Bingo vs Aku
Posted September 22, 2014
on:- In: Fiction
- 36 Comments
Pintu terbuka dengan riuh, majikanku datang dengan gegap-gempita, menggendong seekor kucing baru yang sudah lama diserukannya tanpa bosan pada kami semua seminggu ini. Oooh, rupanya inilah kucing baru yang sudah populer sebelum waktunya ini. Hmmm, baru kulihat rupanya kini. Bulunya cokelat dengan totol-totol putih tidak teratur yang (katanya) membuatnya semakin lucu. Ekornya panjang, menjulang angkuh. Tatapannya menusuk, seperti tatapan kucing pada umumnya. Intinya, maaf ya, menurut pandanganku, rupanya amatlah sangat mengerikan, kalau tidak bisa dibilang jelek sempurna! Kucing mahal yang katanya bersertifikasi ini tampak sama saja dengan kucing jalanan pada umumnya, menurut pendapat rendah hatiku. Ah, dari dulu aku memang bukan penggemar kucing. Orang tuaku, kakek-nenekku pun semua bisa dibilang pembenci kucing. Jangan-jangan nenek moyangku pun demikian!
“Mbak Ijah, jangan lupa ya, si Bingo harus diberi makan tiga kali sehari! Makanan kucingnya kusimpan di lemari pojok dapur itu. Jangan lupa susunya juga, kutaruh di tempat yang sama..” Kudengarkan majikanku mewanti-wanti. Hmmm, sepertinya tedengar sangat merepotkan. Makhluk manja!
Kemudian telepon berdering, majikanku mengangkatnya segera, sambil melepaskan dengan lembut makhluk yang ternyata diberi nama Bingo itu ke lantai. Hmh, apa bagusnya nama itu, aku nyaris mendengus. Mondar-mandir aku sambil sedikit-sedikit meliriknya. Hiiih, dari segala arah tetap tidak ada sisi menariknya, makhluk ini! Aku heran, apa yang majikanku lihat darinya.
Si Bingo sendiri nampaknya masih berusaha menyesuaikan diri dengan tempat baru. Ia duduk diam mengeong-ngeong tidak merdu sambil menatap sekeliling dengan rupa bingung. Kehadiranku seperti tidak disadarinya, padahal aku sudah lama berseliweran sambil meliriknya berkali-kali dengan pandangan antipati. Terakhir ia sibuk memperhatikan lantai sambil sesekali menjilati tangannya. Dasar kucing! Kubayangkan nanti pojok-pojok rumah penuh dengan bulu buruk rupanya yang rontok di mana-mana.
Tahu-tahu, kusadari si Bingo terdiam membeku dengan kepala tegak. Ia menatapku lurus dengan mata hijaunya. Oh, tidak! Apa yang sudah kulakukan? Agak terkejut aku, tahu-tahu ditatapnya seperti itu. Tampaknya dia sadar akan keberadaanku yang sedari tadi mengumpat-umpat dalam hati kehadirannya yang jelas tak kuharapkan.
Perlahan namun pasti, ia berjalan mendekatiku. Aku mengenyit. Apa maunya makhluk ini? Mau minta makanan? Mau mencoba mengakrabiku? Mau berupaya bermanis-manis denganku? Mau sok akrab? Huh, jangan coba macam-macam, kuhajar kau nanti, kalau majikanku tidak melihat ke sini.
Ia makin mendekat, Kubalas menatapnya dengan garang. Dipikirnya aku takut?? Kubelalakkan mataku yang bisa dibilang sudah melotot. Mulutku komat-kamit, membuka dan menutup, mendesis-desis penuh makian. Kalau saja aku bisa menendangnya. Atau paling tidak, memuntir buntutnya yang melengkung menjijikkan itu. Atau mungkin..
“Bingo!!! Apa yang kau lakukan!!! Menjauh dari Nimo!!! Mbak Ijah!! Tolong usir Bingo!!” Terdengar seruan panik majikanku, dengan telepon masih menempel di telinganya.
Mbak Ijah tergopoh-gopoh datang dari dapur, mengusir Bingo dari dekatku. Bingo mengeong tajam sambil menyingkir cepat.
Kugerak-gerakkan siripku dengan bengis, berusaha tetap terlihat gagah. Kutatap dia dengan geram dari balik akuariumku, memperlihatkan bahwa aku tidaklah takut. Permusuhan tampaknya sudah resmi kini antara aku dan Bingo!!
Dibuat untuk mengikuti tantangan Prompt #63 Monday Flash Fiction.
36 Responses to "Bingo vs Aku"
*elus2 bingo*
Kirain “aku” itu mbak Ijah. Terakhir memastikan pasti “aku” itu anjing, lah kok malah Nimo hehe…Nice mbak
Sini Bingo, aku bantuin obok-obok akuariumnya. #eh
anak baru bikin masalah nih si Bingo! hohoho
*lempar si bingo ng
1 | Chrismana"bee"
September 22, 2014 at 9:02 am
Saya pegang bingo deh *eh 😀
fannywa
September 22, 2014 at 9:06 am
Ih teganya teganya.. *aku juga pembenci kucing nih haha..