Posts Tagged ‘Monday Flash Fiction #61’
Wanita Posesif
Posted September 16, 2014
on:- In: Fiction
- 4 Comments
Gambar sesuai arahan Prompt #61 Monday Flash Fiction
Tyas tertegun menatap layar notebook-nya. Inbox email-nya terpampang di situ, memperlihatkan email terakhir dari Radit. Diperhatikannya lekat-lekat tanggal email itu.
Tyas mengerjap, menghitung-hitung dalam hatinya. Sudah berminggu-minggu dia tidak menerima balasan dari lelaki itu. Email terakhir pun tidak menyiratkan kerinduan seperti biasa. Tiada tertumpah rasa kangen yang biasa selalu diumbar. Hanya beberapa kalimat yang menceritakan sekilas kehidupan Radit sehari-hari. Sesuatu yang bagi Tyas memang menarik untuk didengar, tapi tetap tidak mengalahkan ungkapan sayang yang selalu jadi trademark mereka.
Ah, dia mendesah. Hatinya sedikit pedih. Berbagai skenario mampir cepat dalam benaknya, menoreh sedikit racun. Apa terjadi sesuatu pada Radit? Sakit? Kecelakaan? Atau.. jangan-jangan.. ada seseorang? Kekasih? Pacar? Wanita? Atau sejenisnya? Bagian yang terakhir itu menohoknya begitu dalam. Dikutuknya ribuan kilometer jarak yang membentang memisahkan mereka. Dimakinya keadaan dan situasi yang enggan berkompromi. Disumpahserapahinya negeri tempat tinggal Radit sekarang, yang dianggapnya mencuri pria itu darinya.
Ingatannya lantas melayang ke saat beberapa hari sebelum Radit berangkat. Ritual mereka sebelum diluluhlantakkan perpisahan : Nonton bioskop bersama, makan di restoran seafood kegemaran mereka, bahkan berlibur ke Lombok, pulau favorit Radit. Penuh canda-tawa dan kemesraan, seolah mereka tahu bahwa perpisahan yang sudah di ambang mata tidak berhak merusak kebahagian mereka di sisa waktu yang masih ada.
Kemudian, pelukan itu, pelukan hangat nan erat terakhir sebelum melepas Radit. Air mata dan isak yang membanjir, saat melihat lelaki gagah dengan pundak bidang itu. Tangisan yang berusaha diredamnya karena seolah memfinalkan perpisahan mereka, tapi sungguh di luar dayanya. Dan setelahnya, kehidupan yang sepi tanpa Radit. Apartemen yang sunyi dan tanpa tanda kehidupan, hampir di sepanjang hari.
Dengan lunglai ditutupnya layar email, tepat ketika suaminya masuk, mengamati istrinya itu dengan tatapan prihatin. Cepat Tyas mengubah air mukanya, berusaha menampilkan wajah ceria.
Suaminya geleng-geleng kepala. Diperhatikannya sosok istrinya, wajah cantiknya yang tidak pudar dimakan jaman. Binar matanya yang hilang sejak beberapa bulan terakhir ini, dan kesedihan yang selalu bersarang di paras ayunya.
“Ma,” katanya pelan, antara geli dan sebal, “baru juga tiga hari anak kita tidak kirim email, kamu sudah blingsatan setengah mati..”
Tyas cemberut, ditonjoknya pelan lengan suaminya.
* Dibuat untuk memenuhi tantangan Prompt #61 dari Monday Flash Fiction.