding cantik Galerie Vittorio Emanuelle. Plus foto-foto pastinya. Impressive banget!
* Makan siang di McDonald. 1 paket burger-kentang-Coke sekitar 5 EUR (note : 1 EUR anggap aja IDR 15,000). Di McD ini juga kita bisa numpang ke toilet dengan gratis, beda dengan public toilet kebanyakan yang biasanya requires us untuk bayar 0.5 atau 1 EUR.
* Gw juga baru inget bahwa di sekitar Gallerie Vittorio Emanuelle sini katanya ada satu cemilan yang terkenal yang namanya Luini. Langsung deh google-google pake’ wifi gratisan yang mati-idup-mati-idup di situ dan akhirnya berhasil nemu tempatnya. Sesuai yang ditulis di internet, antriannya panjang banget, tapi cepet. Jadi akhirnya gw ikutan ngantri. Dari sekian banyak menu, gw pilih Ham & Mozarella atau semacam itu deh, dan rasanya.. asli ga enak banget. Tapi melihat betapa populernya ni tempat, pasti lidah gw yang salah, bukan rotinya. Anggap aja ga cocok taste-nya or mungkin gw harusnya milih menu yang lain. Anyway harganya murah-murah aja, 2.7 EUR.
* Masuk toko-toko branded (ga banyak sih. Ada Prada, Versace, dll.), muter sekali, terus keluar lagi. Polanya gitu terus untuk semua toko.
* Beli es krim Savini yang sumprit enak banget. Letaknya agak nyudut jadi harus fully-aware supaya ga kelewatan. Gw beli yang rasa tiramitsu sama satu rasa lagi, asal tunjuk doang karena ga ngerti judul rasanya yang pake’ Bahasa Italy. Apapun itu, itu es krim paling enak sepanjang trip waktu itu. Es nya lembut dan ringan banget, ga bikin kenyang. Es krim 2 rasa gini harganya 4 EUR.
* Liat-liat orang muter di atas lantai bergambarkan banteng yang katanya dilakukan supaya kita bisa balik lagi kelak ke Milan atau untuk best luck, which I don’t believe at all. Males pula jalan-jalan muterin banteng ga jelas itu dan harus rebutan sama antrian banyak orang, jadinya gw cuma nontonin mereka muter-muter gitu. Ga menarik, tapi boleh juga untuk ngabisin waktu.
Di luar Gallerie Vittorio Emanuelle :
* Ke toko souvenir, beli kaus dan beli kartu pos lucu, terus langsung ditulisin dan dikirim ke Jakarta buat Aimee pake prangko 5 EUR. NB : Sampe’ sekarang, 22 September 2016, kartu posnya belum nyampe rumah (dikirimnya tgl. 10 September 2016). Kayaknya prangko gw kedikitan.
* Nikmatin view katedral (dari luar ya, catat.. dari luar)
* Jalan ke sisi luar, masuk ke H&M, liat-liat. Ga nemu apapun yang menarik, jadi keluar lagi. Cuma ngadem doang sebenernya.
Di Milan lagi lumayan panas dan terik. Kalo’ ga salah suhu 31 derajatan, dan seperti biasa TL udah ngingetin untuk be very careful dengan para copet di Eropa, terutama Milan dan Italy. Anyway intermezzo aja, kata TL, orang Italy anti sama Starbucks. “It’s like we drink a mineral water,” kata mereka. Pokoknya Starbucks dianggap ‘rendahan’ banget deh, beda sama kopi asli mereka.
Jadi, di Milan intinya kami cuma ke kompleks ini aja sih. Ga ada ke markas AC Milan or Intermilan. Untung gw memang not a fans jadi kayaknya biasa-biasa aja, sementara ada peserta lain yang ngarep-ngarep bisa ke situ.
Udah deh setelah 2.5 jam-an, kami ngumpul lagi, terus dikasitau bahwa kami bakal lanjutin perjalanan ke Swiss, tepatnya ke kota Zurich, kurang lebih 4,5 jam. Begitu denger gini, langsung rombongan bubar lagi karena semuanya mau ke toilet dulu dan toilet gratis adalah di McD yang notabene lumayan juga jalannya dari tempat ngumpul. Akhirnya perjalanan ngaret sekitar 20 menitan.
Ya udah abis itu naiklah kami ke bus dan jalan 4.5 jam. Lumayan cobaan dan ujian buat both pantat dan kesabaran. Macet pula. Untungnya di tengah jalan seperti biasa kami stop dulu di rest area. Rest area ini setau gw udah masuk di Swiss deh. Di rest area ini ada toilet stop sama supermarket buat belanja-belanja. Gw beli beberapa roti buat nyemil di bus sambil nunggu dinner nanti. Karena waktu itu udah sore menjelang malam, gw juga coba cek ke Tour Leader (selanjutnya akan disingkat TL), apakah nanti di sekitar hotel banyak tempat makan, karena gw curiga di sana akan gersang makanan secara hotelnya deket airport Swiss. Bener aja, kata TL ga ada sama sekali (!!!). Hix, kenapa ga dikasitau dari awal ya? Ini nanya baru dikasitau. Coba kalo’ ga nanya, bisa-bisa nanti kita harus dinner di hotel semua karena ga ada resto di sekitar situ.
Langsung deh buru-buru gw and Mama belanja sekalian buat dinner juga di supermarket itu. Untungnya ada restoran juga. Cuma karena waktunya terbatas, akhirnya kami cuma take away aja. Take awaynya simple aja : 1 lasagna sama 1 nasi-ayam-kentang. Dua item. Harganya 31.9 EUR alias hampir IDR 450,000. Duh nyeseknya itu sampe’ bertahan konsisten mangkal terus di ati sampe’ beberapa malam. Ga worth it banget, tapi memang we didn’t have any choice sih. Gw kayaknya ga bisa deh dinner cuma roti-roti doang. Mesti makan berat gitu, dan resikonya yah seperti ini. IDR 450,000. Nangis darah deh, secara siangnya gw baru seneng-seneng karena bisa nahan diri ga belanja aneh-aneh dan duit masih lumayan utuh. Dua porsi makan siang ini bener-bener menguras kantong sekaligus air mata.
Abis itu perjalanan lanjut lagi, dan pemandangan mulai berubah jadi cantik banget dengan danau raksasa yang selalu terpampang di setiap belokan yang kami lalui. Menghibur banget setelah pengalaman beli makanan yang bikin eneg tadi. Gw sempet tanya ini danau apa sih ke TL, tapi gw lupa namanya. Sikokon kalo’ ga salah deh. Cantiiiik banget danaunya. Bener-bener represent Swiss banget.
Sampe’ hotel di Zurich (Dorint Airport Hotel), jam udah sekitar 9 an malam. Langsung deh check-in kamar dan beres-beres. Baru mau buka koper, TL telepon dari receptionist, meminta gw tuker kamar sama 1 peserta tour yang lagi honeymoon karena ranjang di kamar gw itu queen, bukan twin. Ya sudah beberes koper lagi terus pindah kamar. Kamar gw and Mama sekarang ranjangnya jadinya twin. Gw dan Mama dipisahkan secara kejam, bwahahah.. *halah..
Kamarnya sendiri OK sih menurut gw. Hotelnya juga bagus-bagus aja. Karena memang hotelnya di deket airport, di lobby ada papan flight schedule airport yang terupdate tiap beberapa waktu. Informatif banget ya.. Papan jadwal kedatangan bus di halte busway Jakarta mah boro-boro update tuh informasinya.
Info lain : colokan sama-sama aja kayak Jakarta. Wifi free dan cepet. Sayangnya di kamar ga ada pemanas air/coffee maker sama sekali. Jadi kalo’ mau masak air, harus minta air panas ke restoran di bawah dan… bayar 2 CHF (duit Swiss). Oh iya di Swiss memang bisa pake’ Euro, tapi sebagian besar transaksi masih dilakukan dengan mata uang mereka sendiri yakni CHF. Masih eksklusif gitu. Rate CHF sekitar IDR 13 ribuan. Mirip-mirip lah sama EUR. Duit serasa ga ada artinya T_T
Abis beberes, kami langsung makan makanan yang dibeli di supermarket (yang harganya amit-amit itu loh.. inget kan?). Ni makanan taste-nya biasa banget, jadi makannya makin sakit ati. Udah gitu si Mama bilang dia kenyang pula karena makan roti di bus tadi. Haduh!! Tau gitu beli satu porsi aja dinnernya. Sakit ati makin nyut-nyutan deh. Karena Mama merasa bersalah akhirnya dia ikutan nyomot-nyomot ayamnya juga, tapi langsung ngoceh-ngoceh karena katanya ayamnya ga bersih, masih banyak darahnya. Waduh, speechless deh.
Setelah itu tidurlah kami. Gw langsung pules, tapi jam 3-an kebangun dan ga bisa tidur lagi sampe’ pagi. Untungnya di Jakarta udah pagi (selisih waktunya 5 jam duluan di Jakarta) sehingga bisa whatsapp-an dan video call sama my Aimee.
Bersambung ke sini
Bali Honey(food)Moon
Posted April 30, 2015
on:- In: Love | Memory | Travelling
- 4 Comments
Ini adalah itin saya selama honeymoon ke Bali 6 ari 5 malem :
Senin
* Terbang dengan Citilink siang hari, sempet delay hampir 1.5 jam
* Nyampe airport supir bookingan udah ready, syukurlah. Not bad walaupun agak terkesan preman dan dingin.
* Langsung makan Warung Candra. Itu loh, makanan nasi babi di Denpasar. Suami yang baru pertama kali coba langsung doyan setengah mati, sementara saya somehow ngerasa biasa aja. Mungkin udah bosen.
* Check-in hotel di Kanishka Villas Seminyak, terus nikmatin hotel sebentar – tepatnya private villa sih. Tempatnya luas dan cukup menyenangkan dengan small private pool. I love this place! My husband said (setelah honeymoon selesai) bahwa ada bayangan-bayangan sekilas yang dia lihat di dalam kamar, tapi dia berusaha ignore itu. Hiiiy..
* Malem makan Bubba Gump di Kuta. I always love this place dengan crowd-nya yang unique dan very special seafood platters. Terbukti malam itu kami pesan 3 menu lagi dan semuanya enak. Forrest Gump never failed!
Tadinya abis makan Bubba, mau ngoboy nyari makan lagi, tapi karena udah kemaleman, akhirnya kami balik ke hotel.
Selasa
* Pagi breakfast di hotel dengan optional breakfast yang diantarkan ke private villa kami. Not really impressive. Nasi goreng pesanan saya sangat ga enak. Sisanya variety american breakfastnya yang rasanya lumayan sih.
* Setelahnya check-out sekalian makan kecil di Angelita Patisserie, hasil liat di suatu website. Tempatnya very nice dengan nuansa French yang kental banget, plus makanan super enak. Kami cobain Pancake Apple Caramel-nya (lupa namanya) dan beberapa kue kecilnya. A really nice place to return.
* Jalan-jalan ke Krishna buat nurunin perut walaupun saya ga terlalu suka pusat oleh-oleh ini. Tapi toh tetep saja membawa pulang daster-daster untuk orang di rumah.
* Agak gila, siangnya lanjut lagi makan Warung Liku, warung yang pernah saya makan bareng temen-temen kantor lama pas outing ke Bali. Selalu suka makan di sini, nasi ayam betutu campur babi. Sayang babinya udah habis hari itu.
* Lanjut ke DMZ Museum, itu loh, museum 3D tempat kita bisa foto-foto seakan itu real. Karena udah pernah ke Alive Museum di Singapore sebelumnya, museum ini jadi ga terlalu spesial lagi. Cuma karena super sepi, mbaknya dedicated sepanjang jalan motoin kita dan nunjukkin gaya tercocok. Harga tiket kalo’ ga salah Rp 95,000.
* Karena kami masih kehilangan kewarasan kami, kami lanjut makan lagi ke Wahaha – babi guling yang mirip Nuris. This is my first time dan tetep ngerasa enakan Nuris. Kami cuma pesen 1 porsi untuk berdua. Menurut saya bumbunya kemanisan. So this would be the first and the last.
* Check in ke Horison Hotel, beres-beres bentar terus keluar nyari spa jalanan. Spa deh, sementara suami refleksi. Karena memang tempat spa ecek-ecek, tempatnya agak terbuka, banyak tamu lalu-lalang sampai saya ngerasa ga terlalu nyaman. Mbak-mbaknya juga super cuek buka tutup tirai tanpa ngeliat-ngeliat dulu. Kelar dari sini, badan lengket banget, ga nyaman banget. Akhirnya balik hotel dan mandi dulu.
* Selanjutnya ketemuan sama kakak ipar dan suaminya, karena mereka baru sampe’ Bali. Mereka nginep di sebelah, di Haven. Supir dan mobil saya sudah selesai, dan kami ganti mobil yang dipesan kakak ipar saya, yang dia sewa tanpa driver karena kami akan nyetir sendiri.
* Abis itu lanjut dinner Warung Made. Saya pesen nasi ayam betutu lagi. Super kenyang.
* Balik ke Krishna lagi karena kakak ipar mau cari oleh-oleh.
* Makan penutupan di Warung Itali, pesen 1 loyang pizza aja.
Hari ini makan 6 x. Amazing..
Rabu
* Pagi-pagi karena sama-sama ga dapet breakfast, kami makan Malen Babi Panggang. Ini juga pertama kali saya makan, dan emang enak banget. Saya lebih suka ini daripada Candra, tapi suami lebih suka Candra.
* Lanjut makan es krim Gusto Gelato yang porsinya banyak dan murah meriah. Tapi rasanya menurut saya biasa aja.
* Perjalanan lanjut ke Pasar Sukowati karena memang mau ke arah Ubud, belanja di tempat langganan kakak ipar. Dari dulu saya memang ga terlalu suka Pasar Sukowati, tapi hari itu lumayan panen dan dapat banyak barang.
* Lunch Bebek Leka-Leke di Ubud. Biasa aja. Buat saya semua bebek ini sama aja sih rasanya : Bengil, Tepi Sawah, Leka-Leke. Bebek ya begitu aja. Malah lebih enak makan bebek pas di Yogya.
* Habis itu lanjut hunting Batik Indigo Bu Jok, dapet referensi dari sepupunya suami. Ternyata batik tulis gitu dan harganya mahal. Plus ga menarik motif-motifnya buat saya. Padahal udah semangat mau beli batik.
* Tadinya mau ngopi di Lotus Garden tapi timing ga keburu.
* Makan di Vue Beach Club hasil nemu di Disdus. Pesen cabbana gitu buat 4 orang, tempatnya nice banget dan makanannya enak. Terbukti yang di Disdus belum tentu buruk. Jadi di situ cuma leha-leha santai-santai duduk-duduk di cabbana deket kolam renang dan nikmatin pemandangan pantai + langit senja. Setelah ke situ, kami iseng-iseng liat ke hotelnya. Wuih sepi sekali, tapi lumayan menarik kamarnya.
* Muter-muter Seminyak karena suami jarang ke Bali. Ngasih liat ini-itu ke suami.
* Makan Nuris. Enak seperti biasanya, tapi cuma pesen dua untuk rame-rame karena udah kekenyangan.
* Pulang ke Hotel. Masih ke Horison karena kami nginep 2 malam.
Kamis
* Breakfast hotel karena kali ini pesen breakfast. Ga enak, super dikit dan sangat ga menarik.
* Ke Joger + Laris beli-beli beberapa barang dan oleh-oleh makanan.
* Lunch ke Merah Putih yang notabene biarpun mahal, worth it juga karena makanannya enak-enak, appearancenya cakep dan tempatnya bagus (eh tapi porsinya sedikit deng)
* Lanjut ke Alea Hotel karena sebelumnya saya salah book tanggal untuk hotel Astana Kunti di Disdus, dan mereka ga mau berbaik hati merevisi tanggalnya, grrr.. Akhirnya terpaksa hunting hotel baru on the spot, lewat internet dan ketemu hotel ini. Not bad, not bad, hotel baru, sangat murah, walaupun lokasinya agak dalam.
* Beli croissant – Monsieur Spoon buat ngemil nanti. Tempatnya berupa cafe kecil, dan saya kecewa karena ga ada croissant gorengan, adanya manis semua.
* Angelita Patisserie lagi, karena kakak ipar mau cobain. Pesen makanan yang agak berbeda dengan sebelumnya dan lagi-lagi semuanya enak. Luar biasa..
* Berangkat ke Mulia Hotel karena kakak ipar nginep di situ, lewat tol yang cakep design pilar-pilarnya (*ga penting). Main-main dan muter-muter di dalam Mulia, yang sangat-sangat bagus, tapi kamarnya biasa aja sih, cuma gede aja. WC nya udah kayak toilet Jepang yang banyak tombol automaticnya.
* Nongkrong di SkyBar, salah satu open bar di Mulia. Cuma bengong-bengong aja sambil nikmatin senja.
* Makan di resto Thai di Nusa Dua, namanya Tao, sambil ketemuan sama temennya kakak ipar. Makanannya not bad, tapi not special juga sih menurut saya. Tempatnya ga bisa nilai karena udah malem, very dark. Harga mahal.
* Pulang drop-in kakak ipar ke Mulia, terus kami balik ke Alea Hotel (yang mini, kecil, dan tersembunyi itu).
Jum’at
* Pagi-pagi dijemput sama supir dari Odyssey Submarine, kapal selam yang kami order. Jalan deh kami ke pelabuhan (saya lupa namanya) yang asli jauh banget. Sekitar 2 jam-an. Sepanjang jalan mobilnya ngebut total sampe’ perut saya kumat kegelian. Stress dan keringet dingin.
* Sampe’ sana nunggu 45 menitan. Banyak turis mulai berdatangan. Ada bule, Korea, Jepang, China dll. Sepertinya cuma kami yang orang lokal. Orang-orang Submarinenya sangat ramah, dan mereka selalu dahuluin kami sebagai orang lokal. Jarang-jarang banget ada treatment kayak gini. Biasanya kan turis luar diperlakuin kayak raja.
* Berangkat deh naik perahu dulu sampai agak ke tengah laut, terus keliatan deh submarinenya. Masuk satu-satu pake’ tangga vertikal ke bawah. Briefing-briefing bentar (guidenya OK banget bisa semua bahasa), dan berangkatlah kami selama 45 menit. Selama perjalanan, to be honest semuanya boring banget. Palingan cuma 5-10 menit ada rombongan ikan yang banyak dan seorang diver yang ngasih makan sehingga dikelilingi ikan-ikan itu. Ikannya pun cuma 1 jenis, ikan badut. Pokoknya untuk ukuran 500 ribu / orang, asli ini ga worth it banget. Bener-bener cuma buat tau aja. Coba kalo’ medan submarinenya lebih bagus ya, pasti underwater world nya juga lebih mempesona dan jadinya kan tripnya lebih worth it.
* Balik ke tempat tadi, kami dikasih makan prasmanan setelah nyelem. Not bad sih sayurnya. Habis makan kami dikasih sertifikat, terus balik hotel, diantar lagi, and it’s another 2 hours.
* Sampe’ di hotel udah jam 1.30-an siang. Habis check-out (boleh late check-out) langsung ngemil lagi ke Fat Turtle, cafe yang saya dapet dari website lagi. Ih enak loh, saya doyan banget. Ada makanan apa gitu (avocado something) yang rasanya unik banget. Pokoknya someday saya pasti balik lagi ke sini.
* Abis itu jalan ke arah Nusa Dua lagi, untuk check-in hotel kami, Amaroossa Hotel di Nusa Dua, sekalian ke Mulia, untuk jemput kakak ipar dan suaminya. Di tengah jalan mampir ke Pia Legong karena sambil ngelewatin, tapi gagal karena antriannya udah panjang bener.
* Sampe’ hotel kami, check-in dulu, dan suami agak kecewa karena dia kira ini private villa. Ternyata cuma kamar biasa dengan private pool aja sih dan private pool nya juga ga ada penutup atasnya jadi sepertinya tetangga bisa ngintip.
* Habis liat-liat hotel, kami jalan lagi ke Mulia, kakak ipar udah pesen Nasi Babi Pak Dobiel, hasil bawa pulang. Ih enak juga. Saya mendadak inget bahwa sebelumnya saya udah pernah makan di sini juga. Saya makan 1 porsi berdua sama suami.
* Habis makan dan siap-siap kami berangkat ke Pelabuhan something lagi (lupa) untuk ikutan Pirates Safari Cruise yang banyak di Disdus itu. Sampe’ sana masih proses registrasi dan kami dikasih penutup mata bajak laut, sorban khas bajak laut, dan welcome drink. Buat lucu-lucuan aja sih. Setengah jam kemudian, kapalnya udah dibuka, dan kami masuk deh, ke meja yang sudah tertulis di dalam tiket. Mataharinya masih silau banget. Habis itu bengong-bengong doang sih beberapa lama, dan kemudian ada orang kapal yang suruh kami naik karena acara akan segera dimulai. Ya udah kami ke atas terus acara dimulai deh. Ada singer orang Indo cewek yang lumayan kocak dan menguasai panggung, nyanyi-nyanyi. Sayang penonton/pengunjungnya kurang heboh, minim bule, banyakan orang China, jadi audience nya ga gitu berani dan muka tebel. Habis itu ada acara sulap, fire-dance, tari perut dll. Lumayan menghibur sih. Mendekati malam, dinner juga dimulai. Sayurnya saya bilang biasa aja sih. Turis China jangan ditanya ya, ambil sayurnya segunung ga kira-kira. Jorok pula. Seperti biasa deh.
* Selesai acara, kami balik ke Krishna lagi karena ada barang yang masih mau dibeli sama kakak ipar.
* Lanjut makan Nasi Pedas Andika. Bawa pulang doang sih, cuma saya ga gitu suka Andika dari dulu, jadi saya ga ikutan pesen.
Sabtu
* Pagi breakfast di hotel, dan karena katanya pengunjung hotel kurang dari 10 orang, maka breakfastnya ga buffet, melainkan ala carte. Ih kasian amat. Jadinya saya pesen nasi goreng yang rasanya biasa banget.
* Habis sarapan kami check out, terus saya ke Uluwatu liat-liat baju. Bukan Uluwatu tempat wisata si tebing itu ya, tapi Uluwatu toko baju putih-putih renda-renda itu. Ga nemu yang bagus dan harganya aji gile semua, jadi kami ga lama-lama ke situ.
* Setelahnya kami ke Warung Liku lagi untuk makan, karena ngejar babinya. Waktu makan di hari-hari pertama kan kebetulan babinya udah abis. Terus sekalian bawa pulang satu bungkus buat kakak ipar di Mulia nanti.
* Habis itu coba cari-cari es atau gelatto gitu tapi muter-muter malah kejebak macet di Kuta dan Legian. Jadinya batal deh.
* Lanjut ke Mulia untuk jemput kakak ipar karena mereka harus ke airport, jadwal penerbangan siang hari. Kami sempet ke Pia Legong lagi dan akhirnya berhasil beli walaupun untuk beberapa rasa ada pembatasan jumlah beli.
* Sampe’ Mulia, kakak ipar cobain makan Liku yang kami bawa, terus setelah mereka check-out kami makan Dobiel lagi, kali ini di tempatnya. Ah, emang top deh nasi babi yang satu ini. Biarpun panas terik, tetep keenakannya ga tertutupi.
* Abis itu anterin kakak ipar ke airport, sementara kami masih keliling-keliling Bali karena jadwal kami lebih sore plus tadi pagi kami dapat notifikasi bahwa pesawat Citilink kami akan delay sampe’ jam 6. Ya sudah.
* Dari airport, kami ke Livingstone, sebuah cafe yang saya tahu dari website yang sama yang merekomendasikan cafe-cafe keren di Bali. Tempatnya bagus, atmosfernya enak banget dan makanannya enak semua. Hadeuh, top deh.
* Habis dari Livingstone kami balik ke airport dan selesailah perjalanan kali ini 🙂 Asli selama perjalanan bersyukur banget sama si penemu Google Map karena udah bikin perjalanan kami jadi terbantu banget. Cuma kadang buat saya pribadi, karena terlalu terfokus ngeliatin peta di HP, akhirnya jalanan bener/aktualnya saya jadi ga perhatiin. Terlalu berpatokan sama peta. Beda sama penyetir yang liat langsung jalanan di depan mata, sehingga nextnya tentu tanpa peta pun Ybs. sudah bisa inget-inget sedikit jalannya.
December Trip With The Kids
Posted February 3, 2015
on:- In: Travelling
- 6 Comments
Kalau tahun-tahun sebelumnya Bali, Hong Kong, dan Malang jadi tujuan liburan kami sekeluarga, Desember tahun ini giliran Singapore yang kebagian jatah terhormat ini. Halah!
Dari bulan Maret-April kami udah plan semuanya, mulai dari tiket, hotel, objek wisata, dll., walaupun yang namanya nyatuin 12 orang sekaligus dengan berbagai keinginan yang berbeda tentu saja ga gampang. Pemilihan hotel aja bisa bikin saling bete-betean di ujungnya. Belum lagi pemilihan waktu, pesawat, penyesuaian dengan jatah cuti bagi kami yang kerja, dll. Seru campur bikin mules deh!
Tiap bulan kami juga udah pusing ngadepin serangan bertubi-tubi Libby dan Jamie, dua anak cici saya, yang sangat konsisten bertanya dengan nada buas, “Masih berapa hari lagi sampai kita liburan ke Singapore, hah? Masih berapa lama lagi??”
Saya juga plan untuk ketemuan sama sesama Recruiter yang base yang di Singapore, plus satu headhunter yang saya kenal baik di Singapore. Udah janjian, tapi at the end ga ketemu waktu yang pas buat ketemuan.
Anyway singkat cerita, mendekati 20-an Desember, saya dan cici kedua serta dua anaknya pun berangkat duluan ke Singapore. Kenapa kami duluan, sebabnya adalah karena kami mau control ke dokter dulu. Saya ke dokter mata, cici ke dokter reumatik. Awalnya kami sudah book lewat Medilink untuk didaftarkan di RS apa aja di Singapore, selama tanggalnya adalah tanggal xx Desember dan kami berdua bisa control dalam satu hari yang sama. Back and forth beberapa kali, akhirnya cuma RS Tan Tok Seng yang bisa mengakomodir jam konsultasi di waktu yang berdekatan, dalam satu hari yang sama, biarpun kayaknya rada ga meyakinkan gitu kalo’ di Tan Tok Seng (sombong).
Menjelang akhir tahu-tahu cici saya dapat rekomendasi dari satu dokter di Singapore yang kebetulan kami kenal dan sedang ada di Jakarta, untuk coba berobat di klinik di Lucky Plaza. Bukan klinik sih sebenernya, tapi semacam medical center. Ya sudah akhirnya Tan Tok Seng pun kami batalkan dan akhirnya jadi berobat di medical center di Lucky Plaza itu. Reservasinya pun dilakukan oleh si dokter Singapore tadi. Maaf banget ya Medilink yang udah susah-susah ngecekkin RS-RS di Singapore demi kami, tapi at the end di menit-menit terakhir dengan enaknya kami batalin. Salahkan cici saya! Salibkan dia!
Balik ke keberangkatan, seperti biasa kami naik Lion karena ada sepupu yang kerja di Lion dan bisa bantu untuk tiket lebih murah. Makasih Caun untuk semua bantuannya yang tak terhingga, kesabarannya ngadepin kami yang suka plin-plan ganti-ganti tanggal, waktu, sampe’ suka batalin tiket dan tau-tau jadiin lagi. Ga bakal heran kalo’ Caun bisa botak sempurna, ngadepin kami.
Pagi itu, Kamis, alarm HP saya mati total, entah kenapa, dan saya telat bangun 1 jam. Langsung terbirit-birit bangun dengan panik, nyaris mau nangis karena kudu nongkrongin pup dan pup-nya kurang ajar ga mau keluar-keluar. Plus baru inget bahwa saya lupa pesen taxi pula kemarin. Akhirnya setelah mandi dan beres-beres, langsung lari ke depan rumah panggil taxi, nyaris nyeker doang, ga pake’ sepatu, suruh sang supir masuk ke gang rumah, dan baru deh koper dimasukkin. Udah usaha dandan cantik-cantik langsung lepek kayak upil, keringetan.
Untung banget ga telat biarpun mendekati bandara ternyata jalanan lumayan macet. Maklum musim liburan. Banyak orang kaya demen ke airport.
Pas saya nyampe, udah kedengeran announcement berkali-kali untuk penumpang Lion ke Singapore masuk segera ke gate keberangkatan. Iyah iyah, sabar pisan, kawan..
Ah, intinya syukurlah masih keburu. Cici saya dan dua anaknya udah nyampe daritadi, asyik minum jus bikinan sendiri.
Lion berangkat tanpa delay pagi itu. Perjalanan pun lancar jaya amat sangat. Saya duduk di samping dua orang India tanpa bau berarti.
Nyampe Singapore, kami dijemput keponakannya suami cici saya yang tinggal di Johor. Setelah agak berselisih jalan di airport, akhirnya kami berhasil saling menemukan. Langsung semua koper kami titip ke Yen Yen, keponakan suami cici saya itu, termasuk Libby dan Jamie. Mereka semua plus koper bakal langsung balik ke Johor, karena kami memang akan nginep di sana beberapa malam. Saya sendiri dan cici langsung naik MRT ke Orchard karena memang janjian konsultasi dokter hari ini.
Untungnya tadi di pesawat saya sempet makan nasi goreng yang nyokap bekalin, jadi siang akhirnya kami ga usah lunch dulu.
Nyampe di Orchard, kami jalan ke Lucky Plaza, ke medical center di lantai atas-atas. Ada banyak klinik di situ, mulai dari klinik rheumatic, klinik kulit, dll. Waktu kami sampe’ jam 1-an, semua pintu masih kekunci. Sepertinya mereka masih makan siang semua. Setelah nunggu beberapa saat, baru semua pintu dibuka. Masuk deh kami.
Di Lucky Plaza ini, yang akan control duluan adalah cici saya, terkait dengan penyakit rheumatiknya. Kami juga bakalan dapat satu penerjemah buat ngedampingin selama konsultasi. Nah si penerjemah ini belum dateng. Akhirnya kami jadi nungguin dia sampe’ hampir setengah jam. Setelah dia dateng, baru kami masuk ke ruangan dokter.
Karena dokternya lumayan komunikatif, akhirnya sesi control yang mestinya dijadwalin 20 menitan, jadi molor ke 1 jam. Kena biaya tambahan deh. Tadinya ga gitu ngeh bahwa kalo’ control lebih dari 20 menit, bakal kena extra charge tiap 10 menitnya, karena sebelum-sebelumnya ke dokter Singapore kayaknya ga ada extra charge gitu. Belakangan pas liat bill baru terkaget-kaget karena biayanya jadi SGD 500. Cuma buat sekali control aja. Cici langsung lemes banget, apalagi dokter nganjurin untuk ulang test check up karena dia ga percaya sama hasil lab dari Indonesia (yang cici bawa) dan control lagi besok-besoknya. Ga kebayang bakal jadi berapa biaya totalnya nanti.
Ya sudah setelah lemes-lemes soal biaya gara-gara keseruan konsultasi ama dokter (dan dokternya pun ga bisa kasih solusi atau diagnose apapun karena nganggap semua test check-up di Indonesia tadi ga valid), kami pindah ke Paragon, di sampingnya Lucky Plaza. Kali ini giliran saya yang bakal check-up dokter mata. Aini si penerjemah masih setia mendampingi.
Sampe’ sana, sepertinya ada miskomunikasi atau sejenisnya, yang pasti dokternya sedang operasi dan setelah itu bakal ada janji dengan pasien lain. Saya udah bilang, kami bakalan nunggu aja, tapi katanya tetep ga memungkinkan untuk ketemu hari itu, jadi mereka suggest untuk di-reschedule. Setelah mikir-mikir tentang jadwal jalan-jalan di Singapore sampe’ minggu depan, akhirnya kami sepakat untuk reschedule ke hari Rabu pagi minggu depan, sebelum kami balik ke Jakarta. Ah, berkurang deh jadwal jalan-jalanku!
Selesai ke dokter dan bye-bye-an sama Aini (sempet ragu untuk ngasih tips/nggak ke Aini, tapi akhirnya kami ga kasih, entah dengan alasan apa. Bisa pelit, bisa ngerasa ga proper, bisa karena kami buru-buru, bisa karena semuanya), kami muter sebentar di Paragon dan jalan-jalan Orchard bentar, kemudian jalan balik ke MRT. Sempet tergiur beli kebab tapi batal karena harganya SGD 11, terus akhirnya mampir beli roti yang lebih acceptable harganya untuk nangsel plus liat-liat baju, sebelum kemudian berangkat ke Bukit Batok MRT Station, karena kami akan ketemuan lagi sama keponakannya suami cici saya, Wei Wei (cicinya Yen Yen yang tadi jemput anak-anak di bandara).
Bukit Batok adalah tempat Wei Wei kerja, juga berdekatan dengan kantor suaminya. Jadi setelah ketemuan di MRT, kami makan dulu di food court dekat situ sambil menunggu suaminya. Keliling-keliling, seperti biasa pilihan jatuh ke makanan andalan : bakmi.
Setelahnya kami sempet jalan-jalan plus beli yoghurt macam Sour Sally yang porsinya gede banget dan rasanya ga gitu enak (udah gitu ga abis, taruh di mobil, dan lupa dibawa turun sampe’ besok pagi, aaaaakkkkkhhh). Untung dibayarin sama Wei-Wei yang baik hati dan tidak sombong.
Setelah suaminya dateng, kami naik mobil dari situ nyebrang ke Johor, karena seperti yang sudah disebut, kami akan nginep di rumah cicinya suami cici saya (ribet yah haha.. intinya : kakak ipar cici saya). Dalam perjalanan kami juga harus jemput Li Wen, adiknya Wei Wei dan Yen Yen, yang juga kerja di Singapore. Baru deh habis itu kami pulang ke Johor.
Perjalanan hampir 2,5 jam dan menurut mereka itu normal banget. Macetnya luar biasa, dan inilah makanan sehari-hari Wei Wei, suaminya, dan Li Wen yang kerja di Singapore. Everyday bolak-balik Johor-Singapore-Johor. Ga kebayang.. Seinget saya waktu beberapa tahun lalu saya ke Johor dari Singapore dengan bus, macetnya masih normal banget. Sekarang kok jadi super parah, sampe’ mati gaya banget di dalam mobil. Mungkin karena ini jamnya after office hour kali ya, sehingga macetnya pun jahanam banget (padahal itu kami berangkat dari Singapore-nya jam 8 malem loh, tapi tetep aja macet). Rasanya Sudirman-Thamrin jadi nice guy banget dibanding jalanan imigrasi Singapore-Johor ini.
Sampe di rumah Ci Aying (diulang : cicinya suami cici saya alias kakak iparnya cici saya), kami pun beres-beres. Koper udah di sana semua karena tadi siang udah dibawa sama Yen Yen. Dan baru tahu juga bahwa perjalanan Yen Yen tadi siang, dari Singapore ke Johor, makan waktu 3 jam. Macet. Ga kebayang betapa tersiksanya dia, dengan dua bocah kecil (keponakan saya, Libby dan Jamie) yang mulutnya aktif tanpa henti, nyerocos sepanjang jalan.
Pas ditanya, Yen Yen cuma cengengesan sambil melirik dua ponakan saya “They,” kata Yen Yen, “non-stop talking for 3 hours..”
Kami cuma bisa tepuk jidat, bayangin penderitaan Yen Yen tadi siang.
Rumah Ci Aying ini modelnya agak tua, tapi luas banget, terdiri dari dua lantai. Jadi saya dan cici serta dua bocah kacrut tidur sama Ci Aying di kamarnya Ci Aying yang lumayan gede di lantai atas. Saya dan Ci Aying tidur di bawah, di sisi kiri dan kanan dari ranjang. Cici dan dua anaknya tidur di ranjang. Suaminya Ci Aying lagi di luar kota, dan kalaupun ada, bisa tidur di kamar lain.
Selain Ci Aying, suaminya, Yen Yen, Wei Wei dan suaminya, serta Li Wen, ada lagi Min Yang, anak Ci Aying yang lain, serta Emelda, anak Wei Wei yang baru umur 1 tahun dan super cute. Jadi Ci Aying emang punya 4 orang anak : Wei Wei, Yen Yen, Min Yang, sama Li Wen. Wei Wei ud married sama Daniel dan punya anak namanya Emelda. Haha infonya penting ga sih?? Rame deh pokoknya rumahnya!
Hari kedua, saya bangun dengan badan agak ga enak karena kurang tidur dan sepertinya kecapean dari kemarin narik-narik koper sepanjang airport Singapore waktu cari-carian ama Yen Yen. Bahu sakit semua. Bayangin aja saya narik koper cici saya yang isinya lengkap, ada blender, buah-buahan (pepaya, tomat, apel, dll) seberat 20-an kilo. Belum lagi koper saya sendiri. Masih ada lagi satu koper penuh yang isinya makanan dari Jakarta buat Ci Aying di Johor. Belum lagi kudu nuntun 2 anak kucrit yang energinya berlebih, ditambah keaktifan mulutnya. Wah, komplet capeknya. Malam sebelumnya di Jakarta juga saya ga bisa tidur dan pulang cukup malem (salah sendiri!). Jadi deh capeknya numpuk semua.
Intinya, pagi ini saya bangun dengan badan yang ga seger banget.
Setelahnya langsung mandi dan turun ke bawah, main-main dan ngobrol-ngobrol dikit sama anak-anaknya Ci Aying. Mereka ga terlalu bisa bahasa Indonesia. Fasihnya bahasa Mandarin dan Inggris, walaupun Inggrisnya pun ga sepenuhnya lancar banget. So komunikasi kami lebih pake Inggris campur Melayu.
Pagi itu saya ga breakfast, dan kami langsung lunch makan ba-kut-teh sekitar jam 11-an yang rasanya lumayan juga, bareng sama seluruh keluarga Ci Aying, kecuali yang masih pada kerja hari itu (hari itu masih Jum’at). Saya pribadi ga terlalu suka ba-kut-teh, tapi asli sayur asin di tempat itu enak banget. Babi merahnya juga OK. Kenyang banget.
Setelah makan, kami ke Hello Kitty Town di Johor. Saya, cici, dua bocah, Wei Wei, Ci Aying, dan Emelda. Wei Wei cuti hari Jumat itu.
Sampe’ Hello Kitty Town, biarpun saya udah pernah, tetep aja bawaannya pingin foto-foto tempatnya karena memang cute banget. Libby dan Jamie langsung heboh lari sana-sini. Kami mulai ngantre untuk bikin cookies, kalung, pin, foto pake’ kostum Hello Kitty dan teman-temannya, masuk ke rumah Hello Kitty, dll. Mainan anak-anak banget deh. Paling seru sih pas bikin cookies karena cookies kami semua berantakan banget. Cookies Jamie looked like alien bertangan seribu. My cookies lumayan cute dan tampangnya kayak’ ginger bread dikit somehow.
Anyway sekilas soal Hello Kitty Town, jadi tempat indoor ini terdiri dari beberapa lantai. Lantai paling bawah adalah tempat beli tiket, Hello Kitty Café, dan tempat belanja. Lantai berikutnya pure Hello Kitty semua. Lantai di atasnya lagi adalah lantai untuk Big Club. Jadi ada Angelina the Ballerina, ada Bob The Builder, Pingu, dll. Lantai paling atasnya adalah lantai khusus Thomas. Untuk info lebih lengkap, bisa lihat di postingan saya dulu-dulu.
Waktu kami masih sibuk di lantai Hello Kitty, Jamie udah ngambek karena pingin cepet-cepet ke lantai Thomas. Akhirnya kami mencar, cici dan Jamie ke lantai Thomas, sementara saya dan Libby serta Ci Aying dan Emelda di lantai Hello Kitty.
Di beberapa waktu tertentu juga bakal ada show-show seperti tari-tarian, ballet lesson, meet ‘n greet, dll. Bagus-bagus juga shownya. Masalahnya, badan saya beneran asli meriang sepanjang hari, jadi berasa teler banget.
Ga brasa, waktu cepet banget berlalu dan tau-tau udah sore aja. Suami Ci Aying dan Yen Yen udah jemput dan nunggu di luar, tapi kami masih sibuk belanja dulu di toko, diikuti dengan acara Libby nangis histeris karena ga dikasih beli mainan sama mamanya. Setelahnya kami makan di sebuah restoran chinese food yang makanannya unik-unik banget, dan abis itu pulang deh dengan badan rontok.
Dalam perjalanan pulang, saya sempet beli Fillet O’ Fish di McD sana, karena setahu saya Fillet O’ Fish udah ga ada lagi di McD Jakarta. Nyum! Forget about diet deh beneran selama di sini.
Sampe rumah Ci Aying, setelah makan burger dan basa-basi dikit, saya langsung naik, beres-beres, dan tidur. Badan masih ga enak banget.
Malam ini, suami cici saya nyusul juga ke Johor. Dari Jakarta, dia ke Singapore dulu, terus dijemput sama suami Wei Wei di airport, sebelum kemudian balik bareng ke Johor.
Hari ketiga, pagi, kami cuma nyantai-nyantai doang. Tadinya mau ke salon atau ke mall sebentar, tapi timingnya ga pas. Apalagi pagi itu cici udah sibuk dengan ritual buat anak-anaknya. Ngejus, ngasih makan, dll.
Pagi itu Ci Aying ke pasar dan pulang bawa makanan banyak banget buat breakfast. Ampun deh, ada roti prata dengan kari yang enak banget, babi merah satu piring gede, kwetiau kayak kwetiau Penang gitu, bakso ikan, teh tarik, dll. Ini kami beneran dijamu habis-habisan di sini. Sampe’ kalap dan bingung mau focus ngabisin makanan yang mana duluan.
Setelah beres-beres, kami diantar ke Singapore untuk ketemuan sama mama, cici pertama, koko, adik saya dll. yang baru nyampe Singapore today. Saya bawa semua koper saya, sementara cici ninggal koper raksasanya di rumah Ci Aying dan cuma bawa koper kecil karena dalam beberapa hari kami akan balik lagi ke Johor. Rute kami emang agak aneh karena jadi terkesan ga efektif, bolak-balik Singapore-Johor-Singapore-Johor-Singapore. Banyak pertimbangan yang bikin rutenya akhirnya terfinalisasi seperti itu, dan sepertinya itu udah yang the best.
Setelah melewati perjalanan 2 jam lagi dari Johor, kami langsung di-drop Yen Yen ke V Lavender Hotel, tempat kami bakal stay selama di Singapore. Di situ, cici pertama dan yang lain-lain udah nyampe, langsung dari airport. Heboh deh ketemuannya, kayak udah 2 tahun ga ketemu.
Setelah check-in dan taruh barang (dan cici saya ngasih makan anak-anaknya dll.) yang rasanya berjam-jam lamanya, kami pun jalan naik taxi ke Suntec Mall, untuk masuk ke Alive Museum. Itu loh, museum semacam 3 dimensi yang fotonya unik-unik sehingga kalo’ kita foto di situ, hasilnya bakal seperti beneran. Nanti liat aja gambar-gambarnya di bawah.
Selain Alive Museum, ada juga Trick Eye Museum di Sentosa kalo’ ga salah yang konsepnya mirip-mirip, tapi waktu itu sepertinya lokasi kami lebih deket ke Suntec (Alive Museum).
Nah, karena kami ber-12 orang, akhirnya kami kudu naik 3 taxi, apalagi istri koko saya lagi hamil. Tapi dasar koko saya agak pelit, dia dan adik saya malah milih naik MRT. Pas di bawah hotel kami itu memang langsung MRT Station (memang sengaja pilih di situ supaya deket MRT walaupun kenyataannya kami lebih sering naik taxi daripada MRT).
Jadinya pas ketemuan di Suntec, kami jadi agak selisih jalan karena yang naik taxi turun di lobby, sementara yang naik MRT entah turunnya di mana. Setelah SMS-SMS-an, yang sangat nguras pulsa saya, jadilah kami langsung ketemuan di Alive Museumnya.
Nah sebelum ke sana, kami kudu beli dulu tiketnya. Beli tiketnya sama aja tempatnya kayak beli tiket u/ Duck Tour, Singapore Double Decker, dan tour-tour khas Singapore itu. Kalo’ saya ga salah inget, tempat loket tiketnya adalah di Suntec Tower 3. Tinggal cari counter Adidas, di sampingnya ada lorong menuju keluar, nah di luar tinggal belok kanan, udah bakal nampak loketnya. Kalo’ belum jelas bisa liat postingan saya sebelum-sebelumnya.
Dari Tower 3 setelah beli tiket, kami harus jalan agak jauh ke Tower 5, tempat Museum Alive berada. Setelah sampe’ sana, langsung ada antrian cukup panjang, yang bikin lumayan deseperate. Waktu itu udah sekitar jam 3-an lewat. Setelah ngantri setengah jaman, baru deh kami semua bisa masuk.
Seperti yang udah disebut, Museum Alive, seperti namanya, berisi banyak spot lucu-lucu yang membuat orang di dalamnya bisa berfoto seakan beneran. Tempatnya cukup gede, berbentuk agak labirin, dan tentu saja kita harus antri untuk berfoto di spot-spot di dalamnya. Selama di sini, bakal keliatan orang yang kreatif dan yang nggak. Yang kreatif bisa bikin gaya aneh-aneh yang bikin gambar/fotonya makin kayak real. Seru! Yang pasti sih saya kreativitasnya hampir bisa dipastikan mati total. Hampir 1,5-2 jam kami di dalam sini.
Setelahnya, kami ke food court untuk dinner, dan saya pilih nasi bryani. Ih enaknya!
Habis makan, kami naik taxi lagi ke Gardens By The Bay. Itu loh, taman raksasa buatan yang isinya tetanaman semua. Saya udah pernah ke sini sebelumnya, tapi waktu itu perginya siang hari, dan sekarang jadi penasaran pingin pergi malem hari untuk liat lampu-lampunya, dan malam ini terbukti ternyata beneran bagus lampu-lampunya, apalagi didekorasi Natal. Cantik banget.
Untuk tiketnya, suami Wei Wei udah beliin kami tiketnya di airport waktu dia jemput suaminya cici saya kemarin. Harganya lebih murah beberapa dollar. Sayang ada 1 tiket yang ga kepake’ karena adik saya janji ketemuan temennya di Singapore, dan sia-sialah tiket Gardens By The Bay itu.
Sampe sana, kami langsung masuk ke Flower Dome (agak-agak lupa). Ini kayak taman indoor gitu. Di dalemnya dingiiin banget. Badan saya masih agak-agak meriang. Sayangnya, walaupun lampunya memang cantik-cantik, di dalamnya penerangannya remang banget, nyaris gelap, sehingga kita ga bisa liat tetanaman yang ada di dalamnya (saya sih ga keberatan karena toh pas kunjungan sebelumnya udah pernah liat tetanamannya, yang menurut saya biasa banget). Cici saya yang belum pernah ke situ langsung ngomel-ngomel karena saya yang maksa pergi malem supaya bisa liat lampu. Sekarang jadi ga bisa liat tetanamannya. Hihihih..
Dari situ, kami mau lanjut ke Rain Forrest apa gitu yang ada air terjun raksasanya itu, tapi ada pengumuman light show gitu di OCBC SkyWay yang berbentu lima tower raksasa megar yang jadi icon Gardens By The Bay itu, Akhirnya kami cepet-cepet ke tempat shownya, dan ga berapa lama kemudian berkumandanglah lagu-lagu Natal dengan megahnya, diikuti lampu-lampu yang menyala kerlap-kerlip mengikuti irama lagu, di menara-menara raksasa-raksasa itu. Cantilk banget dan berasa bahagia banget. Nuansa Natalnya nonjok banget ke ati. Suka, walaupun kepala pegal harus dongak beberapa lama.
15 menitan shownya selesai, dan kami balik ke Rain Forrest itu untuk liat-liat, yang memang ga ada apa-apa.
At the end semua bilang ga bakal mau lagi ke Gardens By The Bay lagi. The 1st and the last. Saya sih OK-OK aja. Cukup deh 2x ke Gardens By The Bay.
Setelahnya kami nunggu taxi, yang panjangnya luar biasa. Nunggu 30-45 menitan, abis itu balik hotel deh.
Hari keempat, sekarang adalah harinya jalan-jalan di Singapore. V Lavender Hotel menurut saya OK banget loh. Di belakangnya langsung sederetan restoran dan di bawahnya langsung MRT.
Untuk breakfast, kami jalan ke Bugis, naik taxi lagi, dan cari makan di pasarnya. Saya makan nasi lemak yang rasanya enak banget.. Koko saya dan istrinya misah, makan Prata di sisi lain Pasar Bugis, setelahnya baru kami ketemuan lagi. Menyenangkan memang, makan di pasar, harganya murah-murah banget.
Setelah itu kami ke OG liat-liat, dan baru beberapa menit saya udah berasa bosan total. I mean, ngapain ke mall, di Jakarta juga banyak, dan toh ga belanja juga at the end. Sepanjang menit saya mikir berulang-ulang, apakah saya bakalan jalan sendiri aja atau gimana. Bergumul banget rasanya deh.
Setelah ke OG, kami nyebrang ke arah Bugis Junction dan katanya mau ke mall lagi. Hadeuh, ga tahan deh saya, akhirnya saya mutusin misah dan jalan sendiri naik MRT. Saya ke Suntec City lagi yang kemarin dan turun di Promenade, kemudian menuju ke loket tiket yang sama tempat saya beli tiket Museum Alive kemarin. Tergesa-gesa banget karena tahu nanti jam 3.30-an Yen Yen dll. akan jemput kami (3 mobil!) dari Johor, karena kami akan balik ke Johor supaya besok Senin bisa ke Legoland.
Dari Promenade halte sampe’ ke loket, itu jalan kakinya brasa jauhhh banget. Sampe’ di loket saya baru ngeh bahwa deket situ ada halte Somerset. Ampun! Tau gitu turunnya di Somerset aja. Selama ini tiap ke Suntect saya selalu turun di Promenade. Next time, kalo’ mau ke Suntec dan mau ke Tower 3 (tempat beli tiket-tiket objek wisata itu) turunlah di Somerset. Kalo’ mau turun di belahan mal yang lain dari Suntec, baru bisa turun di Promenade.
Sampe’ di loket saya langsung beli tiket buat Duck Tour, karena dari taun kapan memang saya udah ngincer pengen tahu naik Duck ini kayak apa. Emang norak banget sih, kayak turis jauh aja, tapi sudahlah.
Waitu itu saya masih harus nunggu 30 menitan lagi untuk keberangkatan berikutnya, so saya jalan-jalan dulu di mall dan beli Aqua dulu. Harga tiket Duck Tour kalo’ ga salah SGD 30-an.
Di jam yang sudah tertera, setelahnya saya langsung ngantri (ngantrinya juga di deket loket tiket kok, sangat gampang). Di pinggir jalan ud berjejer bus-bus Double Decker, Duck Tour, dll. Saya udah itung-itung, durasi Duck Tour ini adalah 1 jam-an, which means setelahnya saya harus langsung ngebut balik ke V Lavender Hotel untuk ambil barang dll. dan Yen Yen dll. akan jemput di situ.
Duck Tour ini adalah bekas kapal perang Vietnam (kalo’ ga salah) yang dimodifikasi. Jadi dia bakalan jalan di darat dulu sambil semacam city tour Singapore (dijelasin tempat-tempat di Singapore) tanpa kita harus turun dan abis itu bakal terjun (dan jalan) ke air.
Ada satu local guidenya di dalam kapal itu, cewek agak tua yang suaranya kayak cowok, cenderung agak kayak waria. Sepanjang perjalanan dia menjelaskan dalam bahasa Inggris, berbagai hal tentang Singapore, mulai dari historynya, objek-objek wisata yang kami lalui di sepanjang jalan, dan masih banyak lagi. Asli menarik banget. I meant selama ini ke Singapore ga pernah put attention ke hal-hal kayak gini, ternyata banyak banget fact yang menarik. Misal Suntec City ternyata bentuknya lima jari, ga heran tower-nya pun ada lima tower. Di telapak tangannya, ada kolam sebagai ‘pangkal’. Atau fakta lain bahwa Singapore punya stadium terapung yang sebentar lagi bakal di-close dan diganti dengan stadium lain yang lebih gede. Atau bahwa Singapore punya kontrak dengan Malaysia terkait penyediaan air tawar dan kontraknya bakal habis, sehingga Singapore jauh-jauh hari sudah mulai prepare untuk melakukan proses purifikasi air hujan supaya bisa supply sendiri air tawar. Atau bahwa hanya ada 2 hotel bintang 6 di Singapore yang salah satunya adalah Ritz Carlton. Satu lagi kok saya mendadak lupa ya, kalo’ ga salah Furlington. Nah fact-fact kayak gitu deh, menarik banget tuh.
Kapal kami itu jalan sekitar 15 menitan di darat, kemudian terjun ke perairan, dan kami akan lewatin stadium terapung Singapore, Merlion, Marina Bay Sands, sedikit liat Garden By The Bay, Singapore Flyer, dll. Sambil dengerin penjelasan si ibu, tentu saja kita bisa foto-foto.
Gitu deh sekilas tentang Duck Tour. Ga recommend buat anak kecil. Sepertinya mereka bakal agak bosen.
Setelah selesai, cepet-cepet saya ke MRT Somerset yang letaknya deket banget sama loket tiket tadi, dan langsung meluncur ke Lavender, tempat hotel kami. Saya nyampe on time banget, dan cici dll. udah di hotel, lagi beres-beres barang sekaligus titip ke concierge beberapa koper karena dalam 2 hari ke depan kami akan balik nginep di sini lagi.
Saya sempet ke belakang hotel dan beli burger Wendys dulu karena belum sempet lunch.
Setengah jam kemudian, 3 mobil dari Johor datang menjemput kami. Kasian banget Yen Yen dll. itu harus bolak-balik antar-jemput kami Singapore-Johor dan sebaliknya, dan setiap kali jalan makan waktu 2-2.5 jam. Maaf banget yah ngerepotin.. Sebenernya kami sempet bilang ga usah dijemput, nanti kami sewa mobil aja atau naik bus atau gimana gitu, tapi Ci Aying ga kasih dan ngotot mau anter jemput kami. Baiknya kelewatan duh..
Setelah dijemput dengan 3 mobil (karena kami ber-12), jalanlah kami ke Johor. Another 2 jam lagi. Sampe’ sana kami langsung dibawa dinner di sebuah chinese food/sea food restaurant yang lagi-lagi rasanya enak. Di sini sempet cici pertama saya bayar bill-nya diem-diem, tapi ketahuan dan langsung suaminya Ci Aying ngomel karena dia ga mau kami yang treat. Kenapa yah ada keluarga yang begitu baik kayak keluarga Ci Aying??
Habis makan, anak-anak langsung dipulangin ke rumah Ci Aying, dan yang cowo-cowok langsung ke hotel dengan 2 mobil lainnya, sementara kami cewek-cewek langsung ke Sutra Mall lagi untuk belanja dengan Ci Aying (saya, nyokap, dan dua cici saya). Kita belanja H & M di situ sampe’ 1.5 jam.
Setelah belanja, kami pun balik ke hotel. Kami nginep di Hotel Oriental yang letaknya deket banget sama rumahnya Ci Aying. Cici kedua, suami, dan anak-anaknya masih stay di rumah Ci Aying. Sekalian menghemat biaya hotel.
Kamar hotelnya sendiri gede banget, tapi agak sederhana. Kayak model losmen gitu deh. Kata nyokap dan adik saya, kamarnya ada baunya, sementara saya ga cium apapun tuh. Langsung tidur pules. Malam itu adik saya, suami cici saya, serta anak-anak cowoknya Ci Aying keluar lagi untuk minum-minum dan main bilyard.
Hari kelima, Senin, pagi-pagi saya dan yang lain-lain yang stay di hotel, langsung breakfast di depan hotel. Ada banyak tempat makan di pinggiran, dan semuanya menarik. Kami makan nasi goreng, roti prata, teh tarik, dll. Enak dan murah meriah, walaupun rasanya berminyak banget. Heran, ga ada makanan yang ga enak yah di sini?
Setelah itu kami jalan kaki ke rumah Ci Aying. Jalannya gampang aja kok. Paling 5-10 menit jalan kaki. Sampe’ sana kami ngobrol-ngobrol sebentar, terus langsung berangkat ke Legoland di Johor (3 mobil lagi). Tiketnya udah dibeli online sebelumnya. Sampe’ sana, kami harus tukerin lagi tiket online itu dengan tiket masuk beneran, dan nama si pemesan online akan dicek passportnya.
Anak-anak udah heboh banget karena ngebet mau ke Legoland. Koko saya dan istrinya naik taxi ke mall lain di Johor, karena istrinya itu kan lagi hamil. So prefer duduk-duduk aja di mall, sambil belanja beberapa barang titipan kami seperti obat-obatan untuk nyokap, dll (daripada ke Legoland).
2 taunan lalu, saya udah pernah ke Legoland. Waktu itu, Legoland baru buka dan masih gersang banget. Pohon-pohonannya baru mulai ditanam. Panas banget waktu itu. Sekarang setelah beberapa tahun sih mestinya udah lebih berkembang ya. Hotelnya pun udah jadi kan. Sayang kami ga nginep di hotelnya. Gatau kenapa, lupa juga alesannya.
Pertama-tama, anak-anak main kapal-kapalan terbang gitu, ga jelas deh, terus lanjut liat-liat miniature lego landmark-landmark dari seluruh Asia yang memang cute dan keren banget. Menurut saya di Legoland cuma tempat ini satu-satunya yang menarik, hihi..
Setelah foto-foto dan keliling-keliling (cici kedua udah mulai ngeluh karena ngerasa Legoland membosankan banget), kami nonton show di sebuah stadium indoor kecil, tentang The Missing Santa, yang “yah-bolehlah”, dimana anak-anak terutama cewek-cewek itu bisa foto sama ballerina, Santa Claus, dll. Setelah keluar, tahu-tahu hujan langsung mengguyur, gede banget. Akhirnya kami langsung berteduh, anak-anak sibuk pake jas hujan dll., terus kami jalan ke food court yang asli ramenya setengah mati karena memang jam makan siang + orang berteduh semua. Nyari tempat kosong aja lama banget, plus antrinya, hampir 1 jam. Bener-bener lama. Cuma makan seadanya aja deh, nasi hainam ayam gitu.
Setelah makan, hujan masih sisa sedikit-sedikit. Akhirnya anak-anak main lagi beberapa permainan, termasuk main Driving School dimana anak-anak bisa naik mobil-mobilan dan berkendara di jalan raya, lengkap dengan rambu-rambu lalu lintas. Ngantri permainan ini aja hampir 1 jam 45 menit, lama banget. Setelahnya kami masih sempet main perahu-perahuan di air, yang lumayan seru juga, dan kemudian belanja juga di toko, dimana para penggila Lego menemukan surganya (I am not).
Habis itu saya + ponakan saya, Nadine, yang masih abege, misah sendiri untuk main atraksi lain. Kami nonton 4D, yang surprisingly lucu juga. Terakhir saya ke Legoland, saya ga inget 4D nya lumayan bagus kayak sekarang.
Setelah itu Nadine naik satu atraksi dimana kita duduk di sebuah bangku, terus ada talinya dan kita harus tarik tali itu supaya bangku kita bisa naik terus ke atas (semacam pengungkit), dan kita bisa lepas tali itu sehingga bangku kita akan langsung turus drastis ke bawah. Udah cuma gitu-gitu doang. Intinya adu otot, adu kuat cepet-cepetan ngangkat bangku diri sendiri pake’ tali sampe’ ke atas, terus lepasin talinya sehingga bangku meluncur turun. Ga menarik banget, haha, tapi saya toh pernah nyoba naik yang sama.
Setelah itu, Legoland nya udah mau tutup dan kami udah dijemput, jadi selesai deh sesi Legoland. Adik saya dan suami cici saya udah ga sabar banget pengen balik karena udah boring banget di Legoland. Boys! Beberapa jam terakhir di Legoland memang penuh dengan bete-betean antara semua orang. Ada yang uring-uringan karena bosen (adik saya, nyokap, suami cici), ada yang bete karena capek jagain anak-anak yang energinya ga abis-abis, ada yang kesel karena ngerasa sia-sia udah beliin tiket tapi yang dibeliin malah uring-uringan, dll. Hmmmh itulah tantangannya pergi ber-12 orang.
Dari Legoland kami makan malam di chinese food yang dua malam sebelumnya kami makan (pas cici saya dan saya doang yang udah stay di Johor dan yang lainnya belum datang). Masih enak seperti sebelumnya, dengan sayuran yang unik. Babi Talas, Yong Tau Fu yang bentuknya asli beda banget sama di Jakarta, dll. Seperti biasa, keluarga Ci Aying menolak mentah-mentah saat kami memaksa hendak bayar.
Setelah makan, lagi-lagi kami cewek-cewek lanjut ke mall, kali ini ke mall yang berbeda dengan yang sebelumnya (lupa namanya). Sempet belanja lagi, sebelum kemudian pulang dan balik ke hotel/rumah Ci Aying.
Hari keenam, pagi, kami makan lagi di depan hotel, di tempat yang sama seperti kemarin, dengan sayur yang sama juga, nasi goreng, roti prata, dll. Kali ini ditambah indomie, yang rasanya biasa saja.
Setelah breakfast, kami jalan kaki lagi ke rumah Ci Aying, ngobrol-ngobrol sebentar, setelah itu 3 mobil langsung stand by untuk nganter kami (lagi) ke Singapore, karena kami bakalan ke Universal Studio hari ini. Tibalah saatnya beneran berpamitan dengan keluarga Ci Aying. Thank you so much Ci Aying and fam untuk semua kebaikan kalian yang ga ada taranya. Semoga bener-bener semua berkat itu balik ganda ke kalian dan keluarga.
Sampe’ Singapore, kami di drop di V Lavender Hotel lagi, karena kami harus taruh barang dll., secara nanti malam akan menginap di situ lagi. Setelah beberes sebentar (masih belum bisa check-in karena baru jam 11.30-an), kami berangkat naik taxi ke Universal Studio, menggunakan dua taxi. Koko saya dan istrinya ga ikut lagi, sama seperti Legoland kemarin, dan prefer duduk-duduk aja di Vivo City. Suami cici saya dan adik saya juga ga ikut karena males main ke USS ini. Hmmh padahal tiketnya udah dibeliin online loh dari kapan. Beneran buang duit beberapa juta jadinya. Kedua cici saya masih agak bete karena udah mahal-mahal bayar tiket, eh beberapa orang (katanya) dengan enaknya bilang ga mau ikut aja. Suami cici saya dan adik saya mau ke Casino aja.
Sampe’ di Universal Studio, karena kami dua taxi yang berbeda, akhirnya kami jadi mencar dan turun di tempat yang berbeda. Yang ada jadi tunggu-tungguan lagi setengah jam. Buang waktu lagi deh. Setelah akhirnya ketemu, kami sempet berdiri deket loket untuk jual tiket online yang udah terlanjur kami beli buat adik saya dan suami cici (kan mereka cancel ikut). Duh saya dari awal udah males banget kudu ngejual kayak gini, karena udah tahu, ga bakalan ada yang mau beli.
Bener aja, pas saya dan cici bergantian berupaya menjual tuh tiket, asli kami ditolak mentah-mentah. Ada yang langsung jutek banget, ada yang langsung mencibir, ada yang langsung ketawa ngejek, ada yang langsung nyingkir cepet-cepet kayak kami ini virus menular. Intinya, mereka semua nganggep kami calo, walaupun saya udah mati-matian menjelaskan bahwa dua orang rombongan kami cancel to join dan kami punya sisa tiket, and willing to sell cheaper.
Asli setelah semua penolakan itu, saya langsung berasa bete banget, ga jelas kenapa. I meant di satu sisi saya tahu tiket itu mahal dan alangkah baiknya kalo’ kita bisa jual ke orang lain, tapi di satu sisi lain juga, saya berasa malu banget and felt so pathetic karena harus ngemis-ngemis jual tiket itu dan ngadepin semua penolakan ga friendly dari orang-orang itu. I understand juga, karena kalo’ dibalik posisinya, saya juga ga bakal mau beli tiket dari orang ga jelas.
Akhirnya kedua cici saya liat saya udah super bete, memutuskan untuk let it go. Ya sudah, anggap kita buang duit dan tiket deh. Baru deh kita masuk ke USS.
Seperti biasa, selalu menyenangkan masuk ke theme-park kayak gini. Apalagi nuansanya lagi Natal banget, nikin jiwa damai dan bahagia (semu), walaupun saya lebih suka ke Disneyland.
Tiket USS yang kami beli itu udah termasuk dapet makan gratis di tempat-tempat yang tercantum di tiketnya, jadi nyampe-nyampe setelah nonton 4D Shrek yang membosankan banget (kayaknya saya udah nonton berkali-kali deh, waktu di USS Singapore dan di Jepang) dan naik river safari something-something itu, kami lunch di suatu tempat yang lagi-lagi bau-baunya nasi hainam dan ayam gitu. Ah bosannya..
Setelah makan dan ngantri panjang banget seperti biasa, kami lanjut main lagi. Kali ini, again saya dan Nadine memisahkan diri. Kami main Steven Spielberg Studio something-something itu, yang sebenernya juga udah pernah sih, tapi ya sudah dijabanin lagi daripada ga ada mainan lagi.
Sorenya, dua tiket sisa yang ga kepake itu akhirnya dipake buat koko dan istrinya. Daripada bosen di mall juga, akhirnya mereka masuk ke USS dengan dua tiket itu, sekedar untuk nonton-nonton show gitu deh. Biarpun sempet ada miskom-miskom pas penjemputan ke gerbang USS gara-gara koko telat ke gerbang USS dan HP cici mati, untunglah akhirnya semua berhasil ketemu dan koko serta istrinya bisa masuk.
Sore itu kami juga nonton show Sesame Street yang cute banget, yang bikin saya somehow jadi mulai demen sama Elmo and the gank. Habis itu anak-anak foto-foto sama Santa Claus, Minion, dll., ga lupa kami juga dua kali menikmati turunnya salju bohongan (anak-anak seneng banget), terus nonton beberapa show outdoor yang asli beneran ga bagus dan membosankan.
Setelahnya kami sempet naik semacam kapal simulasi Elmo yang ceritanya lagi nyari Spaghetti gitu, yang menyenangkan dan cute banget. Naik kapal indoor yang jalan dan terbang dengan di kiri-kanan tokoh-tokoh Sesame Street yang berbicara dan bergerak, seakan kita lagi baca live book gitu. Bagus..
Habis itu, saya nongkrong di toko untuk belanja, terutama toko Transformers yang cute-cute banget itu (dan beli beberapa!), sementara anak-anak yang nyalinya lebih gede dari saya itu, masih asyik main Transformers dan kapal-kapalan yang bisa bikin jantung melorot itu.
Malam, kami dinner lagi di sebuah western restaurant, masih di dalam Universal Studio.
Puas main dan makan, kami naik taxi balik ke V Lavender Hotel. Yang paling capek pastinya cici pertama saya, yang sepanjang jalan dari kemarin harus bawa satu koper kecil yang isinya bekal/mainan dan jas hujan serta baju ganti anak-anak, berbotol-botol Aqua, dan masih banyak lagi. Tangan dan pundaknya pasti mati rasa.
Sampe hotel, cici pertama, nyokap dan koko masih keluar lagi ke Mustafa, sementara saya udah tepar dengan kondisi badan masih belum fit biarpun udah hajar obat berhari-hari.
Hari terakhir, sesuai perjanjian, kami ke Orchard lagi karena saya ada janji dengan dokter mata di Paragon. Sebelumnya kami breakfast dulu di Orchard Yong Tau Fu yang terkenal itu, rekomendasi koko saya yang pernah makan di situ dan katanya enak banget. Emang lumayan enak sih, bakso-baksonya banyak jenis dan tasty banget. Nyokap sampe’ beli dan bawa pulang ke Jakarta.
Habis breakfast yang letaknya udah deket Orchard, kami jalan kaki ke Paragon, dan saya ditinggal di situ untuk cek mata sementara yang lain keliling Orchard. Saya sempet janjian sama Aini yang bakal bantu dampingin, tapi kemudian Aini berhalangan sehingga diganti sama koleganya (yang saya mendadak lupa namanya).
Ya sudah abis itu saya nunggu dokternya di medical center sini. Medical Centernya itu ada di lantai atas-atas gitu deh, lantai berapa belas gitu.
Sambil menunggu, saya dan cici kedua sempet kontak-kontakan karena cici kedua mau extend lagi di Johor, nginep di rumah Ci Aying lagi bareng saya. Cici pertama sudah pasti ga bisa karena pulang dari Singapore ini dia akan langsung ke Taiwan. So yang ‘available’ bisa dibilang cuma saya dan nyokap. Adik dan koko saya dijamin ga akan mau.
Sayangnya at the end, karena udah berhari-hari masih dilemma terus dan ga bisa decide, akhirnya pas call ke Caun dan minta di-extend tiket Lion-nya, Caun-nya lagi ga di kantor dan ga bisa bantu extend-in, plus harga tiketnya udah naik lagi cukup tinggi. Ya sudah batal deh extend. Saya antara mau dan ga mau extend juga sih. Mau karena makanan Johor enak-enak, plus masih mau jalan-jalan dll. Enggannya karena baju semua udah kepake dan ribet kalo’ harus cuci-cuci baju, setrika dll. Plus on top of all, kami bakalan ngerepotin keluarga Ci Aying lagi in terms of biaya dan anter-jemput Singapore-Johor lagi, walaupun Ci Aying udah berkali-kali bilang nyuruh kami extend.
Balik ke dokter lagi, nunggunya ini lamanya setengah mati. Kenapa lama, tanyakanlah pada mata saya yang ga kooperatif. Jadi kalo’ dokter mau liat mata kita kan, sesuatu di mata kita itu harus ngebuka dulu (kornea? Pupil?), supaya dalamnya bisa kelihatan jelas. Nah, kita akan ditetesin obat mata yang bikin mata kita agak perih dan burem, untuk membuat mata jadi terbuka. Mata saya udah ditetesin sekali, kemudian 15 menit dicek, masih belum ngebuka bagian matanya. Ditetesin lagi, 15 menit dicek lagi, belum ngebuka juga. Ditetesin lagi, terus begitu, sampe 5 x ditetesin, akhirnya mulai kebuka dikit dan kebetulan dokternya udah mau buru-buru karena hari itu kan Christmas Eve dan dokter cuma praktik setengah hari. Ya sudah saya diperiksa sama dokternya, dan begonya saya bilang saya cuma mau control, jadi dokternya nganggap saya ga ada keluhan. So periksanya pun cepet, dan saya cuma nanya, terus dijawab satu patah kata. Saya tanya lagi, dia jawab lagi sepatah. Begitu terus sampe’ saya berasa desperate banget. Kalo’ gini mah ngapain jauh-jauh ke Singapore.
Yah intinya mata saya masih ga apa-apa biarpun banyak benang-benang ga teratur di mata saya, berjalan hilir-mudik tanpa kenal aturan dan menamai diri mereka floater; walaupun sering ada berkas cahaya yang berjalan memutar setiap pagi saya bangun, dan banyak keluhan permanen lain. Terima aja deh, saya ga apa-apa.
Dan.. saya harus bayar SGD 160 untuk pemeriksaan kurang dari 15 menit itu. Ah!! Semoga asuransi mau ganti pemeriksaan mata yang tidak berdiagnosa penyakit ini.
Yang mengerikan lagi, tetes mata yang berkali-kali itu sepertinya baru mulai bekerja, jadi pas saya turun lift, mulai jalan ke MRT dll. itu, mata saya buremnya setengah mati, berair pula, sampe’ saya ga bisa lihat apapun dengan jelas! Sempet agak panik dikit sih, ini gimana bisa jalan ke MRT nih, burem semua gini, gawat. Akhirnya jalan pelan-pelan deh dan sempet nyasar dikit nyari arah ke MRT. Buset!
Keluarga saya semua udah nunggu di hotel, mereka udah packing-packing dan ambil semua koper yang pagi tadi dititipin pas check-out. Akhirnya karena waktu mepet, saya disuruh langsung ke airport aja. Ya sudah dari Orchard saya langsung ke airport.
Sampe’ airport, mata masih buta setengah, dan ada banyak show-show Natal di situ. Kami sempet nonton dulu, dan cici juga udah beliin saya makanan yang dibungkus, jadi saya bisa makan di airport, karena tadi kan memang ga sempet lunch lagi.
Sudah deh, habis itu kami boarding, dan kembali ke Jakarta, naik Lion lagi. Untung ga ada delay lagi.
Seperti biasa jalan sama keluarga selalu nyenengin. Karena emang demen anak-anak, saya enjoy aja ke tempat-tempat anak kecil, ngeliatin mereka main, even kalo’ saya ga bisa main ini itu dan cuma bisa nemenin mereka aja. Ga keberatan ama sekali, karena ngeliat mereka hepi aja kita udah berasa hepi banget. Saya malah bete kalo’ ke mall, karena buat saya ga berbobot banget.
Mungkin beda sama adik saya yang memang cowok, dan pastinya berasa boring banget di Legoland dll. Jadi mungkin ga terlalu enjoy so far dengan trip kali ini. Masalahnya pergi ini tujuan utamanya memang ngajak anak-anak jalan, jadi focus tempat-tempat wisatanya pun ya disesuaikan dengan anak-anak. Ah memang susah ya, mengakomodir 12 orang dengan tujuan yang berbeda. Semoga next time trip nya lebih baik dan lebih seru.