Jember Fashion Carnival 2014
Posted December 5, 2014
on:- In: Food/Place
- 3 Comments
Went accidentally for Jember Fashion Carnival last week in Taman Ismail Marzuki.
Awalnya cuma nyatronin rumah cici di Gading untuk refleksi-ria, sebelum terpekur mendengar ajakannya untuk join nonton Jember Fashion Carnival. Sebagai pecinta seni yang patut dipertanyakan derajat kecintaannya terlihat dari minimnya aktivitas mengunjungi acara pertunjukan seni atau sejenisnya, akhirnya setelah ngecek keberadaan tiket, saya dan Mama (Mama dengan terpaksa) akhirnya memutuskan untuk ikutan.
Karena cici saya (dan suami serta anaknya) sebelumnya sudah beli tiket kelas 1 sebesar 300 ribu dan tiket sudah di tangan, maka saya sebagai tanda loyalitas mengikutinya pula (padahal cuma terpaksa supaya tempat duduknya deketan). Pengennya sih yang 100 ribu aja, tapi karena katanya dibayarin ya udah dengan rela dan tulus, terpaksa saya menuruti kemauannya dengan senang hati untuk memesan tiket Rp 300 ribu.
Kami tiba sangat on time, tepat jam 7 malam, dan untungnya acara dimulai 7.15. Sempet kesulitan menemukan loket tiket, untungnya atas petunjuk orang-orang, baik yang akurat maupun yang menyesatkan, kami berhasil menemukan loket itu dan membeli tempat duduk yang cukup berdekatan dengan seat yang sudah dipesan cici sekeluarga sebelumnya.
Dalam antrian masuk, dua orang petugas memeriksa barang bawaan karena makanan dan minuman tidak diperbolehkan. Saya tertegun lagi. Ada Ultra Milk 3 dus kecil di dalam tas, hasil merampas di kulkas rumah cici tadi siang. Tadinya bukan minum-minum cantik sambal nonton acara. Dengan cerdik, saat memperlihatkan tas, saya hanya memperlihatkan belahan isi tas yang tidak terdapat susu di dalamnya. Sayangnya, petugas itu (kemungkinan) sudah tahunan jaga di situ dan sudah menemukan berbagai karakter dengan kelicikan masing-masing untuk menyembunyikan makanan dan minuman. Dengan sigap, dirogohnya belahan tas yang mati-matian saya tutupi. Ah, tampaklah tiga kotak susu Ultra tak berdosa yang kemudian diambilnya. Saya hanya bisa pasang wajah terkejut, seolah baru tahu bahwa ada susu Ultra di dalam tas saya. Petugas memandang saya dengan wajah prihatin.
Masuk ke dalam ruangan, kami disambut para usher berkostum keren dengan nuansa warna hijau. Ah cantiknya. Ruangannya tidak terlalu besar, demikian juga dengan panggungnya. AC nya cukup dingin, dan saya masih terbayang-bayang susu Ultra tadi.
Tak lama kemudian lampu mati, dan mulailah suara-suara typical pembukaan acara. Welcome speech oleh suara bergema yang tak terlihat dari seorang pria, dalam bahasa Indonesia dan kemudian terjemahan dalam bahasa Inggris oleh seorang wanita (yang juga tidak kelihatan). Bahasa Inggrisnya, maafkan saya, saya juga kalo’ ngomong belepotan, tapi yang ini asli ga berbentuk sama sekali. Saya jadi gerah dikit. Kenapa sih ga pilih seseorang yang pronounciationnya lebih jelas? Kan lebih bagus dan berkesan buat para bule atau turis yang nonton.
Kemudian acara dimulai. Jadi Jember Fashion Carnival ini mirip-mirip kayak karnival di Rio, Brazil itu loh, di mana orang jalan-jalan di jalanan sambil pake kostum. Kayak parade gitu. Cuma ini dibikin di indoor, dan ini bukan dari Brazil, tapi dari Jember, Jawa Timur. Keren banget yah! Jember Fashion ini katanya nomor 4 di dunia loh.. which is suatu prestasi sangat membanggakan banget, di mana orang Indonesia bisa bikin kostum sedemikian megah, unik, dan keren, dengan detail-detail yang amazing.
Tema fashion carnival tahun ini adalah Triangle, yang saya ga ngerti maksud, tujuan dan latar belakangnya. Seri fashion nya dibagi dalam kategori-kategori subtema. Ada tema 0 derajat celsius, menampilkan kostum-kostum musim dingin yang super keren dengan model anak-anak kecil yang cute banget, yang berjoget ria mengikuti irama musik, juga para orang dewasa dengan kostum sama kerennya. Ada tema Tambora yang terinspirasi dari meletusnya Gunung Tambora, ada tema Layangan, Borobudur, Hutan Pinus, Rusa, dan masih banyak lagi. Banyak yang saya ga gitu ngerti filosofi dan kaitan antara tema dengan tampilan fashionnya. Kalo’ Borobudur kan jelas banget ya, kostumnya bener-bener menampilkan replika Borobudur yang super keren, tapi beberapa tema bikin saya menelengkan kepala dengan bingung. Ah apapun itu, yang pasti semua kostumnya keren. Dari jauh aja udah terlihat keren, apalagi kalo’ dari deket. Para model setelah berlenggak-lenggok atau berjoget di panggung, akan turun dan berjalan di jalur kiri-kanan bangku penonton, jadi kita bisa melihat kostumnya dengan lebih jelas.
Ada juga kostum yang dikenakan peserta Indonesia di Miss World atau Miss Universe gitu loh, dan kalo’ ga salah itu menang best costume atau semacam itu. Ah benar-benar membanggakan.
Di akhir-akhir, tema terakhir diiringi lagu Indonesia Pusaka. Wah langsung hati dibikin trenyuh dan terharu banget. Tau aja bahwa saya paling demen lagu ini, sampe‘ kalo‘ karaoke aja kudu nyanyi lagu ini biarpun dihina-dina semua teman. Ah, pokoknya bikin kita jadi pingin menitikkan air mata karena haru yang membuncah; kebanggaan terhadap karya anak bangsa yang diakui dunia internasional.
Selesai acara, para model dengan kostumnya sudah menunggu di aula, dan kebayang dong suasananya, dimana orang adu cepet mau minta foto sama mereka? Luar biasa, para penonton lari sana-sini, berlomba berebut foto, berteriak satu sama lain, dan masih banyak lagi. Riuh, ramai, termasuk saya yang ikutan melesat kilat ke sana ke sini untuk berfoto. Dan dari dekat, baru kelihatan detail kostum-kostum yang menawan itu. Beneran keren!
Acara show nya tadi berlangsung sekitar 1 jam lebih, dan sesi fotonya sekitar.. 45 menit saja, haha.. terlalu banyak yang mau difoto!
Masukan saya untuk acara ini :
- Bahasa Inggris yang diperbaiki untuk penerjemahnya (mohon maaf sekali ya Mbak, bukan maksud menghina, sungguh..)
- Lampu yang terlalu terang di beberapa sesi, bikin kita buta sesaat, berkali-kali. Asli super annoying.
- Musik yang terlalu keras, jadi kadang penjelasan si MC-tak-terlihat ga terlalu kedengeran
- Music transition yang ga smooth. Dari music super nge-beat, tau-tau langsung berubah jadi a very slow one. Harus lebih aware untuk nge-bridge nya supaya bagus perpindahan irama/lagunya.
- Marketing kurang strong. Pengennya acara kayak gini dapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Minimal mirip kayak Java Jazz. Kalo’ udah ‘sekelas’ itu, panggung dan tempat bisa lebih ditingkatkan.
Sampai jumpa tahun depan di acara yang sama 🙂
1 | gegekrisopras
December 6, 2014 at 9:39 pm
Dari bertahun2 lalu uda pengen langsung dateng ke tempat asalnya di Jember buat nonton ini tapi selalu ada excuse yg sukses bikin gua ga dateng hiks 😦 next time harus!!! *guts*
fannywa
December 8, 2014 at 11:52 am
Iyah, cakep loh fashion carnivalnya 😀 Lebih afdol lagi kalo bisa nonton di Jembernya langsung ya..
gegekrisopras
December 9, 2014 at 12:50 pm
Iyah Ci hehehe